Tafsir

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 40

Ahad, 3 Januari 2021 | 17:30 WIB

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 40

Bani Israil adalah keturunan Nabi Ya’qub karena Israil adalah sebutan Nabi Yakub yang dalam bahasa Ibrani berarti kekasih atau hamba Allah.

Berikut ini adalah teks, transliterasi, terjemahan, dan kutipan sejumlah tafsir ulama atas Surat Al-Baqarah ayat 40:


يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَوْفُوا بِعَهْدِي أُوفِ بِعَهْدِكُمْ وَإِيَّايَ فَارْهَبُونِ


Yā banī Isrā’īla, udzkurū ni‘matiyal latī an‘amtu ‘alaikum, wa awfū bi ahdī ūfi bi ahdikum, wa iyyāya farhabūni.


Artinya, “Hai Bani Israil, ingatlah nikmat-Ku yang telah Kuberikan kepada kalian. Penuhilah janji kalian kepada-Ku, niscaya Kupenuhi janji-Ku kepada kalian; dan hanya kepada-Ku hendaknya kalian takut,” (Surat Al-Baqarah ayat 40).


Ragam Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 40

Syekh Wahbah Az-Zuhayli dalam karyanya, Kitab Tafsir Al-Wasith, mengatakan, Surat Al-Baqarah ayat 40 menuntut Bani Israil untuk beriman kepada Al-Qur’an. Allah memerintahkan semua manusia untuk beriman kepada syariat Al-Qur’an dan kabar yang diturunkan padanya. Bani Israil yang telah menerima banyak karunia Allah juga termasuk manusia yang dituntut untuk beriman kepada Al-Qur’an.


Allah, kata Syekh Wahbah, mengingatkan Bani Israil di Kota Madinah yang hidup di zaman Nabi Muhammad SAW terhadap nikmat-nikmat yang telah diberikan agar mereka segera beriman kepada Allah, kitab-kitab suci-Nya, dan Nabi Muhammad SAW yang mengabarkan itu semua melalui wahyu.


Dalam karya tafsirnya yang lain, Tafsir Al-Munir, Syekh Wahbah Az-Zuhayli mengatakan, Surat Al-Baqarah ayat 40-142 membicarakan secara khusus Bani Israil untuk mengungkap perilaku dan aib mereka.


Adapun ayat sebelumnya dari awal Surat Al-Baqarah hingga Surat Al-Baqarah ayat 39 berbicara tentang wujud dan keesaan Allah; perintah untuk menyembah-Nya, Al-Qur’an sebagai kalam ilahi yang mengandung mukjizat; uraian perihal kuasa Allah dengan penciptaan dan pemuliaan manusia; penciptaan langit dan bumi; kedudukan manusia di antara alam raya; dan pembagian manusia ke dalam kategori mukmin, kafir, dan munafik.


Allah, kata Syekh Wahbah, kemudian pada Surat Al-Baqarah ayat 40 mulai mengarahkan bicara-Nya kepada bangsa-bangsa yang memiliki “tradisi” kenabian. Allah memulainya dari bangsa Yahudi karena mereka bangsa terdepan dengan sejumlah kitab samawi; dan juga karena mereka adalah bangsa yang paling keras memusuhi orang-orang yang beriman terhadap Al-Qur’an. Sedangkan Yahudi adalah bangsa yang paling utama seharusnya beriman kepada Nabi Muhammad SAW, nabi akhir zaman.


Oleh karena itu, kata Syekh Wahbah, Allah mengingatkan bangsa Yahudi terhadap nikmat-nikmat yang telah diberikan kepada mereka. Allah juga mengingatkan mereka terhadap janji mereka untuk beriman kepada risalah dan kenabian Muhammad SAW.


Syekh Jalaluddin dalam Tafsirul Jalalain pada Surat Al-Baqarah ayat 40 mengatakan, Bani Israil adalah keturunan Nabi Yakub. “Ingatlah nikmat-Ku yang telah Kuberikan kepada kalian,” yaitu bapak moyang kalian, yaitu penyelamatan dari Firaun, pembelahan laut, penaungan awan, dan nikmat lainnya agar kalian bersyukur dalam bentuk kepatuhan pada perintah-Ku.


“Penuhilah janji kalian pada-Ku untuk beriman kepada Muhammad, niscaya Kupenuhi janji-Ku terhadap kalian berupa ganjaran surga. Takutlah kalian kepada-Ku terkait pengingkaran janji,” tulis Syekh Jalaluddin dalam tafsirnya.


Imam Al-Baidhawi dalam karya tafsirnya, Kitab Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta’wil, mengatakan, Surat Al-Baqarah ayat 40 ditujukan kepada orang yang berilmu dan Ahli Kitab. Pada surat ini, Allah memerintahkan mereka untuk mengingat nikmat Allah dan memenuhi janji mereka kepada-Nya dalam mengikuti jalan kebenaran dan menerima bukti-bukti kebenaran agar mereka menjadi orang yang pertama beriman kepada Nabi Muhammad SAW.


Bani Israil, kata Imam Al-Baidhawi, adalah keturunan Nabi Ya’qub karena Israil adalah sebutan Nabi Yakub yang dalam bahasa Ibrani berarti kekasih atau hamba Allah. Mereka diperintahkan untuk mengingat nikmat Allah dengan cara memikirkannya dan menunaikan syukurnya.


Pemenuhan janji mereka, kata Imam Al-Baidhawi, dilakukan dengan cara keimanan dan ketaatan kepada Al-Qur’an. “Takutlah kepada-Ku,” perihal tindakan yang mereka lakukan dan mereka tinggalkan, terlebih lagi soal pelanggaran janji.


Surat Al-Baqarah ayat 40 ini mengandung janji dan ancaman sekaligus; dan menunjukkan atas kewajiban syukur dan pemenuhan janji. Surat Al-Baqarah ayat 40 juga menunjukkan bahwa orang yang beriman seyogianya tidak takut kepada siapapun selain Allah.


Tafsir Al-Baghowi dalam Kitab Ma’alimut Tanzil fit Tafsir wat Ta’wil mengatakan, kata “udzkurū” berarti zikir atau menjaga ingatan. Zikir dilakukan secara lisan dan di dalam hati. Kata zikir digunakan pada ayat ini karena di dalam syukur terdapat unsur zikir. Sedangkan pada kufur nikmat terdapat lupa.


Adapun penerima nikmat pada Surat Al-Baqarah ayat 40, kata Imam Al-Baghowi, adalah kakek moyang dan para pendahulu Bani Israil. Sedangkan nikmat itu sendiri, menurut Mujahid, adalah nikmat khusus yang selama ini diterima oleh Bani Israil. 


Menurut Imam Qatadah dan Mujahid, kutip Imam Al-Baghowi, janji yang dimaksud pada Surat Al-Baqarah ayat 40 disebutkan secara jelas pada Surat Al-Maidah ayat 12. Tetapi menurut Imam Al-Hasan, janji yang dimaksud adalah syariat Taurat sebagaimana keterangan Surat Al-Baqarah ayat 63.


Adapun Muqatil mengatakan, janji yang dimaksud adalah janji Bani Israil untuk selalu mengesakan Allah sebagaimana keterangan Surat Al-Baqarah ayat 83. Sedangkan menurut Imam Al-Kalbi, janji Bani Israil kepada Allah adalah janji untuk beriman kepada nabi umi akhir zaman, Nabi Muhammad SAW, sebagaimana keterangan Surat Ali Imran ayat 187. Wallahu a’lam. (Alhafiz Kurniawan)