Tafsir

Tafsir Surat Al-Qari‘ah Ayat 1-5: Dahsyat! Ternyata Begini Ngerinya Hari Kiamat

Ahad, 26 Februari 2023 | 05:00 WIB

Tafsir Surat Al-Qari‘ah Ayat 1-5: Dahsyat! Ternyata Begini Ngerinya Hari Kiamat

Ilustrasi: Kiamat (via movie.hu).

Berikut ini adalah teks, terjemahan dan kutipan sejumlah tafsir ulama atas surat Al-Qari‘ah Ayat 1-5:
 

اَلْقَارِعَةُۙ(١) مَا الْقَارِعَةُ ۚ (٢) وَمَآ اَدْرٰاكَ مَا الْقَارِعَةُ ۗ (٣) يَوْمَ يَكُوْنُ النَّاسُ كَالْفَرَاشِ الْمَبْثُوْثِۙ (٤)  وَتَكُوْنُ الْجِبَالُ كَالْعِهْنِ الْمَنْفُوْشِۗ (٥)
 

(1) Al-qāri’ah. (2) Mal-qāri’ah. (3) Wa mā adrāka mal-qāri’ah. (4) Yauma yakụnun-nāsu kal-farāsyil-mabṡụṡ. (5) Wa takụnul-jibālu kal-‘ihnil-manfụsy.
 

Artinya, "(1) Al-Qari‘ah (hari Kiamat yang menggetarkan). (2) Apakah Al-Qari‘ah itu?
(3) Tahukah kamu apakah Al-Qari‘ah itu? (4) Pada hari itu manusia seperti laron yang beterbangan, (5) dan gunung-gunung seperti bulu yang berhamburan." 


Ragam Tafsir Surat Al-Qāri‘ah Ayat 1-5

Imam Al-Qurthubi mengatakan bahwa maksud Al-Qari‘ah adalah hari kiamat menurut mayoritas ahli tafsir, karena sesungguhnya ia menegur keras para makhluk dengan segala ketakutan yang dibuatnya.
 

Pakar bahasa Arab mengatan bahwa bangsa Arab berkata, “Qara'athum alqari'ah, wafaqarathum alfaqirah”, ketika mereka ditimpa sesuatu yang mengerikan. (Syamsudin Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, [Mesir, Darul Kutub Al-Mishriyah: 1384 H/1964 M], juz XX, halaman 165).
 

Al-Khazin mengatakan bahwa Al-Qari'ah merupakan nama lain dari Kiamat. Dinamakan begitu karena kiamat mengetarkan hari dengan ketakutan dan malapetaka.
 

Pendapat lain mengatakan suara Malaikat Israfil dinamakan qa'riah, karena ketika ia meniup terompet maka matilah seluruh makhluk karena kerasnya suara tiupan terompetnya.  (Abul Hasan Ali bin Muhammad bin Ibrahim bin Umar As-Syaikhi Al-Khazin, Lubabut Ta'wil fi Ma'ani Tanzil, [Bairut, Darul Kutub Ilmiyah: 1415 H] juz IV halaman 462). 
 

Syekh Wahbah Az-Zuhaili mengatakan,  kalimat “wa mā adrāka mal-qāri’ah” adalah kalimat istifham (kalimat tanya) yang bertujuan untuk menakut-nakuti dan bertujuan untuk memperbesar perkara hari Kiamat. Demikian juga halnya dengan kalimat "wa ma adraka mahiyah". 
 

Kalimat "al-qāri’ah mal-qāri’ah" menempatkan isim zhahir di tempat isim dhamir yang bertujuan untuk menakut-nakuti.  Adapun asli kalimatnya adalah "al-qāri’ah ma hiya"
 

Kalimat tersebut juga merupakan ta'kid (penguat) untuk memberitahu kedahsyatan hari Kiamat yang sangat menakutkan. (Wahbah bin Musthafa Az-Zuhaili, At-Tafsirul Munir, [Damaskus, Darul Fikr: 1418 H], juz XXX, halaman 376).
 

Setelah menyebutkan Al-Qariah dengan segala kedahsyatan dan kengeriannya, kemudian pada ayat berikutnya Allah menjelaskan hari Kiamat, waktu dan tanda-tandanya. 
 

Terkait makna al-Farasy, Imam Al-Qurthubi menyebutkan beberapa pendapat. Di antaranya menurut Qatadah, Al-Farasy adalah sejenis serangga bersayap yang berjatuhan di api dan lampu. Menurut AI-Fara' adalah sejenis nyamuk dan lainnya seperti belalang. Ada yang mengatakan ia adalah sejenis kupu-kupu. Sedangkan al-Mabtsuts adalah yang tercerai-berai dan beterbangan. (Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi,  juz XX, halaman 165).
 

Dengan demikian berarti Pada hari itu seluruh manusia keluar dari kuburannya dan berjalan tidak tentu arah. Keadaan mereka saat itu seperti anai-anai yang bertebaran, atau seperti layaknya serangga yang bertebaran, seperti nyamuk dan belalang. Mereka bertebaran, datang dan pergi sebab kebingungan yang mereka rasakan, seakan-akan mereka adalah anai-anai yang beterbangan.
 

Menurut Imam Az-Zamahsyari sebagaimana dikutip dalam tafsir Syekh Wahbah, terkait penyerupaan keadaan manusia pada waktu itu dengan laron atau anai-anai adalah dari sisi jumlahnya yang banyak, bertaburan, lemah, hina, dan terbang kemana arah angin sebagaimana anai-anai bertebaran ke api. (Az-Zuhaili, At-Tafsirul Munir, juz XXX, halaman 377).
 

Kemudian pada ayat kelima Allah mengambarkan pada hari itu gunung-gunung menjadi seperti bulu yang mempunyai warna bermacam-macam yang berhamburan.
 

Terkait dengan warga gunung yang bermacam-macam itu Prof Qurasih Shihab menjelaskannya sebagai berikut:

"Gunung-gunung bermacam-macam warnanya itu disebabkan adanya perbedaan materi-materi yang dikandung oleh bebatuan gunung tersebut. Jika materinya besi, maka warna dominannya adalah merah; jika materinya batubara, maka warna dominannya hitam; jika materinya perunggu, maka gunung tersebut berwarna kehijau-hijauan; dan seterusnya". (M Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, [Lentera Hati, Cilandak Timur Jakarta: 2005], Volume 15 halaman 477). 

 

Dari penjelasan 5 ayat surat Al-Qari'ah di atas setidaknya dapat disimpulkan bahwa:

  1. Hari Kiamat merupakan hari yang penuh dengan ketakutan dan bencana sehingga menggetarkan hati dan pendengaran, dan tidak ada seorangpun yang mengetahui hakikat hari Kiamat.
  2. Allah menyifati hari Kiamat dengan dua hal. Pertama, pada saat itu manusia menjadi seperti anai-anai yang bertebaran. Kedua, gunung-gunung menjadi seperti bulu warna-warni yang dihambur-hamburkan. Wallahu a'lam.
 

Ustadz Muhammad Hanif Rahman, Dosen Ma'had Aly Al-Iman Bulus dan Pengurus LBM NU Purworejo