Tasawuf/Akhlak

Titik Balik Seseorang Pengemis pada Masa Sahabat Umar Ra

Kam, 30 Desember 2021 | 04:30 WIB

Titik Balik Seseorang Pengemis pada Masa Sahabat Umar Ra

“Aku menemukan Surat Az-Dzariyat ayat 22. Rezekiku memang di langit dan aku menemukannya di bumi,” jawab laki-laki tersebut yang mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhannya.

Di masa kepemimpinan Sayyidina Umar bin Khattab ra, ada seorang papa yang dikenal sering mendatangi Sayyidina Umar ra. Ia kerap mendatangi rumah Sayyidina Umar ra untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Kebiasaan seperti ini dilakukannya secara rutin beberapa hari sekali selama bertahun-tahun.


Suatu hari ia melakukan rutinitasnya. Ia mendatangi rumah Sayyidina Umar ra. Ia menunggu Sayyidina Umar ra di depan pintu rumahnya karena tuan rumah belum pulang. Ia sangat menaruh harapan pada kebaikan tuan rumah.


Di tengah penantian itu, ia mendengar suara gaib yang menyapanya. “Wahai fulan, kepada siapa kau berhijrah, kepada Umar atau Allah?”


Ia belum sempat menjawab. Suara gaib itu pun kemudian berlanjut.


“Pergilah, pelajari Al-Qur’an. Ia akan mencukupi kebutuhanmu ketimbang pintu Umar.”


Ia kaget. Suara gaib tersebut membuatnya berpikir. Ia merenungkan kebiasannya selama ini. Ia merasa yakin bahwa suara gaib itu merupakan suara kebenaran. Ia merasa suara gaib itu menjadi titik balik baginya.


Ia menyudahi jalan pikirannya. Ia dengan percaya diri dan yakin beranjak meninggalkan pintu rumah Sayyidina Umar ra tanpa menunggu tuan rumah pulang.


Ia pergi dari rumah Sayyidina Umar ra. Ia menghilang dari pandangan Sayyidina Umar ra untuk sekian lama. Ia telah mengakhiri kebiasannya. Ia menyendiri dan menyibukkan diri dengan ibadah kepada Allah.


Ia lama tidak muncul di pintu Sayyidina Umar ra. Ia absen. Ketidakhadirannya membuat Sayyidina Umar ra bertanya. Ia kemudian dicari oleh Sayyidina Umar ra.


Sayyidina Umar ra kemudian mendatangi kediaman laki-laki papa tersebut. Sayyidina Umar ra mendapati laki-laki tersebut sedang ibadah di rumahnya. Sayyidina Umar ra menyatakan bahwa ia merindukannya.


“Kamu ke mana saja? Aku merindukanmu. Apa yang membuatmu tidak lagi memerlukanku?” tanya Sayyidina Umar ra.


“Aku membaca Al-Qur’an wahai Amirul mukminin. Ia mencukupiku dari (kebaikan) Umar dan keluarga Umar,” jawab laki-laki tersebut.


“Rupanya Allah telah memberikan rahmat-Nya kepadamu. Apa yang kamu temukan di dalam Al-Qur’an?” tanya Umar ra.

 
“Aku menemukan Surat Az-Dzariyat ayat 22. Rezekiku memang di langit dan aku menemukannya di bumi,” jawab laki-laki tersebut yang mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhannya.


Adapun Surat Az-Dzariyat ayat 22 berbunyi sebagai berikut:


وَفِى ٱلسَّمَآءِ رِزْقُكُمْ وَمَا تُوعَدُونَ


Artinya, “Di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu,” (Surat Az-Dzariyat ayat 22).


Mendengar jawaban laki-laki tersebut, Sayyidina Umar ra menangis. Ia tidak teringat sama sekali atas kandungan Surat Az-Dzariyat ayat 22. “Kamu benar,” kata Sayyidina Umar ra. Kemudian kondisi berbalik. Sayyidina Umar ra melazimkan diri menemui laki-laki tersebut secara rutin untuk mendengar kajian atas kandungan ayat-ayat Al-Qur’an.

 


Kisah ini diangkat oleh Imam Al-Ghazali dalam Kitab Ihya Ulumiddin. (Abu Hamid Al-Ghazali, Ihya’ Ulumiddin, [Beirut, Darul Fikr: 2018 M/1439 H-1440 H], juz IV, halaman 283). Wallahu a’lam. (Alhafiz Kurniawan)