Syariah

Meneladani Semangat Ibnu Arabi: Belajar dari Kecil hingga Jadi Ulama Terkemuka

Sel, 11 Juli 2023 | 09:00 WIB

Meneladani Semangat Ibnu Arabi: Belajar dari Kecil hingga Jadi Ulama Terkemuka

Meneladani Semangat Ibnu Arabi: Belajar dari Kecil hingga Jadi Ulama Terkemuka. (Foto: via qantara.de)

Salah seorang ulama yang sangat terkenal dalam khazanah Islam, khususnya ilmu tasawuf adalah Imam Ibnu Arabi. Beberapa konsep tasawuf yang disampaikan olehnya mampu memberikan warna yang berbeda dalam mengenal Allah SWT. Hal ini membuat banyak orang larut dalam dunia tasawuf disebabkan penyampaiannya yang mudah dan menyenangkan.


Ia ibarat air hujan yang turun setelah musim kemarau yang panjang. Artinya, konsep keilmuan dalam dunia tasawuf yang Ibnu Arabi bawa mampu memberikan kesejukan bagi manusia setelah sekian lama tidak mengenal satu ilmu penting dalam Islam tersebut. Selain karena penyampaiannya yang terbilang mudah, ia juga menyampaikan dengan asyik dan tidak terkesan kaku.


Ia juga menjadi salah seorang cendekiawan spiritual ternama pada masanya yang disegani oleh banyak kalangan. Karya-karyanya menjadi referensi para generasi setelahnya. Karenanya, tidak heran jika namanya terus harum dan dikenang sepanjang zaman. 


Nama Lengkap dan Kelahirannya

Imam Ibnu al-Jazari dalam kitab Ghayatun Nihayah fi Thabaqati al-Qurra menyebutkan bahwa Ibnu Arabi bernama lengkap Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Arabi al-Hatimi at-Tha’i al-Andalusi. Hanya saja, ia lebih masyhur dengan sebutan Syaikhul Akbar Ibnu Arabi.


Ia dilahirkan pada bulan Ramadhan tahun 558 Hijriyah, bertepatan dengan tahun 1164 Masehi, di kota Murcia Spanyol. Hari kelahirannya bertepatan dengan kecamuk Perang Salib (Abad 11-17 Masehi) antara umat Kristen dan umat Islam. Ia wafat pada tahun 638 H, bertepatan dengan tanggal 16 November 1240 M dan kemudian dimakamkan di Gunung Qasioun, Suriah.


Rihlah Keilmuan Ibnu Arabi

Ibnu Arabi terlahir dari keluarga yang agamis. Ayahnya merupakan seorang tokoh yang menguasai banyak ilmu pengetahuan, sehingga ia menjadi madrasah awal bagi Ibnu Arabi untuk mendalami ilmu agama. Hal ini sebagaimana yang dituliskan oleh Syekh Abdullah al-Karim dalam salah satu karyanya yang berjudul  Kitabul Qabas fi Syarhi Muwattha’ Malik bin Anas, ia mengatakan:


نَشَأَ ابْنُ الْعَرَبِي فِي أُسْرَةِ عِلْمٍ وَمَكَانَةِ اجْتِمَاعِيَّةٍ رَفِيْعَةٍ


Artinya, “Ibnu Arabi terlahir dari keluarga yang agamis, dan lingkungan keagamaan yang mulia.”


Terlahir dari keluarga yang agamis, kemudian ditambah dengan dukungan lingkungan yang juga dipenuhi dengan keilmuan, menjadikan Ibnu Arabi kecil terbiasa dengan ilmu agama. Sejak kecil ia selalu belajar kepada ayahnya dengan sangat tekun dan penuh semangat, sehingga menjadikan dirinya sosok anak yang sudah mengerti beberapa disiplin ilmu pengetahuan di usia yang masih balita.


Dengan kedisiplinan dan semangatnya yang tinggi, akhirnya Ibnu Arabi tumbuh sebagai sosok yang mulai memahami banyak cabang ilmu syariat, khususnya ilmu yang berkaitan dengan Al-Quran, tata bahasa Arab, hisab, dan lainnya. Sebagaimana dikatakan:


وَمِمَّا لَاشَكَّ أَنَّهُ قَدْ اِبْتَدَأَ التَّعْلِيْمَ فِي سِنٍّ مُبَكِّرةٍ، حَفِظَ فِيْهَا الْقُرْأَنَ وَعِلْمَ الْقِرَاءَتِ، وَأَجَادَ اللُّغَةَ وَالْحِسَابِ


Artinya, “Dan tidak diragukan lagi, bahwa sesungguhnya dia (Ibnu Arabi) telah memulai belajar sejak usia balita. Di usia itu, ia sudah bisa menghapal Al-Quran, ilmu qira’at, dan mampu menguasai bahasa Arab dan Hisab (Matematika).” (Lihat, Kitabul Qabas fi Syarhi Muwattha’ Malik bin Anas, [Darul Gharab al-Islami: tt], juz I, halaman 29).


Setelah berhasil menimba banyak ilmu dari ayahnya, dan sudah mulai menguasai beberapa disiplin ilmu syariat, ia melanjutkan pengembaraannya sebagai seorang yang haus akan ilmu ke berbagai ulama tersohor di masa itu.


Kota pertama yang menjadi target Ibnu Arabi untuk menuntut ilmu di tempat tersebut adalah Maroko. Salah satu kota dengan keilmuan yang tidak diragukan lagi. Maroko menjadi salah satu tempat yang memiliki peradaban keilmuan yang sangat tinggi. Banyak ulama-ulama hebat yang lahir dan tumbuh hebat di tempat tersebut. Tidak heran jika ia memilih kota tersebut sebagai rihlah pertamanya untuk belajar ilmu agama.


Sesampainya di Maroko, ia langsung pergi ke kota Fez untuk berguru dan belajar kepada ulama yang sangat masyhur keilmuannya pada masa itu, yaitu Imam Abu Abdillah at-Tamimi al-Fasi, yang merupakan ulama dengan penguasaan ilmu hadits dan fiqih yang sangat luas dan mendalam.


Di bawah bimbingan Imam Abu Abdillah at-Tamimi, ia tumbuh sebagai seorang pelajar yang sangat giat dan penuh semangat. Hadits-hadits yang diajarkan gurunya berhasil ia hapal dengan sempurna. Konsep-konsep fiqih yang diajarkan kepadanya juga berhasil ia kuasai dengan sempurna, bahkan tidak ada satu pelajaran pun yang diajarkan oleh gurunya kemudian tidak ia hapal.


Setelah berhasil menguasai banyak ilmu melalui didikan dari Imam Abu Abdillah at-Tamimi, rasa hausnya akan ilmu pengetahuan belum juga selesai. Ia bertekad untuk mencari negara lain untuk belajar lebih dalam lagi tentang ilmu agama. Negara yang menjadi tujuan utamanya saat itu adalah kota Damaskus.


Selain di Damaskus, ia juga menuntut ilmu ke banyak negara, di antaranya adalah Kairo Mesir, Baghdad, Makkah, dan kota lainnya.


Setelah rihlah panjang itu, pada akhirnya ia menjadi sosok hebat dengan penguasaan ilmu yang sangat mendalam. Semua cabang-cabang ilmu syariat berhasil ia kuasai dengan sempurna. Hadits-hadits Nabi juga banyak yang ia hapal dan pahami. Sehingga menjadikan dirinya sosok yang sangat disegani oleh banyak ulama pada masa itu.


Salah satu bukti dalamnya penguasaan keilmuan Ibnu Arabi adalah bisa dilihat dari banyaknya karya yang berhasil ia tulis di masa hidupnya, di antaranya adalah al-Futuhat al-Makkiyah (Penyingkapan-penyingkapan Makkah), Fushulu al-Hikam (Permata Kebijaksanaan), Turjuman al-Asywaq (Tafsir Kerinduan), Syajarah al-Kaun (Pohon Kejadian), dan sejumlah ratusan karya penting lainnya.


Selain itu, ia juga memiliki pengaruh yang sangat besar dalam sejarah peradaban Islam. Kehadirannya mampu menjadi sumber rujukan dan referensi bagi umat Islam pada masa itu, sekaligus menjadi referensi bagi umat Islam hingga saat ini dan seterusnya. Banyak karya ulama yang merujuk pada kitab karyanya yang monumental. Karenanya, ia mendapatkan julukan Syaikhul Akbar Ibnu Arabi (Guru Besar Ibnu Arabi).


Wasiat Ibnu Arabi

Selain meninggalkan ratusan karya yang sangat penting untuk dijadikan referensi dalam menjalani kehidupan sehari-hari, ia juga meninggalkan banyak wasiat-wasiat dan inspirasi yang bisa dijadikan pedoman hidup di dunia. Sebagaimana disebutkan oleh Imam asy-Sya’rani dalam kitab Lawaqihul Anwar al-Qudsiyah al-Muntaqah minal Futuhat al-Makiyahli Ibnu ‘Arabi, di antaranya, yaitu:


وَاحْذَرْ أَنْ تَحْقِرَ أَحَدًا مِنْ خَلْقِ اللهِ، فَاِنَّ الله مَا احْتَقَرَهُ حِيْنَ خَلَقَهُ


Takutlah kamu untuk meremehkan sesuatu dari ciptaan Allah, karena sungguh Allah tidak meremehkannya ketika menciptakannya.”


وَاحْذَرْ أَنْ تَسُبَّ أَبَا أَحَدٍ وَأُمَّهُ، فَيَسُبُّ أَبَاكَ أَوْ أُمَّكَ، فَاِنَّ ذَلِكَ مِنَ الْعُقُوْقِ


Takutlah kamu dari memaki ayah seseorang dan ibunya, sehingga ia juga memaki (balik) ayah dan ibumu, karena sesungguhnya hal itu termasuk dari durhaka pada orang tua.


عَلَيْكَ بِالْعَدْلِ حَتَّى بَيْنَ الرِّجْلَيْنِ، وَاِذَا  رَكِبْتَ دَابَةً فَلاَ تَرِحِ الْوَاحِدَةَ وَتَنْصَب الْأُخْرَى، وَذَلكَ لِأَنَّ جَوَارِحَكَ مِنْ رَعِيَّتِكَ وَقَدْ أَمَرَكَ اللهُ بِالْعَدْلِ فِيْمَا اسْتَرْعَاكَ فِيْهِ


Wajib bagimu untuk berlaku adil sekalipun pada kedua kaki. Jika kamu menunggangi kuda, maka jangan istirahatkan yang satunya dan mempekerjakan satunya, hal itu karena anggota badanmu merupakan tanggung jawabmu, dan Allah telah memerintahkanmu untuk berlaku adil pada apa yang dipertanggung jawabkan padamu tentangnya.


كُلُّ حُبٍّ يَزُوْلُ لَيْسَ بِحُبٍّ، وَكُلُّ حُبٍّ يَتَغَيَّرُ فَلَيْسَ بِحُبٍّ، اِنَّمَا الْحُبُّ مَا ثَبَتَ


Setiap cinta yang hilang (dari seseorang), itu pada hakikatnya bukanlah cinta. Setiap cinta yang berubah, itu juga bukan cinta. Cinta sejati adalah cinta yang tetap tanpa pernah hilang dan berubah.”


Demikian biografi dan sejarah perjalanan intelektual Ibnu Arabi dari kecil hingga menjadikan dirinya sosok ulama yang memiliki banyak ilmu. Wallahu a’lam.


Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur.