Tafsir

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 36

Kam, 24 Desember 2020 | 10:15 WIB

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 36

Kepada keduanya, Iblis bersumpah dengan nama Allah bahwa ia seorang penasihat yang tulus. Keduanya kemudian memakannya. Lalu ia mengeluarkan keduanya dari tempat semula.

Berikut ini adalah teks, transliterasi, terjemahan, dan kutipan sejumlah tafsir ulama atas Surat Al-Baqarah ayat 36:


فَأَزَلَّهُمَا الشَّيْطَانُ عَنْهَا فَأَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِ وَقُلْنَا اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ وَلَكُمْ فِي الْأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَى حِينٍ


Fa azallahumas syathānu ‘anhā, fa akhrajahumā min mā kānā fīhi, wa qulnahbithū ba‘dhukum li ba‘dhin ‘aduwwun, wa lakum fil ardhi mustaqarrun wa matā‘un ilā hīnin.


Artinya, “Lalu setan menggelincirkan keduanya dari surga dan mengeluarkan keduanya dari keadaan semula. Kami berfirman, ‘Turunlah kalian! Sebagian dari kalian menjadi musuh bagi yang lain. Bagi kalian ada tempat kediaman di bumi dan kesenangan hidup sampai waktu tertentu,’” (Surat Al-Baqarah ayat 36).


Ragam Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 36


Syekh Jalaluddin dalam Tafsirul Jalalain mengatakan, pada Surat Al-Baqarah ayat 36 Allah menceritakan bahwa Iblis menghilangkan Adam dan Hawa dari surga. Lain qiraat sebuah riwayat menyebut “Fa azālahumā” yang artinya menyingkirkan keduanya dari surga dengan katanya, “Maukah kalian kutunjuki sebuah pohon kekekalan?”


Kepada keduanya, Iblis bersumpah dengan nama Allah bahwa ia seorang penasihat yang tulus. Keduanya kemudian memakannya. Lalu ia mengeluarkan keduanya dari tempat semula. Kami katakan, “Turunlah kalian! (ke bumi),” yaitu kalian bersama keturunan kalian yang terkandung di tubuh kalian. Sebagian keturunan kalian kepada keturunan yang lain saling bermusuhan lantaran sikap zalim sebagian kalian kepada yang lain.


Di bumi ada tempat diam kalian dan kesenangan hidup di mana kalian menikmati tumbuhannya sampai waktu selesainya ajal kalian.


Imam Al-Baidhawi dalam tafsirnya, Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta’wil, mengatakan, ulama berbeda pendapat perihal cara Iblis menggoda Adam dan Hawa. Sebagian ulama mengatakan, Iblis mengubah rupanya lalu masuk ke dalam surga untuk bercakap-cakap dengan keduanya. Ulama lain mengatakan, Iblis membujuk keduanya dengan melemparkan was-was ke dalam hati keduanya.


Ada ulama, kata Imam Al-Baidhawi, bercerita, Iblis dilarang masuk ke dalam surga. Tetapi ia tidak dilarang masuk untuk menggoda Adam dan Hawa. Ulama lain mengatakan, Iblis menunggu di pintu, lalu memanggil keduanya. Ulama lainnya mengatakan, Iblis masuk ke surga dengan rupa hewan sehingga tidak dapat dikenali oleh malaikat penjaga surga.


Ulama tafsir lainnya mengatakan, Iblis masuk ke dalam mulut seekor ular yang kemudian membawa masuk Iblis ke dalam surga. Ulama lain bercerita, Iblis mengutus pengikutnya ke dalam surga untuk menggelincirkan Adam dan Hawa. Tetapi yang pasti, hanya Allah yang mengetahuinya.


“Mengeluarkan keduanya dari keadaan semula,” yaitu kondisi kemuliaan dan kenikmatan, kata Imam Al-Baidhawi. Sedangkan kata “kalian” ditujukan untuk Adam, Hawa, Iblis, dan kelak keturunan mereka. Adapun “waktu tertentu” adalah kematian atau hari kiamat.


Imam Al-Baghowi dalam tafsirnya, Ma‘alimut Tanzil fit Tafsir wat Ta’wil, mengatakan, “syaithan” berarti orang yang jauh dari kebaikan atau dari rahmat Allah. “Keadaan semula,” yang dimaksud adalah kenikmatan surga.


Imam Al-Baghowi dari riwayat Ibnu Abbas mengutip dialog Allah dan Nabi Adam AS. “Bukankah Kuperkenankan apa saja dengan leluasa di surga selain pohon itu?” kata Allah. “Benar Tuhanku, tetapi aku tidak mengira ada orang yang bersumpah dusta dengan nama-Mu.” “Kalau begitu, Kuturunkan kamu ke bumi. Kamu tidak akan menemukan penghidupan kecuali dengan bersusah payah,” kata Allah.


Imam Ibnu Katsir dalam karya tafsirnya yang terkenal mengatakan, cerita yang disampaikan oleh ahli tafsir terdahulu seperti Imam As-Suddi, Abul Aliyah, Wahab bin Munabbih, perihal kisah ular dan Iblis adalah cerita Israiliat. Adapun cerita masuknya Iblis ke dalam surga dan caranya menggoda Adam nanti dijelaskan pada Surat Al-A’raf. Cerita hal ini di sana lebih luas daripada cerita pada Surat Al-Baqarah ayat 36.


Al-Hakim, kata Ibnu Katsir, mengutip riwayat Ibnu Abbas RA yang mengatakan, Adam tinggal di surga selama waktu ashar sampai maghrib. Sementara Al-Hasan mengatakan, Adam tinggal di surga selama sejenak siang saja yang lamanya sekira 130 tahun.


Sebagian riwayat mengatakan, Nabi Adam AS bersama Hajar Aswad diturunkan di Sirnadib, India. Siti Hawa diturunkan di Jeddah. Iblis diturunkan di Ailah, Syam (lain riwayat di Dastumisan, sekian mil dari Bashrah). Sedangkan ularnya diturunkan di Isfahan. Riwayat lain menyebut, Nabi Adam AS turun di Dahna, satu daerah antara Makkah dan Thaif.


Riwayat lain lagi menyebut, Adam AS turun di Shafa. Siti Hawa turun di Marwa. Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik hari matahari terbit adalah Jumat. Pada hari itu Adam diciptakan, dimasukkan ke surga, dan hari itu juga dikeluarkan dari surga,” (HR Muslim dan An-Nasai). Wallahu a‘lam. (Alhafiz Kurniawan)