Tafsir

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 38

Jum, 1 Januari 2021 | 04:45 WIB

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 38

Imam Al-Baidhawi terkait Surat Al-Baqarah ayat 38 mengatakan, “Siapa saja yang mengikuti petunjuk-Ku ketika datang (melalui penurunan wahyu dan pengutusan rasul), niscaya ia akan selamat dan beruntung.”

Berikut ini adalah teks, transliterasi, terjemahan, dan kutipan sejumlah tafsir ulama atas Surat Al-Baqarah ayat 38:


قُلْنَا اهْبِطُوا مِنْهَا جَمِيعًا فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ


Qulnahbithū minhā jamī ‘an, fa immā ya’tiyannakum minnī hudan. Fa man tabi‘a hudāya fa lā khaufun ‘alaihim, wa lā hum yahzanūna.


Artinya, “Kami katakan, ‘Turunlah kalian semua dari surga itu! Lalu jika datang petunjuk-Ku kepada kalian, maka siapa saja yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak mereka bersedih hati,’” (Surat Al-Baqarah ayat 38).


Ragam Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 38

Syekh Jalaluddin dalam Kitab Tafsirul Jalalain pada Surat Al-Baqarah ayat 38 mengatakan, mereka semua diperintahkan keluar dari surga. Sedangkan petunjuk Allah yang dimaksud adalah kitab suci dan para rasul-Nya.


“Siapa saja yang mengikuti petunjuk-Ku (lalu beriman dan mematuhi perintah-Ku), niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak mereka bersedih hati (di akhirat dengan memasuki surga),” tulis Syekh Jalaluddin dalam Tafsirul Jalalain pada Surat Al-Baqarah ayat 38.


Imam Al-Baidhawi dalam tafsirnya, Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta’wil pada Surat Al-Baqarah ayat 38 mengutip sebagian ulama tafsir yang mengatakan, perintah turun disebut berulang. Pertama, perintah keluar dari surga ke langit dunia. Kedua, perintah turun dari langit dunia ke bumi.


Imam Al-Baidhawi terkait Surat Al-Baqarah ayat 38 mengatakan, “Siapa saja yang mengikuti petunjuk-Ku ketika datang (melalui penurunan wahyu dan pengutusan rasul), niscaya ia akan selamat dan beruntung.”


Menurut Imam Al-Baidhawi, kata “petunjuk” diulang dua kali dengan makna yang lebih umum pada kata “petunjuk” kedua, yaitu keterangan langit yang disampaikan oleh rasul dan kebenaran yang disaksikan akal. Dengan demikian, “Siapa saja yang mengikuti petunjuk dengan menjaga kebenaran yang disaksikan oleh akal, maka tidak ada ketakutan pada mereka terlebih dari sesuatu keburukan yang menimpa mereka; dan kekhawatiran atas kebaikan yang luput dari mereka yang kemudian menyebabkan mereka bersedih.”


Sasaran khauf atau ketakutan/kekhawatiran akan sesuatu yang kelak mungkin terjadi dan hazn atau kesedihan sebagai penyesalan atas yang sudah terjadi, kata Imam Al-Baidhawi, menafikan siksa dari mereka dan menetapkan ganjaran pahala.


Imam Al-Baghowi dalam tafsirnya, Ma‘alimut Tanzil fit Tafsir wat Ta’wil, mengatakan, pertengahan Surat Al-Baqarah ayat 38 ini ditujukan kepada keturunan Nabi Adam AS. Sedangkan “petunjuk” yang dimaksud pada Surat Al-Baqarah ayat 38 adalah petunjuk dan keterangan syariat.


Orang yang mengikuti petunjuk Allah, kata Imam Al-Baghowi dalam tafsirnya terkait Surat Al-Baqarah ayat 38, tidak merasa takut pada segala kemungkinan terburuk yang akan mereka hadapi; dan tidak meratapi masa lalu. Sebagian ulama tafsir, kata Imam Al-Baghowi, mengatakan, mereka tidak merasa takut di dunia dan tidak merasa sedih di akhirat.


Adapun Imam Ibnu Katsir dalam karya tafsirnya mengatakan, Surat Al-Baqarah ayat 38 ini ditujukan kepada keturunan Nabi Adam AS karena Allah akan menurunkan kitab-kitab, serta mengutus para nabi dan rasul kepada mereka sebagaimana dikatakan oleh Abul Aliyah, kata Ibnu Katsir, yang mengatakan, “petunjuk” yang dimaksud adalah para nabi, rasul, dan keterangan mereka.


Muqatil bin Hayyan mengatakan, “petunjuk” pada Surat Al-Baqarah ayat 38 adalah Nabi Muhammad SAW itu sendiri. Al-Hasan mengatakan, “petunjuk” di sini adalah Al-Qur’an. tetapi, kata Ibnu Katsir, semua pendapat itu benar meski pendapat Abul Aliyah lebih umum.


Ibnu Katsir terkait Surat Al-Baqarah ayat 38 mengutip pendapat Ibnu Abbas AS yang mengatakan, orang yang mengikuti petunjuk Allah tidak akan tersesat di dunia dan tidak akan celaka di akhirat sebagaimana keterangan pada Surat Thaha ayat 123-124. Wallahu a‘lam. (Alhafiz Kurniawan)