Tafsir

Pengantar Tafsir Surat At-Takatsur: Munasabah, Sababun Nuzul, dan Keutamaan

Rab, 8 Maret 2023 | 05:00 WIB

Pengantar Tafsir Surat At-Takatsur: Munasabah, Sababun Nuzul, dan Keutamaan

Ilustrasi: Al-Quran (freepik).

Imam Al-Qurthubi mengatakan bahwa surat At-Takatsur menurut mayoritas mufasir adalah surat Makiyah; sedangkan Imam Al-Bukhari meriwayatkan surat ini termasuk surat Madaniyah. Surat At-Takatsur terdiri dari 8 ayat, 28 kata, dan 120 huruf. 
 

Surat ini disebut surat At-Takatsur karena diawali dengan kata tersebut. Dalam beberapa mushaf surat ini disebut dengan surat Alhakum, dan sebagian sahabat menyebutnya dengan nama surat Al-Maqbarah. Surat ini diturunkan setelah surat Al-Kautsar.

 

Munasabah Surat At-Takatsur

Munasabah atau persesuaian surat ini dengan surat sebelumnya yaitu surat Al-Qari'ah ialah, surat sebelumnya mengabarkan sebagian keadaan mencekam hari Kiamat serta balasan bagi orang yang beruntung dan celaka. Kemudian dalam surat ini disebutkan alasan seseorang celaka masuk neraka, yaitu sibuk dengan dunia hingga melupakan akhirat dan melakukan dosa. Surat ini juga memperingatkan pertanggungjawaban manusi yang akan ditagih di akhirat dari segala perbuatan yang dilakukannya selama di dunia.(Wahbah bin Musthafa Az-Zuhaili, At-Tafsirul Munir, [Damaskus, Darul Fikr: 1418 H], juz XXX, halaman 378).


 

Sababun Nuzul Surat At-Takatsur 

Sababun Nuzul surat ini, lebih sepesifik ayat 1 dan 2, sebagaimana disebutkan Imam Ibnu Katsir adalah sebagai berikut:
 

وَقَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ عَنِ ابْنِ بُرَيْدَةَ فِي قَوْلِهِ: أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ، قَالَ: نَزَلَتْ فِي قَبِيلَتَيْنِ مِنْ قَبَائِلِ الْأَنْصَارِ، فِي بَنِي حَارِثَةَ وَبَنِي الْحَارِثِ، تَفَاخَرُوا وَتَكَاثَرُوا. فَقَالَتْ إِحْدَاهُمَا: فِيكُمْ مثلُ فُلَانِ بْنِ فُلَانٍ، وَفُلَانٍ؟ وَقَالَ الْآخَرُونَ مِثْلَ ذَلِكَ، تَفَاخَرُوا بِالْأَحْيَاءِ، ثُمَّ قَالُوا: انْطَلِقُوا بِنَا إِلَى الْقُبُورِ. فَجَعَلَتْ إِحْدَى الطَّائِفَتَيْنِ تَقُولُ: فِيكُمْ مِثْلُ فُلَانٍ؟ يُشِيرُونَ إِلَى الْقَبْرِ -وَمِثْلُ فُلَانٍ؟ وَفَعَلَ الْآخَرُونَ مِثْلَ ذَلِكَ، فَأَنْزَلَ اللَّهُ: أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ، لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيمَا رَأَيْتُمْ عِبْرَةٌ وَشُغْلٌ

 

Artinya, "Ibnu Abi Hatim mengatakan,diriwayatkanb​​​​​​ dari Ibnu Buraidah sehubungan dengan firman Allah: At-Takatsur ayat 1. Beliau berkata: "Bahwa surat ini diturunkan berkenaan dua kabilah Anshar, yaitu Bani Harisah dan Banil Haris, mereka saling membanggakan dan bersaing dalam hal banyaknya kelompok mereka." Salah satu pihak mengatakan: "Apakah di kalangan kalian terdapat orang yang semisal dengan si fulan bin fulan dan si fulan?". Sedangkan pihak lain mengatakan hal yang sama pula kepada lawannya. Mereka saling berbangga diri dengan orang-orang yang masih hidup, kemudian mereka mengatakan: "Marilah kita berangkat menuju kuburan." 
 

Lalu salah satu pihak mengatakan, "Apakah di kalangan kalian terdapat orang yang seperti si fulan," seraya mengisyaratkan kepada kuburan seseorang. Pihak lainnya mengatakan hal yang sama seraya mengisyaratkan ke kuburan lainnya. Maka turunlah firman Allah: "Bermegah-megahan telah melalaikan kalian, sampai kalian masuk ke dalam kubur. (At-Takatsur ayat 1-2). Sesungguhnya dari apa yang telah kalian lihat itu ada suatu pelajaran bagi kalian dan juga kesibukan." (Ibnu Katsir, Tafsir Ibni Katsir, [Beirut, Darul Kitab Ilmiyah: 1419 H], juz VIII, halaman 473).


Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya menyebutkan banyak riwayat terkait sababu nuzul surat At-Takasur. Berikut in​​​​​​i singkatnya:

 
  1. Terkait orang-orang Yahudi yang saling bersaing tentang banyaknya jumlah mereka, hal tersebut menyibukkan mereka hingga mereka mati dalam keadaan sesat. Inb​​​​​​i diriwayatkan oleh Muqatil, Qatadah dan selainnya.
  2. Ayat ini turun terkait Fahkidz dari kaum Anshar menurut riwayat Ibnu Zaid.
  3. 3Ayat ini turun kepada Huyain dari kaum Quraisy Bani Abdu Manaf dan Bani Saham. Mereka saling menghitung dan bersaing dalam soal banyaknya pemimpin dan orang yang mulia dalam Islam. Demikian menurut riwayat Ibnu Abbas, Muqatil dan Al-Kalbi.
  4.  Ayat ini turun kepada para pedagang, seperti diriwayatkan dari Amru bin Dinar
  5. Ayat ini turun kepada Ahli kitab Syaiban. Demikian keterangan dari Qatadah.


Setelah menyebutkan begitu banyak riwayat tentang asbabu nuzul surat ini, kemudian Al-Qurthubi menyimpulkan:


قُلْتُ: الْآيَةُ تَعُمُّ جَمِيعَ مَا ذُكِرَ وَغَيْره

 

Artinya, "Menurutku , ayat ini meliputi semua yang telah disebutkan ataupun yang tidak disebutkan."
 

Setelah itu ia menyebutkan dua hadits shahih. Pertama, hadits dalam Shahih Muslim dari Mutharrif dari ayahnya, ia berkata : "Aku menemui Nabi Muhammad saw ketika ia membaca surat At-Takasur beliau bersabda:

 

يَقُولُ ابْنُ آدَمَ مَالِي مَالِي وَهَلْ لَكَ يَا ابْنُ آدَمَ مِنْ مَالِكَ إِلَّا مَا او تصدقت فأمضيت أكلت فافيت او نیست ،قابلیت وما سوى ذلِكَ فَذَاهِبٌ وَتَارِكُهُ لِلنَّاسِ

 

Artinya, "Anak Adam mengatakan: “Hartaku, hartaku! Dan apakah engkau wahai anak Adam dengan hartamu itu, melainkan apa yang engkau makan dan ia pun akan habis. Pakaian yang kamu pakai itu pun akan menjadi usang, ataupun apa yang kamu sedekahkan akan berlalu. Harta yang selain itu maka akan lenyap dan perkenankanlah ia untuk orang lain."
 

Kedua, hadits yang diriwayatkan Imam Al-Bukhari dari Ibnu Syihab. Anas bin Malik mengabarkan kepadaku bahwa Rasulullah swt bersabda:
 

لَوْ أَن لابْنِ آدَمَ وَادِيًا مِنْ ذَهَبٍ، لَأَحَبُّ أَنْ يَكُونَ لَهُ مِنْ وَادِيَانِ وَلَن يَملأ فَاهُ إِلَّا الثَّرَابَ، وَيتَوْب اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ
 

Artinya, "Jika anak Adam memiliki lembah emas, maka ia menginginkan agar ia memiliki dua lembah emas, dan sekali-kali mulutnya tidak akan puas kecuali setelah diisi tanah (mati), dan Allah menerima taubat orang yang bertaubat kepadanya."
 

Terkahir Al-Qurthubi menyebutkan riwayat dari Ibnu Abbas sebagai berikut:
 

وَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: قَرَأَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَلْهاكُمُ التَّكاثُرُ قَالَ: تَكَاثُرُ الْأَمْوَالِ: جَمْعُهَا مِنْ غَيْرِ حَقِّهَا، وَمَنْعُهَا مِنْ حَقِّهَا، وَشَدُّهَا فِي الْأَوْعِيَةِ

 

Artinya, "Ibnu Abbas berkata: "Nabi Muhammad saw membaca ayat Alhakumut takatsur", lalu bersabda: "Bermegah-megahan dalam harta adalah mengumpulkannya dengan cara yang bukan haknya, merintangi haknya, dan mengikatnya dalam bejana." (Syamsudin Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, [Mesir, Darul Kutub Al-Mishriyah: 1384 H/1964 M], juz XX, halaman 168-169).
 

 

Tema Utama Surat At-Takatsur

Adapun tema utama surat ini adalah sebagaimana dijelaskan oleh Prof Quraish Shihab:
 

"Tema utamanya adalah kecaman terhadap mereka yang dilengahkan oleh gemerlap duniawi dan kebanggaan atas sesuatu yang fana, sambil mengingatkan tentang kesudahan semua manusia. Menurut Al-Biqa‘i, tujuan utamanya adalah penjelasan tentang apa yang diisyaratkan oleh surat al-‘Adiyat tentang kebinasaan pada hari Kiamat yang dilukiskan oleh surat sebelum ini, yakni surat Al-Qari'ah." (M Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, [Lentera Hati, Cilandak Timur Jakarta: 2005], volume 15 halaman 485).
 

Menurut Syekh Wahbah Az-Zuhaili, tema besar surat ini ialah mencela perbuatan yang diniatkan untuk tujuan dunia semata dan mengancam orang yang tidak mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat. (Az-Zuhaili, XXX/381).
 

 

Keutamaan Surat At-Takatsur

Al-Baidhawi menyebutkan hadits tentang keutamaan surat At-Takasur sebagai berikut:
 

عن النبي صلّى الله عليه وسلم من قرأ أَلْهاكُمُ لم يحاسبه الله سبحانه وتعالى بالنعيم الذي أنعم به عليه في دار الدنيا، وأعطي من الأجر كأنما قرأ ألف آية

 

Artinya, "Diriwayatkan dari Nabi saw, "Barang siapa membaca surat Alhakum, Allah swt tidak akan menghisab nikmat-nikmat yang telah diberikan kepadanya di dunia, dan akan memberikan pahala seperti pahala membaca seribu ayat." (Nasiruddin As-Syirazi Al-Baidhawi, Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta'wil, [Beirut, Darul Ihya': 1418 H], juz VI, halaman 335). Wallaahu a’lam.

 


Ustadz Muhammad Hanif Rahman, Dosen Ma'had Aly Al-Iman Bulus dan Pengurus LBM NU Purworejo