Tasawuf/Akhlak

Tanda-tanda Zuhud Menurut Imam Al-Ghazali

Sab, 19 Juni 2021 | 11:00 WIB

Tanda-tanda Zuhud Menurut Imam Al-Ghazali

Kezuhudan memang berkaitan dengan harta, pangkat, dan kewibawaan. Tapi zuhud berkaitan dengan sikap batin. (Ilustrasi: artscenegallery.com)

Imam Al-Ghazali mengatakan, banyak orang mengira bahwa orang yang meninggalkan harta duniawi adalah orang yang zuhud (zahid). Padahal tidak mesti demikian. Pasalnya, meninggalkan harta dan berpenampilan “buruk” itu mudah dan ringan bagi mereka yang ingin dipuji sebagai seorang zahid.


Kezuhudan memang berkaitan dengan harta. Tetapi kezuhudan juga berkaitan pangkat dan kewibawaan. Zuhud berkaitan dengan sikap batin. Imam Al-Ghazali kemudian tiga tanda kezuhudan.


1. Tidak terpengaruh oleh keberadaan dan ketiadaan harta.


العلامة الأولى أن لا يفرح بموجود ولا يحزن على مفقود كما قال تعالى لكيلا تأسوا على ما فاتكم ولا تفرحوا بما آتاكم 


Artinya, “Tanda pertama, tidak berbangga ketika berada dan tidak bersedih ketika tiada harta sebagaimana firman Allah, ‘Agar kalian tidak putus asa atas harta yang luput dan tidak berbangga dengan apa yang Allah berikan kepada kalian,’ (Surat Al-Hadid ayat 23),” (Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, [Beirut, Darul Fikr: 2018 M/1439-1440 H], juz IV, halaman 252).


2. Tidak terpengaruh oleh pujian dan hinaan.


العلامة الثانية أن يستوى عنده ذامه ومادحه 


Artinya, “Tanda kedua, orang yang menghina dan memujinya sama saja baginya,” (Imam Al-Ghazali, 2018 M: IV/252).


Kalau tanda pertama berkaitan dengan kezuhudan harta, maka tanda kedua berkaitan dengan kezuhudan kepangkatan/kewibawaan, kata Imam Al-Ghazali.


Az-Zabidi dalam Kitab Ithafus Sadatil Muttaqin Syarah Kitab Ihya Ulumiddin mengatakan perihal tanda kedua. Menurutnya, orang yang zuhud takkan bahagia mendengar pujian orang lain dan tidak kecewa menerima hinaan orang lain.


Yunus bin Maysarah termasuk orang yang berpendapat demikian. Menurutnya, orang yang zuhud di dunia bukan orang yang mengharamkan bagi dirinya apa saja yang halal dan menyia-nyiakan harta duniawi. Orang yang zuhud adalah orang yang mengganggap sama siapa saja yang memuji dan menghinanya. (Az-Zabidi, Ithafus Sadatin Muttaqin, [Beirut, Muassasatut Tarikh Al-Arabi: 1994 M/1414 H], juz IX, halaman 373).


3. Terhibur atau senang dengan Allah SWT.


العلامة الثالثة أن يكون أنسه بالله تعالى والغالب على قلبه حلاوة الطاعة 


Artinya, “Tanda ketiga, senang dengan Allah yang ditandai dengan kenikmatan ibadah dalam hatinya,” (Imam Al-Ghazali, 2018 M: IV/252).


Imam Al-Ghazali menambahkan, hati tidak lepas dari kegemaran pada sesuatu yang disukai, bisa jadi kesukaan pada dunia (mahabbatud dunia/cinta dunia) atau kesukaan kepada Allah (mahabbatullah/cinta kepada Allah).


Cinta dunia dan cinta kepada Allah sekaligus dalam satu hati tidak mungkin terjadi. Keduanya, kata Imam Al-Ghazali, ibarat udara dan air dalam satu wadah. Bila air masuk, maka udara dalam wadah akan keluar karena keduanya takkan tertampung dalam satu wadah.


Orang yang mencintai Allah akan sibuk dan bimbang dengan-Nya, bukan dengan yang lain. (Imam Al-Ghazali, 2018 M: IV/252). Wallahu a’lam. (Alhafiz Kurniawan)