Tasawuf/Akhlak

Hakikat Ibadah Sunnah bagi Orang Saleh

Sab, 1 April 2023 | 17:00 WIB

Hakikat Ibadah Sunnah bagi Orang Saleh

ILustrasi: shalat - ibadah (NU Online - suwitno).

Orang saleh mengerjakan ibadah wajib dan ibadah sunnah. Mereka tidak akan melewatkan ibadah sunnah puasa, ibadah sunnah shalat rawatib, shalat tahajud, shalat witir, shalat tarawih saat Ramadhan, sedekah sunnah, dan ibadah sunnah lainnya.

 

Orang-orang saleh akan memanfaatkan sisa usianya untuk beribadah kepada Allah baik ibadah wajib maupun sunnah, baik ibadah mahdhah maupun ghairu mahdhah. Tetapi orang-orang saleh ini memahami ibadah sunnah yang dilakukannya sebagai pelengkap, penambal, atau penyempurna kekurangan pada ibadah wajib mereka.

 

Orang-orang saleh tidak pernah menganggap ibadah wajibnya terlaksana dengan sempurna. Karena itu, orang-orang saleh tidak pernah menganggap ibadah sunnahnya sebagai ibadah tambahan di luar ibadah wajib, karena ibadah wajib mereka penuh kekurangan baik lahir secara fiqhiyah maupun batin secara batiniyah terkait keikhlasan maupun kekhusyukan.

 

Syekh Abdul Wahhab As-Sya’rani menyebutkan adab orang-orang saleh kepada Allah swt. Orang-orang saleh memiliki rendah hati atau tawadhu yang luar biasa. Orang-orang saleh tidak dengan bangga menganggap sempurna ibadah wajib yang dilakukan. Orang-orang saleh karena itu memaknai ibadah sunnah yang mereka lakukan sebagai penambal untuk menyempurnakan kekurangan ibadah wajib mereka.

 

ومن أخلاقهم رضي الله تعالى عنهم عدم شهودهم في نفوسهم أن لهم نوافل من العبادات ولو قاموا حتى تورمت أقدامهم وإنما يرون ذلك كالجابر لبعض الناقص الحاصل في فرائضهم

 

Artinya, “Salah satu akhlak para wali antara lain tidak memandang adanya ibadah sunnah sebagai tambahan bahkan kalau mereka beribadah sunnah sampai kakinya memar. Mereka hanya memandang ibadah sunnah sebagai penambal kekurangan pada ibadah wajib mereka,” (Syekh Abdul Wahhab As-Sya’rani, Tanbihul Mughtarrin, [Semarang, Thaha utra: tanpa tahun], halaman 38).

 

Arti ibadah sunnah sebagai ibadah tambahan di luar ibadah wajib bagi orang saleh hanya berlaku bagi hamba Allah seperti Nabi Muhammad saw dan para nabi lainnya yang melaksanakan ibadah wajib dengan sempurna. Dengan demikian, ibadah sunnah yang mereka lakukan memiliki arti sebagai ibadah tambahan hakiki di luar ibadah wajib mereka.

 

Demikian juga bila mana berlaku bagi para wali. Ibadah sunnah mereka hanya bersifat sebagai pelengkap atau penambal untuk ibadah wajib mereka yang mengandung ketidaksempurnaan. Kalau ibadah wajib para wali itu sempurna, maka itu semata warisan dari para nabi dan rasul.

 

إذ النوافل حقيقة إنما تكون لمن كملت فرائضه كما أشار إليه قوله سبحانه وتعالى ومن الليل فتهجد به نافلة لك فذكر تعالى انها نافلة له لكمال فرائضه صلى الله عليه وسلم إذ هو معصوم من النقص في عبادته كما ذكره الحافظ الجلال السيوطي رحمه الله في الخصائص وغيره

 

Artinya, “Ibadah sunnah atau ibadah tambahan hakikatnya adalah milik mereka yang sempurna ibadah wajibnya sebagaimana isyarat firman Allah, ‘Pada sebagian malam, hendaklah tahajud sebagai tambahan ibadah bagimu.’ Allah menyebut tahajud sebagai ibadah tambahan bagi Nabi Muhammad saw karena telah sempurna ibadah wajibnya. Pasalnya, Rasulullah terjaga dari kekurangan pada ibadah wajibnya sebagaimana dijelaskan Imam Jalaluddin As-Suyuthi ra dalam Kitab Al-Khashaish dan kitab lain,” (As-Sya’rani, 38).

 

Demikian sikap tawadhu atau rendah hati orang-orang saleh. Sikap ini menurun pada cara pandangan mereka pada ibadah sunnah yang mereka lakukan. Wallahu a’lam.

 

Ustadz Alhafiz kurniawan, Redaktur Keislaman NU Online, Wakil Sekretaris LBM PBNU