Tafsir

Tafsir Surat At-Takatsur Ayat 5-7: Penjelasan Mudah tentang Ilmul Yaqin, Ainul Yaqin dan Haqqul Yaqin

Sab, 1 April 2023 | 05:00 WIB

Tafsir Surat At-Takatsur Ayat 5-7: Penjelasan Mudah tentang Ilmul Yaqin, Ainul Yaqin dan Haqqul Yaqin

Ilustrasi: Al-Quran (freepik).

Berikut ini adalah teks, transliterasi, terjemah dan kutipan sejumlah tafsir ulama atas surat At-Takatsur Ayat 5-7: 

 

كَلَّا لَوْ تَعْلَمُوْنَ عِلْمَ الْيَقِيْنِۗ (٥) لَتَرَوُنَّ الْجَحِيْمَۙ (٦) ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِيْنِۙ (٧)

 

(5) Kalla lau ta'lamūna 'ilmal-yaqin (i). (6) Latarawunnal-jahim(a). (7) Summa latarawunnahā 'ainal-yaqin(i).

 

Artinya, "(5) Sekali-kali tidak (jangan melakukan itu)! Sekiranya kamu mengetahui dengan pasti, (niscaya kamu tidak akan melakukannya). (6) Pasti kamu benar-benar akan melihat (neraka) Jahim. (7) Kemudian, kamu pasti benar-benar akan melihatnya dengan ainul yaqin."

 

Ragam Tafsir Surat At-Takatsur Ayat 5-7

Dalam penjelasan ayat yang telah lalu Allah memberikan peringatan, ancaman larangan menjadikan urusan duniawi sebagai orentasi utama, karena hal tersebut dapat melalaikan dari urusan akhirat. Pada 5-7 ayat, Allah memberikan ancaman-Nya yang lain sebagaiman​​​​​​a berikut. 

 

Al- Imam Al-Qurhtubi (wafat 671 H) mengatakan dalam tafsirnya:
 

"Allah swt mengulangi lafal "Kalla" yaitu lafal yang mengandung makna larangan dan peringatan, karena Dia mengikutkan lafal tersebut satu sama lain, seakan-akan Dia berfirman: "Janganlah kamu lakukan itu, karena kamu akan menyesal, janganlah kamu lakukan itu, karena kamu akan mendapatkan hukuman." 

 

Kemudian ia menjelaskan ayat 6 yaitu Firman Allah لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ "Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahim." Ayat ini adalah ancaman yang lain, ia berkedudukan sebagai idhmar qasam (kalimat لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ merupakan jawab qasam yang dibuang atau dikira-kirakan, yakni kalimat والله ). Yakni kalian benar-benar akan melihat neraka Jahim di akhirat. Adapun khitab ayat ini adalah orang-orang kafir yang ditetapkan akan masuk neraka. Ada pendapat yang menyatakan khitabnya untuk umum." (\Syamsudin Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, [Mesir, Darul Kutub Al-Mishriyah: 1384 H/1964 M], juz XX, halaman 173-174).

 

Sedangakan Imam Ibnu Katsir (wafat 774 H) dalam menjelaskan ayat ke 5 berkata:
 

"Yakni seandainya kalian mengetahui dengan pengetahuan yang sebenarnya (ilmul yaqin), niscaya kalian tidak akan terlena dengan memperbanyak harta hingga lupa untuk mencari pahala akhirat, sampai kalian masuk ke dalam kubur." 

 

Kemudian menurutnya, ayat berikutnya yaitu ayat 6:
 

"Pasti kamu benar-benar akan melihat (neraka) Jahim". Ayat ini merupakan penjelasan dari ancaman yang telah disebutkan pada ayat sebelumnya yaitu ayat 3-4: "Janganlah begitu, kelak kalian akan mengetahui (akibat perbuatan kalian itu); dan janganlah begitu, kelak kalian akan mengetahui."

Dalam ayat ini Allah mengancam mereka dengan keadaan tersebut, yaitu saat ahli meraka melihat neraka, manakala neraka bergolak dengan sekali golakan, maka tersungkurlah semua malaikat terdekat dan nabi yang diutus dengan bersideku di atas kedua lututnya masing-masing. Karena mereka sangat takut menyaksikan peristiwa-peristiwa yang sangat mengerikan itu, sebagaimana yang akan disebutkan dalam atsar yang menceritakan keadaan tersebut." (Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, [Beirut, Darul  Kitab Ilmiyah: 1419 H], juz VIII halaman 474).

 

Syekh Sayyid Tanthawi (wafat 2010) menjelaskan maksud dari ayat 5 dengan berkata:  

 

فالمقصود بهذه الجملة الكريمة: الزيادة في ردعهم، لأنه من عادة الغافلين المكابرين. أنك إذا ذكرتهم بالحق وبالرشاد ... زعموا أنهم ليسوا في حاجة إلى هذا الإرشاد، لأنهم أهل علم ومعرفة بالعواقب، فكانت هذه الآية الكريمة بمثابة تنبيههم بأنهم ليسوا على شيء من العلم الصحيح، لأنهم لو كانوا كذلك لما تفاخروا، ولما تكاثروا

 

Artinya, "Adapun maksud dari jumlah ayat yang mulia ini adalah untuk menambah ancam kepada mereka. Karena kebiasaan orang yang lalai dan sombong, jika diberi peringatan atas perkara yang hak dan petunjuk, mereka menyangka bahwa mereka tidak membutuhkan petunjuk tersebut karena merasa paling mengetahui akibat atau konsekwensinya. Maka ayat yang mulia ini sebagai peringatan untuk mereka, bahwa mereka tidaklah mengetahui dengan sebenar-benarnya. Karena jika mereka benar-benar mengetahui konsekwensinya, maka mereka tidak akan sombong dan angkuh, dan tidak akan pula saling membangga-banggakan diri dalam memperbanyak harta." 

 

Kemudian beliau menjelaskan tiga tingkatan pengetahuan.

  1. Ilmul yaqin, yakni pengetahuan timbul dari dalil dan petunjuk.
  2. Ainul yaqin, yakni pengetahuan yang diperoleh dengan melihat secara langsung.
  3. Haqqul yaqin, yakni pengetahuan yang didapatkan dengan pengalaman secara langsung.
     

Seperti mengetahui lewat beberapa petunjuk bahwa Ka'bah itu ada. Ini adalah ilmul yaqin. Kemudian jika melihatnya secara langsung maka dinamakan dengan ainul yaqin. Adapun jika masuk di dalamnya, maka ini adalah haqul yaqin

 

Dari sini dapat kita saksikan bahwa Allah telah memperingatkan manusia yang tersibukkan urusan dunia, berbangga-bangga dan bersaing dalam memperbanyak harta, lalai dari ketaatan kepada-Nya dengan gaya bahasa yang paling tegas dan kuat. (Muhammad Sayyid Thanthawi, Tafsirul Washit, [Kairo, Dar Nahdhah: 1997 M] juz XV halaman 495).

 

Dari penjelasan di atas dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 

  1. Allah swt memberi ancaman lain kepada manusia yang menjadikan urusan duniawi sebagai orentasi utama, dengan sumpah yang dikira-kirakan, yang berfaedah untuk menguatkan ancaman-Nya. 
  2. Khitab atau obyek pembicaraan dalam ayat ini adalah orang kafir yang sudah pasti akan masuk neraka Jahim. 
  3. Kesombongan, keangkuhan dan merasa paling tahu, menjadikan seseorang merasa tidak butuh kepada petunjuk kebenaran yang mengakibatkan kehancuran. 
  4. Allah mengunakan gaya bahasa yang paling tegas dan kuat dalam memperingatkan manusia yang tersibukkan dengan urusan duniawi, berbangga-banggaan dan bersaing dalam memperbanyak harta, lalai dari ketaatan kepada-Nya. Wallahu a'lam bis shawab.
 

Ustadz Muhammad Hanif Rahman, Pengajar Ma'had Aly Al-Iman Bulus dan Pengurus LBM NU Purworejo