Tafsir

Tafsir Surat At-Takatsur Ayat 1-2: Penawar Hati yang Keras

Sel, 28 Maret 2023 | 05:00 WIB

Tafsir Surat At-Takatsur Ayat 1-2: Penawar Hati yang Keras

Iustrasi: Ngaji (freepik).

Berikut ini adalah teks, terjemahan dan kutipan sejumlah tafsir ulama atas surat At-Takasur Ayat 1-2:
 

أَلْهُكُمُ التَّكَاثُرُ (١)حَتّٰى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَۗ (٢)
 

(1) Alhakumut-takasur(u). (2) Hatta zurtumul-maqabir(a).
 

Artinya, "(1) Berbangga-bangga dalam memperbanyak (dunia) telah melalaikanmu') (2) sampai kamu masuk ke dalam kubur."
 

 

Ragam Tafsir Ulama

Al-Khazin menjelaskan ayat pertama "Alhakumut-takasur" yakni membanggakan diri, bersaing saling mengalahkan dengan banyaknya harta, pengikut dan prestasi (manaqib), telah menyibukan kalian semua dari taat kepada Allah dan hal-hal yang dapat menyelamatkanmu dari murka-Nya. Telah maklum diketahui bahwa orang yang tersibukkan dengan sesuatu, secara otomatis ia akan berpaling dari hal lain. Karenanya kemudian Al-Khazin memberikan nasihat sebagai berikut:
 

"Maka seyogianya orang mukmin yang berakal menjadikan usaha dan kesibukannya untuk mendahulukan hal yang terpenting, yaitu melakukan aktivitas yang dapat mendekatkannya kepada Allah. Bangga diri dengan harta, pangkat, relasi dan kerabat merupakan kebanggaan diri dengan derajat paling hina, dan tersibukkan dengan hal tersebut akan mencegahnya untuk mengapai kebahagiaan ukhrawi yang merupakan kebahagiaan yang kekal abadi."
 

Kemudian Al-Khazin menyebutkan dua hadits yang menunjukkan betapa tercelanya perilaku membangga-banggakan diri dengan harta. Hadits pertama diriwayatkan dari Mutharrif dari ayahnya, ia berkata : "Aku sampai pada Nabi Muhammad saw ketika beliau sedang membaca ayat ini, "Alhakum at-Takasur" kemudian beliau bersabda: 
 

يقول ابن آدم مالي مالي وهل لك من مالك إلا ما تصدقت فأمضيت أو أكلت فأفنيت أو لبست فأبليت
 

Artinya, "Manusia berkata,  “Hartaku, hartaku.” Kemudian beliau bersabda: “Wahai anak manusia, tidaklah kamu punya hak dari hartamu melainkan yang telah kamu sedekahkan, lalu kamu lewatkan; atau yang kamu telah makan, lalu kamu habiskan; atau yang telah kamu pakai, lalu kamu rusak. ” (HR At-Tirmizi).
 

Hadist kedua diriwayatkan dari Anas bin Malik, Nabi Muhammad saw bersabda:
 

يتبع الميت ثلاثة فيرجع اثنان ويبقى معه واحد يتبعه ماله وأهله وعمله فيرجع أهله وماله ويبقى عمله
 

Artinya, “Ada tiga hal yang akan mengiringi mayit. Dua hal akan kembali, sedang yang satu terus menyertainya. Ia diiringi oleh keluarga, harta dan amalnya. Harta dan keluarganya akan kembali, sedangkan amalnya akan terus tetap bersamanya.” (Abul Hasan Ali bin Muhammad Al-Khazin, Lubabut Ta'wil Fi Ma'ani Tanzil, [Beirut, Darul Kutub Ilmiyah: 1415 H], juz IV, halaman 464).
 

Syekh Nawawi Banten menafsirkan ayat pertama dengan makna: "Yakni, bersaing untuk saling mengalahkan dengan prestasi (manaqib), banyaknya harta, banyaknya pengikut atau followers telah menyibukkan kalian dan menyombongkan semua itu dari merencanakan dan bersiap-siap sebelum terjadi hal yang sangat mengerikan pada hari Kiamat." (Muhammad Nawawi Al-Jawi, At-Tafsîrul Munîr li Ma’âlimit Tanzîl, [Surabaya, Al-Hidayah], juz II, halaman 659).
 

Adapun yang dikecam dalam ayat adalah sebagai berikut diterangkan oleh Habib Quraish Shihab dalam tafsirnya Tafsir Misbah:
 

"Yang dikecam oleh ayat adalah persaingan yang demikian itu sifatnya dan yang mengakibatkan (اللهو) al-lahw, yakni mengakibatkan orang lengah serta mengabaikan hal-hal yang lebih penting. Paling sedikit ada tiga ayat yang menggambarkan faktor-faktor yang dapat melengahkan manusia: pertama, angan-angan kosong (QS Al-Hijr: 3); kedua, perniagaan dan jual beli (QS An-Nûr: 37); dan ketiga, harta dan anak-anak (QS Al-Munafiqun: 9)." (M Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, [Lentera Hati, Cilandak Timur Jakarta: 2005], Volume 15, halaman 487).
 

Selanjutnya Allah pada ayat kedua menjelaskan keadaan bermegah-megah di antara manusia atau dengan usaha untuk memiliki lebih banyak harta daripada orang lain yang akan terus berlanjut hingga mereka masuk lubang kubur.
 

Al-Maraghi menjelaskan ayat kedua: "Hingga mereka mati dengan demikian, mereka telah menyia-nyiakan umur untuk hal yang tidak berfaidah, dan tidak akan ada faidah yang kembali kepada mereka di kehidupan akhirat yang kekal nanti." 

Al-Maraghi menyebutkan pendapat ulama terkait faidah ziarah kubur sebagai berikut:
 

قال العلماء: إن زيارة القبور من أعظم الدواء للقلب القاسي، لأنها تذكر بالموت والآخرة، وذلك يحمل على قصر الأمل والزهد فى الدنيا وترك الرغبة فيها
 

Artinya, "Para ulama berpendapat bahwa ziarah kubur adalah obat penawar yang paling ampuh untuk melunakkan hati yang keras, karena dengan ziarah kubur manusia akan ingat mati dan akhirat, maka dengan sendirinya akan membatasi keinginan-keinginan yang bukan-bukan, bersikap zuhud di dunia dan meninggalkan kecenderungan terhadap dunia." (Ahmad bin Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, [Mesir: Matba'ah Musthafa Al-Babil Halabi: 1365H/1946M], juz XXX, halaman 230).
 

Penjelasan di atas selaras dengan sabda Nabi Muhammad saw:
 

كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُوْرِ فَزُوْرُوا الْقُبُوْرَ، فَإِنَّهَا تُزَهِّدُ فِى الدُّنْيَا وَتُذَكِّرُ اْلآخِرَةَ. (رواه ابن ماجه عن ابن مسعود)
 

Artinya, "Saya pernah melarang kalian menziarahi kubur, maka sekarang ziarahilah kubur itu, karena menziarahi kubur akan menjadikan zuhud dari kemewahan dunia dan mengingatkan kalian pada kehidupan akhirat." (HR Ibnu Mājah dari Ibnu Mas‘ūd).
 

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan:

  1. Allah memberikan peringataan kepada orang orang yang tidak bersiap-siap untuk akhirat dengan amal saleh. Allah juga menghinakan orang-orang yang disibukkan berbangga-bangga dengan banyaknya harta, sehingga berpaling dari ketaatan kepada Allah, sampai mereka mati dan dikuburkan. 
  2. Berziarah kubur termasuk obat paling ampuh bagi hati yang keras, karena dapat mengingatkan kematian dan akhirat. Ziarah tersebut dapat membawa pelakunya untuk sedikit berangan-angan, zuhud di dunia, dan tidak cinta dunia. Wallahu a‘lam.


 

Ustadz Muhammad Hanif Rahman, Dosen Ma'had Aly Al-Iman Bulus dan Pengurus LBM NU Purworejo