Tafsir

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 35

Rab, 23 Desember 2020 | 10:15 WIB

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 35

Yang pasti, pohon apa yang dimaksud pada Surat Al-Baqarah ayat 35 adalah pengetahuan yang bermanfaat jika itu dapat diketahui, dan tidak membuat mudharat jika kita juga akhirnya tidak mengetahuinya.

Berikut ini adalah teks, transliterasi, terjemahan, dan kutipan sejumlah tafsir ulama atas Surat Al-Baqarah ayat 35:


وَقُلْنَا يَا آدَمُ اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلَا مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَا وَلَا تَقْرَبَا هَٰذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ


Wa qulnā yā Ādamu, uskun anta wa zaujukal jannata, wa kulā minhā raghadan haitsu syi’tumā, wa lā taqrabā hādzihis syajarata fa takūna minaz zhālimīna.


Artinya, “Kami katakan, ‘Wahai Adam, hendaklah kamu dan pasanganmu mendiami surga ini. Makanlah apapun yang banyak lagi baik mana saja kamu sukai darinya. Janganlah kamu dekati pohon ini yang menjadikan kalian termasuk orang yang zalim,’” (Surat Al-Baqarah ayat 35).


Ragam Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 35

Syekh Jalaluddin dalam Tafsirul Jalalain mengatakan, “pasanganmu” pada Surat Al-Baqarah ayat 35 adalah Hawa yang diciptakan dari tulang rusuk kiri Adam AS. Sedangkan “apapun” adalah makanan apapun dengan bebas tanpa batasan sesuka hati.


Adapun larangan “mendekat” pada Surat Al-Baqarah ayat 35 bermakna “memakan.” Sedangkan pohon yang dimaksud adalah gandum, anggur, atau tumbuhan selain keduanya. Pelanggaran atas larangan itu akan membuat kalian menjadi orang zalim, yaitu orang yang bermaksiat.


Imam Al-Baidhawi dalam tafsirnya, Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta’wil, mengatakan, tindakan “mendekat” yang dilarang pada Surat Al-Baqarah ayat 35 merupakan awal dari tindakan “memakan” yang lebih lagi larangannya yang harus dijauhi.


Tindakan “mendekat” yang dilarang pada Surat Al-Baqarah ayat 35merupakan peringatan bahwa “mendekat” dapat menimbulkan ajakan atau dorongan dan kecenderungan pada sesuatu yang lahir dari kebulatan hati seta pengabaian pada tuntutan akal dan syara sebagaimana hadits, “kesukaanmu pada sesuatu dapat membutakan mata dan menulikan telinga.”


Oleh karena itu, kata Imam Al-Baidhawi, Adam dan Hawa seyogianya tidak bermain di sekitar larangan tersebut karena berisiko terjatuh di dalamnya. Tindakan pelanggaran tersebut dapat menjadikan keduanya sebagai orang zalim yang menganiaya diri melalui perbuatan maksiat atau perbuatan yang mencederai kemuliaan dan kenikmatan.


Adapun pohon yang dimaksud pada Surat Al-Baqarah ayat 35 adalah pohon gandum, anggur, tin, atau pohon yang mengganti buah baru ketika buahnya dimakan. Yang utama, tidak menunjuk pohon tertentu tanpa riwayat yang pasti sebagaimana pohon yang dimaksud pada Surat Al-Baqarah ayat 35.


Imam Al-Baghowi dalam tafsirnya, Ma‘alimut Tanzil fit Tafsir wat Ta’wil, bercerita bahwa suatu ketika Nabi Adam AS tertidur. Saat tidak ada makhluk lain yang sejenis dengannya, Allah menciptakan istrinya, Hawa, dari rusuk kirinya. Ia dinamai Hawa karena diciptakan dari makhluk hidup juga.


Allah menciptakan Hawa tanpa terasa dan tanpa dirasakan sakit oleh Adam. Ketika terjaga, Adam mendapati Hawa sedang duduk di dekat kepalanya. Adam bertanya, “Kamu siapa?” “Istrimu. Allah menciptakanku agar Kau merasa tenteram denganku. Begitu juga aku terhadapmu,” kata Hawa.


Ulama, kata Imam Al-Baghowi, berbeda pendapat perihal pohon tersebut. Ibnu Abbas, Muhammad bin Ka’ab, dan Muqatil mengatakan, pohon pada Surat Al-Baqarah ayat 35 adalah tangkai atau cabang pohon. Sedangkan Ibnu Mas’ud RA mengatakan, itu pohon anggur. Ibnu Juraij berkata, itu pohon tin. Qatadah berkata, ia pohon ilmu yang mengandung segala sesuatu di dalamnya. Sementara Sayyidina Ali RA mengatakan, ia adalah pohon kapur.


Orang zalim pada akhir Surat Al-Baqarah ayat 35 berarti orang yang mendatangkan mudharat pada diri sendiri dengan tindakan kemaksiatannya. Pada aslinya, kezaliman adalah tindakan meletakan sesuatu pada bukan tempat semestinya.


Adapun Imam Ibnu Katsir dalam karya tafsirnya yang terkenal mengatakan, ulama berbeda pendapat perihal surga yang ditempati Adam pada Surat Al-Baqarah ayat 35. Apakah surga yang dimaksud itu di langit atau di bumi? Kelompok Muktazilah dan Qadariyah berpendapat, surga pada Surat Al-Baqarah ayat 35 terdapat di bumi.


Ibnu Katsir mengutip juga riwayat dari para sahabat yang mengatakan bahwa Hawa diciptakan setelah Adam masuk ke dalam surga. Ketika Iblis dikeluarkan, Adam diperkenankan tinggal di surga. Adam berjalan di dalamnya dengan murung kesepian tanpa pasangan tempat bersandar. Ketika Adam AS tidur, Allah menciptakan Hawa. Sedangkan larangan mendekat pada Surat Al-Baqarah ayat 35 merupakan ujian dan cobaan bagi Adam AS.


Ulama, kata Ibnu Katsir berbeda pendapat perihal pohon pada Surat Al-Baqarah ayat 35. Imam Sufyan At-Tsauri mengatakan, pohon pada Surat Al-Baqarah ayat 35 adalah pohon kurma. Sedangkan Wahab bin Munabih mengatakan, pohon pada Surat Al-Baqarah ayat 35 memiliki banyak cabang dan tangkai. Pohon ini memiliki buah yang dimakan malaikat untuk keabadian mereka, buah yang tidak boleh dimakan oleh Adam dan istrinya.


Ibnu Katsir mengutip pandangan Ibnu Jarir perihal perbedaan pendapat ulama perihal pohon pada Surat Al-Baqarah ayat 35. Yang jelas, Allah melarang Adam dan Hawa untuk memakan satu pohon di surga. Kita sendiri tidak dapat menunjuk secara pasti pohon apa yang dimaksud karena Allah memang tidak menyebutkan secara spesifik baik di Al-Qur’an maupun hadits.


Sebagian ulama, kata Ibnu Jarir sebagaimana dikutip Ibnu Katsir, mengatakan, itu pohon gandum. Ada lagi yang mengatakan, itu pohon anggur. Ulama lainnya mengatakan, itu pohon tin. Mungkin salah satu dari pendapat itu benar.


Yang pasti, pohon apa yang dimaksud pada Surat Al-Baqarah ayat 35 adalah pengetahuan yang bermanfaat jika itu dapat diketahui, dan tidak membuat mudharat jika kita juga akhirnya tidak mengetahuinya. Pandangan ini dianggap kuat oleh Fakhruddin Ar-Razi dan ulama tafsir lainnya. Wallahu a‘lam. (Alhafiz Kurniawan)