Tasawuf/Akhlak

Saran Malam Min​​​​​​​gguan​​​​​​​ untuk Para Jomblo, Ter​​​​​nyata Begini

Sab, 31 Desember 2022 | 12:00 WIB

Saran Malam Min​​​​​​​gguan​​​​​​​ untuk Para Jomblo, Ter​​​​​nyata Begini

Ma lam mingguan para jomblo ngapain? Jawab saja: “Mau shalawatan.”

Bagi para jomblo ketika ditanya malam minggu ngapain? Tinggal dijawab saja: “Mau shalawatan”.

 

Shalawat merupakan salah satu ibadah yang banyak sekali faidahnya. Tak terhitung ulama yang menganjurkan memperbanyak shalawat, bahkan sampai membuat lafal shalawat sendiri. Selain fadhilah yang begitu besar, shalawat juga merupakan ibadah yang tergolong ringan. Tidak perlu syarat tertentu agar bisa membaca shalawat. Pun tidak ada waktu khusus untuk membaca shalawat, kecuali pada saat shalat, tentu saja dimana membaca shalawat merupakan salah satu rukun shalat.
 

 

Meskipun tidak ada waktu khusus untuk membaca shalawat, mayoritas ulama menganjurkan agar membacanya pada malam atau hari Jumat. Banyak sekali dalil yang menyebutkan demikian. Tapi selain di waktu tersebut, ada juga ulama yang menganjurkan shalawat dibaca pada hari Sabtu dan Ahad.
 

 

Perihal membaca shalawat di hari Sabtu, Nabi Muhammad saw memerintahkan umatnya untuk bershalawat di hari Sabtu. Alasannya karena orang Yahudi sering mencela Nabi saw pada hari itu.  Selain itu, membaca shalawat di hari Sabtu sebanyak 100 kali dapat menjadikan orang tersebut merdeka dari neraka, memperoleh syafaat Nabi saw, dan dapat mensyafaati orang yang dicintainya kelak di hari kiamat.
 

 

Syekh Syamsuddin As-Sakhawi dalam kitab Al-Qaulul Badi’ menuliskan:
 

 

وأما الصلاة عليه في يومي السبت والأحد، فعن حذيفة رفعه قال: أكثروا من الصلاة عليّ في يوم السبت، فإن اليهود تكثر من سبي فيه. فمن صلى علي فيه مائة مرة، فقد أعتق نفسه من النار وحلت له الشفاعة فيشفع يوم القيامة فيمن أحب


 

Artinya, “Adapun membaca shalawat kepada Nabi saw di hari Sabtu dan Ahad, maka diriwayatkan dari Hudzaifah secara marfu’, Nabi saw bersabda: “Perbanyaklah shalawat kepadaku di hari Sabtu, sesungguhnya orang Yahudi banyak mencelaku di hari itu. Barangsiapa bershalawat kepadaku di hari Sabtu sebanyak 100 kali, sungguh dia telah memerdekakan dirinya dari api neraka, berhak baginya syafaat dan dapat mensyafaati orang yang dicintainya di hari kiamat.” (Muhammad bin Abdirrahman As-Sakhawi, Al-Qaulul Badi’ fis Shalati 'ala al-Habibis Syafi’, juz I, halaman 201).
 

 

Adapun anjuran bershalawat di hari Ahad karena Nabi saw memerintahkan agar umat Islam membedakan dirinya dengan orang Romawi. Hal ini terjadi karena pada hari Ahad orang Romawi memasuki gereja dan menyembah salib serta mencela Nabi saw. Syekh As-Sakhawi meneruskan:
 

 

وعليكم بمخالفة الروم في يوم الأحد. قالوا: يا رسول الله، في أي شيء تخالف الروم؟ قال: في يوم يدخلون كنائسهم ويعبدون الصلبان ويسبوني. فمن صلى الصبح من يوم الأحد وقعد يسبح الله حتى تطلع الشمس، ثم صلى ركعتين بما فتح الله عليه، ثم صلّى عليّ سبع مرات واستغفر لأبويه ولنفسه وللمؤمنين، غفر له ولأبويه. وإن دعا استجاب الله له، وإن سأل خيرا أعطاه الله إياه


 

Artinya, “Dan tetaplah atas kalian berbeda dengan orang Romawi di hari Minggu. Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, bagaimana caranya kita berbeda dengan mereka?” Nabi saw menjawab: “Pada hari itu mereka memasuki gereja, menyembah salib, dan mencelaku. Barangsiapa shalat Subuh di hari Ahad lalu duduk seraya bertasbih hingga terbit matahari, kemudian shalat dua rakaat dengan apa yang Allah buka kepadanya, kemudian bershalawat kepadaku sebanyak tujuh kali, meminta ampun untuk kedua orang tuanya, dirinya, dan orang-orang mukmin, maka diampuni dosanya dan dosa kedua orang tuanya. Bila ia berdoa, maka Allah akan mengabulkannya. Jika ia meminta kebaikan, maka Allah akan memberikannya.” (As-Sakhawi, Al-Qaulul Badi’, juz I, halaman 201).

 

Meskipun status sanad haditsnya marfu’, bukan berarti apa yang telah disebutkan oleh As-Sakhawi di atas tidak bisa diamalkan. Shalawat memang bagus diamalkan sepanjang waktu, termasuk pada hari Sabtu dan Ahad. Hal ini juga bagus terutama untuk para jomblo ketika ditanya malam minggu ngapain. Tinggal dijawab saja: “Mau shalawatan”.
 

 

Ustadz Subhan Abidin, Alumni Pesantren Al-Itqon Kendal, sekarang mengajar di Pesantren Al-Munawwir, Batang.