Tafsir

Tafsir Surat At-Takatsur Ayat 3-4: Peringatan Jadikan Dunia sebagai Orientasi Hidup

Jum, 31 Maret 2023 | 05:00 WIB

Tafsir Surat At-Takatsur Ayat 3-4: Peringatan Jadikan Dunia sebagai Orientasi Hidup

Ilustrasi: Harta, kekayaan dan rumah (freepik).

Berikut ini adalah teks, transliterasi, terjemah dan kutipan sejumlah tafsir ulama atas surat At-Takatsur Ayat 3-4:
 

كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُوْنَۙ (٣) ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُوْنَ (٤)
 

(3) Kalla saufa ta'lamun(a). (4) Summa kalla saufa ta'lamūn(a). 
 

Artinya, "(3) Sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu). (4) Sekali-kali tidak (jangan melakukan itu)! Kelak kamu akan mengetahui (akibatnya)."
 

 

Ragam Tafsir Surat At-Takatsur Ayat 3-4

Setelah dijelaskan pada ayat yang telah lalu tentang peringatan Allah kepada orang-orang yang disibukkan dengan saling bangga dan bersaing untuk menjatuhkan orang lain dengan banyaknya harta, anak, pangkat derajat dan lain sebagainya, intinya tentang duniawi, sehingga memalingkannya dari ketaatan kepada Allah, ayat 3-4 surat At-Takatsur memperingatkan manusia ​untuk tidak melakukan persaingan semacam itu.

 

Syekh Mutawalli As-Sya'rawi (wafat 1998 H) dalam tafsirnya, Tafsir Juz Amma, menjelaskan bahwa kata "kalla" adalah kalimat untuk mencegah dan memperingatkan. Yakni perbuatan saling membangga-banggakan diri dengan harta, anak dan kawan atau relasi, bukanlah perbuatan orang yang berakal, dan ini bukan perilaku manusia yang berakibat baik, melainkan perilaku tercela. Lanjut Syekh As-Sya'rawi, kalimat "kalla" jika mendengarnya, engkau akan memahaminya bahwa kalimat ini sebagai kalimat pencegahan atau peringatan. Yakni semua itu adalah jalan yang tidak diridhai Allah swt, yakni hal yang kalian semua ragukan men​​​​​​​gen​​​​​​​ai masalah ini karena ilmul yaqin tidak mencukupi kalian.  
 

Kemudian kalimat "ta'lamun" posisinya adalah ilmul yaqin karena nanti di alam kubur akan diperlihatkan kepada kita surga dan neraka. Urutan pertamanya adalah ilmul yaqin, setelahnya adalah ainul yaqin, kemudian pada hari pembalasan dimana penghuni surga dimasukan ke dalam surga dan penguni neraka dimasukan ke dalam neraka, maka perkaranya menjadi haqul yaqin. Hal ini seakan-akan adalah urutan, urutan yang diinformasikan Allah swt dengan kenyatan adanya surga, neraka dan hari pembalasan.
 

Kemudian kalimat "saufa", diperuntukan untuk masa mendatang. Sehingga maksud dari "saufa ta'lamun" adalah engkau akan mengetahuinya setelah kematian. Perkaranya di sini menjadi ainul yaqin. (Muhammad Mutawalli As-Sya'rawi, Tafsir Juz Amma, [Mesir, Darur Rayah: 2007], halaman 511-512).


Syekh Wahbah Az-Zuhaili (wafat 2015) menjelaskan kedua ayat di atas, ayat 3-4 surat At-Takatsur ​​​​​​, sebagi berikut:

"Sekali-kali kalian jangan berbangga-bangga dan saling berlomba memperbanyak harta, keturunan dan relasi yang semua itu menyebabkan saling tidak menyapa, hasud, benci, menelantarkan amalan akhirat dan umat, serta tidak memperbaiki budi pekerti. Kalian akan mengetahui akibat semua itu kelak pada hari Kiamat.
 

Imam Zamakhsyari berkata, "kata "kalla" adalah peringatan bahwa seseorang tidak boleh melihat dirinya, menjadikan dunia orientasi utamanya, dan tidak memberi perhatian agamanya."
 

Kemudian alasan kalimat kedua diulang-ulang adalah untuk tujuan untuk menguatkan atau untuk memperbesar ancaman, dan larangannya." (Wahbah bin Musthafa Az-Zuhaili, At-Tafsirul Munir, [Damaskus, Darul Fikr: 1418 H], juz XXX, halaman 385).


Sementara itu mufasir berkebangsaan Indonesia, Prof Muhammad Quraish Shihab menafsirkan ayat di atas sebagi berikut:
 

"Dalam kaitannya dengan persaingan tidak sehat dalam menumpuk harta dan memperbanyak pengikut, kedua ayat di atas memperingatkan:
 

“Hati-hatilah! Jangan lakukan persaingan semacam itu, kelak kamu akan mengetahui akibatnya. Sekali lagi bati-hatilah kelak kamu akan mengetahui. Kalau demikian, persaingan memperebutkan kemegahan duniawi begitu pula memperbanyak anak dan pengikut, tidak akan membawa kebahagiaan dan kepuasan bagi setiap yang terlibat serta tidak mengantar kepada hakikat dan tujuan kehidupan itu sendiri. Kalau kepastian di atas tidak ditemukan atau dialami dalam kenyataan hidup duniawi, maka akan terbukti kebenarannya dalam kehidupan ukhrawi." (M Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, [Lentera Hati, Cilandak Timur Jakarta: 2005], Volume XV, halaman 446).
 

Empat (4) pelajaran yang dapat diambil dari penjelasan di atas ialah:

  1. Saling berbangga dan bersaing dalam memperbanyak harta dunia, anak, atau pengikut, tidak akan ada puasnya dan tidak akan membawa kebahagiaan, justu akan menyebabkan saling tidak menyapa, hasud, benci, menelantarkan ibadah dan amalan akhirat, serta tidak memperbaiki budi pekerti.
  2. Menegaskan kebenaran dan nyatanya janji Allah swt berupa neraka, surga dan hari pembalasan.
  3. Pengulang ayat berfaidah untuk menguatkan dan memperbesar larangan dan ancaman-Nya.
  4. Larangan menjadikan urusan duniawi sebagai orentasi utama. Wallahu a'lam bisshawabWallahu a'lam.


 

Ustadz Muhammad Hanif Rahman, Pengajar Ma'had Aly Al-Iman Bulus dan Pengurus LBM NU Purworejo