Hikmah

Prediksi Siklus Pandemi dalam Kitab Pengobatan Islam Klasik

Sab, 30 Oktober 2021 | 14:00 WIB

Prediksi Siklus Pandemi dalam Kitab Pengobatan Islam Klasik

Prediksi Siklus Pandemi dalam Kitab Pengobatan Islam Klasik

Mendekati akhir tahun 2021, para pakar epidemiologi berspekulasi tentang gelombang ketiga pandemi yang mungkin terjadi di Indonesia. Prediksi akan adanya siklus pandemi ini mulai membuat khawatir masyarakat akan kembali meningkatnya kasus Covid-19. Berbagai agenda yang telah direncanakan untuk dihelat pada kurun waktu tersebut pun diminta agar tetap memperhatikan protokol kesehatan secara ketat.

 

Bagaimana Islam memandang persoalan prediksi pandemi? Adakah waktu-waktu tertentu yang dipandang memiliki kerentanan sehingga kemungkinan akan memunculkan peluang terjadinya wabah? Apa kaitan faktor lingkungan di sekitar waktu terjadinya prediksi wabah tersebut yang tertulis pada kitab-kitab klasik karya ulama terdahulu?

 

Para ulama dan penulis kitab-kitab pengobatan islami telah mencermati fenomena berulangnya wabah berdasarkan pengalaman penelitian dan observasi yang ilmiah. Al-Hafiz Adz-Dzahabi dalam kitab Thibbun Nabawi memuat sebuah prediksi dari Nabi dan keterangan dari ulama tentang waktu-waktu rentan munculnya wabah sebagai berikut:

 

“Nabi saw bersabda, ‘Tutuplah wadah-wadahmu dan rapatkan tali-tali kantung airmu, sebab dalam setiap tahun ada suatu malam yang di dalamnya turun wabah penyakit dari langit, dan apabila ia turun pada wadah-wadah yang tidak ditutup atau pada kantung air yang talinya tidak dirapatkan, maka sebagian dari wabah penyakit itu akan jatuh ke dalamnya. Hadits ini telah diriwayatkan oleh Muslim. Al-Laitsi mengatakan bahwa di kalangan orang-orang ‘ajam kita ada yang waspada sehingga berjaga-jaga terhadap malam itu, khususnya di Kanun al-awwal.” (Al-Hafidz Adz-Dzahabi, Thibbun Nabawi, Beirut, Dar Ihyaul Ulum, 1990: 188)

 

Ada dua aspek penting yang berbeda dalam pemaknaan hadits di atas. Aspek yang pertama disampaikan Nabi terkait dengan anjuran menutup wadah air di waktu malam disambung dengan prediksi turunnya wabah tanpa merinci waktunya. Hal ini bisa disikapi dengan penuh keimanan oleh setiap muslim karena Nabi dapat memprediksi sesuatu yang akan datang. Prediksi Nabi disertai dengan anjuran agar dilaksanakan oleh umatnya pada masa mendatang, yaitu setelah anjuran tersebut disampaikan. Aspek kedua adalah penjelasan ulama tentang hasil observasinya terhadap kemunculan wabah di waktu yang disebut Kanun al-Awwal. Aspek yang kedua ini bukanlah prediksi, tetapi merupakan kesimpulan hasil pengamatan dari pengalaman sebelumnya.

 

Kanun al-Awwal yang disebutkan pada kitab tersebut adalah suatu periode waktu tertentu di sekitar bulan Desember. Berdasarkan penjelasan tersebut, ada siklus tahunan yang menjadi waktu munculnya pandemi atau wabah penyakit. Prediksinya berasal dari Nabi dengan tanpa merinci waktu tertentu. Namun, keterangan tentang waktu yang disebutkan selanjutnya bukanlah berasal dari Nabi SAW melainkan dari penjelasan ulama. Oleh karena itu, pendapat ulama ini bukan merupakan prediksi tetapi merupakan hasil penelitian ulama secara empiris atau berdasarkan pengalaman sebelumnya.

 

Riset dengan pengalaman empiris berdasarkan fenomena yang berulang dari waktu sebelumnya lazim dilakukan oleh para ilmuwan. Fenomena pandemi memang memiliki peluang siklus berulang. Epidemiolog membuat prediksi tentang akan adanya gelombang ketiga pandemi di Indonesia berdasarkan pola sebelumnya yang telah dipelajari. Prediksi ilmuwan yang tentu merupakan manusia biasa bukanlah kepastian, tetapi merupakan model kajian ilmiah yang memiliki peluang untuk terjadi sekaligus bisa salah.

 

Bukti bahwa prediksi ilmuwan bisa meleset adalah prediksi gelombang ketiga pandemi Covid-19 itu sendiri. Epidemiolog semula memprediksi bahwa gelombang ketiga akan terjadi pada bulan Oktober 2021. Namun, pada akhir Bulan September 2021, epidemiolog meralat bahwa prediksi gelombang ketiga pandemi Covid-19 akan mundur ke Bulan Desember 2021.

 

Apabila konsep observasi ulama Islam tentang pengalaman pandemi diterapkan ke situasi Covid-19, ada beberapa kesesuaian yang terbukti benar. Pandemi Covid-19 muncul pertama kali di sekitar Bulan Desember 2019. Setelah kemunculannya, jumlah kasus terus menerus naik dan mencapai puncaknya secara global pada Bulan Januari 2021.

 

Tokoh kedokteran Islam, Ibnu An-Nafis, juga memiliki kesimpulan tentang hasil observasi waktu terjadinya pandemi yang jatuhnya sama dengan Kanun Al-Awwal yaitu sekitar bulan Desember. Beliau menyatakan dalam Kitab Al-Mujaz fit Thibb sebagai berikut:

 

“Wabah sering terjadi pada bulan Desember dan Januari, bulan dingin. Jika banyak tanda-tanda hujan, tetapi tidak hujan dan hal ini terjadi berulang-ulang, maka watak musim dingin rusak.” (Ibnu An-Nafis, Al-Mujaz fit Thibb, Mesir, Al-Majlis Al-A’la lisy-Syu’un Al-Islamiyyah, 1986:304)

 

Keterangan Ibnu An-Nafis di atas saat ini terbukti. Fenomena puncak gelombang pertama pandemi Covid-19 secara global terjadai pada Januari 2021. Beliau juga menyebutkan faktor lingkungan dalam penelitiannya, yaitu musim dingin. Musim dingin di Arab dan sekitarnya memang biasanya terjadi pada Bulan Desember hingga Februari. Tentu saja pengalaman Ibnu An-Nafis pada zaman dahulu dengan bukti pengulangan yang terjadi pada kasus Covid-19 memiliki selisih waktu ratusan tahun. Apabila saat ini terbukti sesuai, hal itu bukan merupakan suatu prediksi dan bukan merupakan kepastian. Fakta ini dapat disebut sebagai hasil observasi atau pengamatan yang kondisinya berulang.

 

Meskipun bukan prediksi dan bukan kepastian, hasil observasi ulama Islam juga terbukti pada pandemi Flu Spanyol. Puncak gelombang kedua pandemi Flu Spanyol yang memakan banyak korban jiwa terjadi pada akhir tahun 1918. Pada Bulan November-Desember 1918, diperkirakan angka kematian akibat Flu Spanyol mencapai puluhan juta jiwa di seluruh dunia.

 

Berdasarkan penjelasan para ulama dan ilmuwan, pandemi memiliki pola yang dapat diteliti dan diamati. Para ulama Islam tidak memprediksi pandemi karena hanya Nabi yang bisa memprediksi dengan ilmu yang diberikan oleh Allah SWT. Namun, para ulama itu memiliki ketajaman mata batin sehingga meneliti siklus pandemi berdasarkan pengalaman sebelumnya dan menghasilkan kesimpulan adanya pola tertentu. Penelitian yang dilakukan oleh para ulama diinspirasi oleh prediksi dari Nabi sehingga bukti kebenarannya sekaligus dapat meningkatkan keimanan kepada Nabi dan kecintaan kepada Islam.

 

Para ahli epidemiologi telah memprediksi waktu tertentu munculnya gelombang baru pandemi. Prediksi epidemiolog itu sangat mungkin salah. Namun, penjelasan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli dapat dijadikan pedoman untuk berikhtiar secara lahiriah sehingga dapat menghindari kemungkinan dampak buruk pandemi. Umat Islam yakin bahwa selain Allah SWT dan Nabi SAW, tidak ada yang mengetahui secara pasti prediksi waktu terjadinya pandemi maupun siklus pengulangannya. Para ulama Islam di masa lalu telah berijtihad meneliti siklus pandemi melalui kitab-kitab yang membahas tentang pengobatan islami dan ternyata di masa kini terbukti kebenarannya. Oleh karena itu, sebagai kaum muslimin, hendaknya kita mencintai para ulama dan karya-karyanya serta berupaya untuk terus mempelajari dan mengamalkannya.

 

 

Yuhansyah Nurfauzi, apoteker dan peneliti di bidang farmasi