Tasawuf/Akhlak

Ini Sebab Ziarah Kubur Jadi Tak Berguna

Sen, 7 Januari 2019 | 11:05 WIB

Ini Sebab Ziarah Kubur Jadi Tak Berguna

(Foto: @islam.ru)

Islam menganjurkan ziarah kubur sebagai salah satu cara untuk menyadarkan manusia pada keterbatasan dan dunia lain di balik alam nyata. Ziarah kubur salah satunya bertujuan antara lain untuk mengingatkan manusia pada kematian agar setelah itu mereka dapat merenung dan memperbaiki diri.

Hal ini dapat dilihat jejaknya pada hadits riwayat Imam Muslim berikut ini:

زُوْرُوْا الْقُبُورَ فَإِنَّهَا تُذَكِّرُ الْمَوْتَ

Artinya, “Silakan ziarah karena sungguh ziarah kubur dapat mengingatkan kalian pada kematian,” (HR Muslim).

Pada riwayat lain Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk melakukan ziarah kubur sebagai salah satu cara untuk mengingatkan seseorang pada alam akhirat dan berlaku zuhud di dunia dalam menjalani sisa hidupnya:

كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ فَزُورُوهَا فَإِنَّهَا تُزَهِّدُ فِي الدُّنْيَا وَتُذَكِّرُ الْآخِرَةَ

Artinya, “Dulu aku pernah melarang kalian untuk ziarah kubur. Sekarang, silakan ziarah karena sungguh ziarah kubur dapat membuat kalian zuhud di dunia dan dapat mengingatkan kalian pada akhirat,” (HR Ibnu Majah).

Ziarah kubur yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW pada dua riwayat di atas kadang kala dapat tidak bermakna sama sekali. Artinya ziarah kubur pada kondisi tertentu tidak membuat seorang peziarah menjadi zuhud, reflektif, mengingat kematian atau alam akhirat.

Untuk menghindari hal tersebut, para ulama menganjurkan sejumlah adab ziarah kubur yang perlu diperhatikan oleh peziarah. Syekh Ihsan Jampes Kediri mengutip pandangan ulama terkait adab bagi peziarah.

وقال العلماء رضي الله عنهم وينبغي لمن يزور القبور أن يكون جوعان فإن الشبع يحجب العبد عن الاعتبار بالموتى وأن يكون غير عازم على فعل شيء من المعاصي فإن العازم في حضرة الشياطين فلا يصح اعتبار  

Artinya, “Ulama radhiyallahu anhum mengatakan, seyogianya peziarah kubur berada dalam kondisi lapar karena kondisi kenyang dapat menghijab seseorang untuk mengambil pelajaran dari orang yang telah wafat. Peziarah kubur juga seharusnya tidak sedang berniat berniat melakukan sebuah kemaksiatan karena orang yang sedang berniat maksiat sedang berada dalam hadirat setan sehingga tidak mungkin mengambil pelajaran,” (Lihat Syekh Ihsan M Dahlan Jampes, Sirajut Thalibin ala Minhajil Abidin, [Indonesia, Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah: tanpa catatan tahun], juz I, halaman 464).

Peziarah dianjurkan untuk memperbanyak puasa dalam ziarah kubur dengan maksud untuk mengosongkan “keinginan” duniawi dari dalam batin. Hal ini sangat penting agar ziarah kubur benar-benar dapat memberikan “pelajaran” bagi peziarah.

وأن يكون زاهدا في الدنيا فإن الراغب فيها من لازمه قساوة القلب ولذلك عدم غالب الناس الاتعاظ برؤية القبور

Artinya, “Seorang peziarah seyogianya bersikap zuhud terhadap dunia karena orang yang cinta dunia lazimnya memiliki hati yang keras sehingga kebanyakan dari mereka tidak mengambil pelajaran hanya dengan melihat kuburan,” (Lihat Syekh Ihsan M Dahlan Jampes, Sirajut Thalibin ala Minhajil Abidin, [Indonesia, Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah: tanpa catatan tahun], juz I, halaman 464).

Sebenarnya praktik ziarah kubur bukan tidak berguna sama sekali meski peziarah misalnya tidak mendapat hikmah darinya. Praktik ziarah kubur penting untuk mendidik anak-anak para peziarah untuk mentradisikan sunnah di samping pahala tahlil dan wirid bagi peziarah yang biasa dibaca di makam.

Di samping itu para peziarah juga telah menunaikan kewajiban bakti kepada kedua orang yang telah wafat dengan menziarahi makam keduanya. Para peziarah juga mendapatkan limpahan berkah dari para wali dengan menziarahi makam kekasih Allah. Wallahu a‘lam. (Alhafiz K)