Tafsir

Tafsir Al-Baqarah 214: Ujian Allah bagi Orang-orang Beriman

Ahad, 14 Januari 2024 | 16:00 WIB

Tafsir Al-Baqarah 214: Ujian Allah bagi Orang-orang Beriman

Berdoa. (Foto: NU Online/ Freepik)

Berikut ini adalah teks, terjemahan, sabab nuzul dan kutipan sejumlah tafsir ulama atas surat al-Baqarah ayat 214:


أَمۡ حَسِبۡتُمۡ أَن تَدۡخُلُواْ ٱلۡجَنَّةَ وَلَمَّا يَأۡتِكُم مَّثَلُ ٱلَّذِينَ خَلَوۡاْ مِن قَبۡلِكُمۖ مَّسَّتۡهُمُ ٱلۡبَأۡسَآءُ وَٱلضَّرَّآءُ وَزُلۡزِلُواْ حَتَّىٰ يَقُولَ ٱلرَّسُولُ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مَعَهُۥ مَتَىٰ نَصۡرُ ٱللَّهِۗ أَلَآ إِنَّ نَصۡرَ ٱللَّهِ قَرِيبٞ 


Am ḫasibtum an tadkhulul-jannata wa lammâ ya'tikum matsalulladzîna khalau min qablikum, massat-humul-ba'sâ'u wadl-dlarrâ'u wa zulzilû ḫattâ yaqûlar-rasûlu walladzîna âmanû ma‘ahû matâ nashrullâh, alâ inna nashrallâhi qarîb


Artinya: “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan, dan diguncang (dengan berbagai cobaan) sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, “Kapankah datang pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat”.


Sabab Nuzul Al-Baqarah 214

Imam Nawawi Al-Bantani dalam tafsirnya menyebutkan beberapa riwayat sebab turun Al-Baqarah 214:


Riwayat yang bersumber dari Ibnu Abbas, ia menjelaskan bahwa ayat ini turun pada saat Rasulullah saw memasuki kota Madinah. Bencana paceklik terjadi terhadap mereka sebab mereka yang keluar (hijrah dari kota Makkah) tanpa membawa harta dan meninggalkan rumah dan harta mereka di tangan orang-orang musyrik. Umat Yahudi (Madinah) saat itu juga menunjukkan permusuhan terhadap Rasulullah saw. Kemudian Allah menurunkan ayat ini untuk mengobati hati umat Islam. 


Riwayat kedua bersumber dari Qatadah dan As-Suddi, ia menjelaskan bahwa ayat ini turun terkait dengan perang Khandaq pada saat umat Islam ditimpa kepayahan dan kesedihan.


Ada juga riwayat yang menyebutkan ayat ini turun terkait peristiwa perang Uhud, saat Abdullah bin Ubay (pimpinan kaum munafik saat itu) berkata pada para sahabat Nabi: “Sampai kapan kalian membunuh diri kalian sendiri dan mengharapkan kebathilan?, jika Muhammad adalah Nabi maka Allah tidak akan menimpakan kepada kalian baik penawanan maupun pembunuhan”. (Al-Bantani, Marah Labid, Juz I, hal 50).


Ragam Tafsir Al-Baqarah 214

Ayat ini secara tegas menjelaskan bahwa untuk memperoleh surga dari Allah, tidak cukup hanya dengan keimanan saja. Umat Islam akan diberi berbagai macam cobaan sebagaimana yang menimpa pada umat sebelumnya sebagai ujian bagi mereka.  


Berkaitan hal ini, Fakhruddin Ar-Razi dalam tafsirnya menjelaskan korelasi antara ayat ini dengan ayat sebelumnya. Di antaranya, ia menjelaskan ‘setelah Allah menjelaskan bahwa Ia memberi petunjuk kebenaran dan cara mencapai surga-Nya pada siapa saja yang dikehendaki-Nya’. Pada ayat ini dijelaskan bahwa untuk mencapai surga-Nya tidak akan sempurna kecuali dengan menanggung berbagai macam cobaan dalam bentuk taklif (beban ujian berupa syariat). Oleh karenanya, Allah memberikan berbagai macam cobaan untuk menguji umat Islam dalam memperoleh surga-Nya. (Fakhruddin Ar-Razi, Mafatihul Ghaib, cet 1, [Beirut: Darul Fikr], juz VI, hal 19).


Imam Nawawi Al-Bantani menjelaskan maksud dari ayat di atas dengan berkata:


ومعنى الآية أظننتم أيها المؤمنون أن تدخلوا الجنة بمجرد الإيمان بي وتصديق رسولي دون أن تعبدوا الله بكل ما كلفكم به وابتلاكم بالصبر عليه ودون أن ينالكم أذى الكفار، والفقر، ومقاساة الأهوال في مجاهدة العدو كما كان كذلك من قبلكم من المؤمنين


Artinya: “Makna ayat di atas ialah “apakah kalian menyangka wahai orang yang beriman! Akan masuk Surga dengan hanya beriman kepada-Ku dan membenarkan utusan-Ku tanpa beribadah kepada-Ku (Allah) dengan segala yang dibebankan kepada kalian, memberi cobaan agar kalian sabar terhadapnya dan tanpa menimpakan kepada kalian rasa sakit dari orang-orang kafir, kefakiran, ketakutan dalam berjihad menghadapi musuh sama seperti halnya yang terjadi pada orang-orang beriman sebelum kalian?”. (Al-Bantani, hal 50).


Lebih lanjut, pada ayat di atas disebutkan ada tiga kata yang disebutkan sebagai gambaran ujian yang menimpa umat terdahulu yaitu al-ba’sa, ad-dharra’ dan zilzal (zulzilu). Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa arti dari ketiga kata tersebut ialah penyakit, musibah-musibah, dan bencana yang menimpa. 


Masih dari Ibnu Katsir, mengutip dari riwayat Ibnu Abbas menjelaskan bahwa maksud dari lafadz al-ba’sa ialah kefakiran, adh-dharra’ ialah penyakit dan zilzal ialah guncangan ketakutan terhadap musuh dengan ketakutan yang dahsyat. (Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’anul Adzim, [Riyadh, Dar Thayyibah linnasyri wa Tauzi’: 1999 M/ 1420 H] juz I, hal 568).


Sedangkan, makna al-ba’sa menurut Imam Nawawi dalam tafsirnya ialah penyempitan sisi kebaikan dan kemanfaatan, adh-dharra’ ialah terbukanya sisi keburukan, hal-hal negatif dan penyakit, dan zilzal ialah digoncang dengan berbagai macam bencana. 


Adapun arti dari ayat ḫattâ yaqûlar-rasûlu walladzîna âmanû ma‘ahû matâ nashrullâh, alâ inna nashrallâhi qarîb, Imam Nawawi menjelaskan bahwa maksudnya ialah ujian yang diturunkan oleh Allah saat itu akan hilang hingga para Rasul yang memiliki kesabaran ekstra ketika menghadapi ujian akan sampai pada puncak kesabarannya hingga berkata “Kapan pertolongan Allah akan datang?”. Maka pada saat itulah pertolongan Allah akan datang.  Ada juga yang berpendapat kalimat “Kapan pertolongan Allah akan datang?” itu dikatakan oleh orang-orang beriman sehingga kemudian para utusan Allah menjelaskan bahwa “Pertolongan Allah sangat dekat” (Al-Bantani, hal 50).


Ada beberapa pelajaran yang dapat diambil dari ayat di atas, di antaranya bahwa status sebagai orang beriman tidak melulu menjadikan seseorang akan mudah memperoleh surga Allah tanpa melewati ujian dari-Nya. Ia akan tetap diuji dengan berbagai ujian hingga ia dikatakan lulus darinya sebagaimana orang-orang beriman umat sebelumnya pun diuji.


Terlepas dari berbagai bentuk ujian yang diberikan oleh Allah yang disebutkan pada ayat di atas, ujian itu akan hilang pada waktunya. Namun, dibutuhkan kesabaran, usaha dan doa untuk menghadapinya. Bahkan pada ayat di atas disebutkan “hingga para utusan berkata: kapan pertolongan Allah akan datang?”, yang mengisyaratkan bahwa ujian yang diberikan meski akan datang jalan keluar setelahnya namun membutuhkan keteguhan hati untuk menghadapinya. Wallahu a’lam.


Alwi Jamalulel Ubab, Mahasantri Ma'had Aly Saidussidiqiyah, Jakarta