Tasawuf/Akhlak

Nabi Muhammad SAW dan Jenazah Yahudi

Sab, 27 Maret 2021 | 15:30 WIB

Nabi Muhammad SAW dan Jenazah Yahudi

Sebagian ulama memahami sikap berdiri Rasulullah SAW sebagai bentuk penghormatan atas peristiwa kehidupan dan kematian. Meski orang yang meninggal dunia adalah pemeluk agama Yahudi, Nasrani, atau Majusi, Rasulullah SAW tetap berdiri.

Umat Islam dan ahli kitab memiliki hubungan yang cukup dekat. Di Madinah, Nabi Muhammad SAW berinteraksi langsung dengan suku-suku Yahudi, yaitu Bani Quraizhah, Bani Nadhir, dan Bani Qainuqa. Dialog-dialog antara pemeluk kedua agama tersebut terjadi di Madinah dengan dinamikanya.


Ada pelajaran penting yang dapat ditarik dari satu peristiwa di mana Nabi Muhammad SAW berhadapan dengan jenazah orang Yahudi. Ketika berhadapan dengan jenazah Yahudi, Nabi Muhammad SAW memandangnya dari segi kemanusiaan. Nabi Muhammad SAW berdiri untuk menghormati jenazah pemeluk Yahudi Madinah sebagaimana riwayat Bukhari dan Muslim.


عَنْ ابْنِ أَبِي لَيْلَى أَنَّ قَيْسَ بْنَ سَعْدٍ وَسَهْلَ بْنَ حُنَيْفٍ كَانَا بِالْقَادِسِيَّةِ فَمَرَّتْ بِهِمَا جَنَازَةٌ فَقَامَا فَقِيلَ لَهُمَا إِنَّهَا مِنْ أَهْلِ الْأَرْضِ فَقَالَا إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّتْ بِهِ جَنَازَةٌ فَقَامَ فَقِيلَ إِنَّهُ يَهُودِيٌّ فَقَالَ أَلَيْسَتْ نَفْسًا


Artinya, "Dari Abdurrahman bin Abi Laila, Qais bin Sa’ad dan Sahal bin Hunaif sedang berada di Qadisiyah. Lalu sebujur jenazah ditandu orang melewati keduanya. Keduanya pun berdiri untuk menghormati. ‘Bukankah jenazah itu adalah (non-Muslim ahludz dzimmah) penghuni dunia?’ tanya orang di sekitarnya. Keduanya menjawab, ‘Satu keranda jenazah digotong orang melewati Rasulullah SAW. Beliau kemudian berdiri. Ketika diberitahu bahwa itu adalah jenazah Yahudi, Rasulullah SAW menjawab, ‘Bukankah ia manusia juga?'" (HR Bukhari dan Muslim).


Sebagian ulama memahami sikap berdiri Rasulullah SAW sebagai bentuk penghormatan atas peristiwa kehidupan dan kematian. Meski orang yang meninggal dunia adalah pemeluk agama Yahudi, Nasrani, atau Majusi, Rasulullah SAW tetap berdiri. Secara kemanusiaan Muslim dan non-Muslim sama saja. Adapun islam dan kekufuran terletak dalam hati. Sedangkan secara bentuk dan jenis mereka sama-sama manusia. Tidak ada perbedaannya.


Jenazah Yahudi tersebut adalah makhluk bernyawa ciptaan Allah. Di dalam dirinya terdapat kuasa Ilahi dan tanda kebesaran-Nya dalam penciptaan. Nyawa orang tersebut telah dicabut. Kondisi fisiknya nanti juga berubah. Sedangkan Rasulullah SAW berdiri untuk mengagungkan dan membesarkan Allah yang menciptakan jiwa tersebut kemudian mencabut kembali rohnya.


Dari sini kita dapat menrik simpulan bahwa sejarah juga mencatat cara pandang kemanusiaan pada diri Rasulullah SAW. Rasulullah SAW melihat jenazah Yahudi tersebut sebagai manusia ciptaan Allah yang harus dihormati sebagaimana kandungan Surat Al-Isra ayat 70.


Masalah-masalah seperti ini tampaknya kurang mendapatkan perhatian. Padahal, manusia mendapatkan tempat yang mulia dan terhormat di sisi Allah. Keyakinan, mazhab, preferensi politik, kelas sosial, warna kulit, bahasa, tingkat pendidikan bisa jadi berbeda. Tetapi, apa pun perbedaan itu semua tidak menafikan kesamaan bahwa mereka semua adalah manusia ciptaan Allah.


Nabi Muhammad SAW menunjukkan penghormatan terhadap manusia itu dengan sikap berdiri ketika jenazah non-Muslim sekalipun lewat digotong orang di hadapannya. Sejarah penting ini masih tercatat dalam riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim. Wallahu a’lam. (Alhafiz Kurniawan)