Sirah Nabawiyah

Husein bin Ali, Cucu Rasulullah yang Lahir di Bulan Sya’ban

Rab, 9 Maret 2022 | 14:00 WIB

Husein bin Ali, Cucu Rasulullah yang Lahir di Bulan Sya’ban

Salah satu keutamaan yang dimiliki Sayyidina Husein dan saudaranya, Sayyidina Hasan, adalah menjadi pimpinan para penduduk di surga.

Selain bulan Sya’ban memiliki banyak keutamaan dengan beragam anjuran amalan sunah di dalamnya, bulan kedelapan menurut penanggalan hijriyah ini menyimpan sejumlah peristiwa bersejarah dengan lahirnya beberapa tokoh besar Islam, di antaranya adalah cucu Rasulullah Sayyidina Husein. 


Sayyidina Husein merupakan putra khulafaur rasyidin keempat Ali bin Abi Thalib. Jika kita runtut nasabnya, maka namanya adalah Husain bin Ali bin Abi Thalib bin Abdul Mthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushay al-Qursy al-Hasyimi. Menurut az-Zubair, Husain lahir pada tanggal 5 Sya’ban tahun 4 H. (adz-Dzahabi, Nuzhatul Fudhalâ’, [tanpa penerbit], juz I, h. 269-270) 


Mengutip Qatadah, Ibnul Atsir mengatakan, Sayidina Husein lahir setelah saudaranya, Sayidina Hasan, jarak satu tahun sepuluh bulan. (Ibnul Atsir, Usdul Ghâbah fî Ma’rifatish Shaḫâbah, [Beirut: Darul Kutub al-‘Ilmiyah, tanpa tahun], juz II, h. 27) 


Banyak sekali hadits-hadits yang menjelaskan keutamaan Sayyidina Husein. Berikut adalah beberapa di antaranya.


Paling Mirip Rasulullah 

Sayyidina Husein merupakan keluarga Nabi (ahlul bait) yang paling mirip dengan Rasulullah. Dalam satu hadits disebutkan: 


عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أُتِيَ عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ زِيَادٍ بِرَأْسِ الْحُسَيْنِ فَجُعِلَ فِي طَسْتٍ فَجَعَلَ يَنْكُتُ وَقَالَ فِي حُسْنِهِ شَيْئًا فَقَالَ أَنَسٌ كَانَ أَشْبَهَهُمْ بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَانَ مَخْضُوبًا بِالْوَسْمَةِ 


Dari Anas bin Mâlik ra, dia mengatakan: “Kepala Husein dibawa dan didatangkan kepada ‘Ubaidullah bin Ziyâd. Kepala itu ditaruh di bejana. Lalu ‘Ubaidullah bin Ziyâd menusuk-nusuk (dengan pedangnya) seraya berkomentar sedikit tentang ketampanan Husein. Anas mengatakan; ‘Di antara Ahlul-Bait, Husain adalah orang yang paling mirip dengan Rasulullah saw. Saat itu, Husein disemir rambutnya dengan wasmah (tumbuhan sejenis pacar yang condong ke warna hitam). (HR Bukhari) 


Hadits di atas menjelaskan bahwa Husein bin Ali merupakan keluarga (ahlul bait) yang paling mirip dengan Rasulullah. Meski dalam riwayat az-Zuhri dijelaskan bahwa Sayyidina Hasan lah yang lebih mirip dibanding saudaranya, Husein. Tapi bisa jadi, baik Hasan maupun Husein, punya kemiripan yang lebih menonjol dengan Nabi dari sisi masing-masing. 


Hal ini akan menjadi lebih jelas dengan hadits berikut:


الحَسَنُ أَشْبَهَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ مَا بَيْنَ الرَّأْسِ إِلَى الصَّدْرِ وَ الحُسَيْنُ أَشْبَهَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ مَا كَانَ أَسَفَلَ مِنْ ذَلِكَ 


Artinya: “Sayyidina Hasan lebih mirip dengan Rasulullah antara bagian kepala sampai dada, sementara Sayyidina Husein lebih mirip pada anggota badan di bawah itu.” (HR at-Tirmidzi dan Ibnu Hibban). 


Para sahabat yang mirip dengan Rasulullah dari Bani Hasyim, selain Hasan dan Husein, adalah Ja’far bin Abi Thalib, Abdullah bin Ja’far, Qutsam bin Abbas, Abu Sufyan bin Harits, dan Muslim bin ‘Aqil. Sementara di luar Bani Hasyim ada Saib bin Yazid al-Muthalibi (kakek Imam Syafi’i), Abdullah bin Amir, dan Kabis bin Rabi’ah. (Ibnu Hajar, Fatḫul Bârî, [Riyadh: Tanpa Penerbit, 2001], juz VII, h. 119-120) 


Pimpinan Penduduk Surga 

Salah satu keutamaan yang dimiliki Sayyidina Husein dan saudaranya, Sayyidina Hasan, adalah menjadi pimpinan para penduduk di surga. Hal ini pernah diungkapkan oleh Rasulullah saw dalam haditsnya: 


الحسنُ والحُسينُ سيِّدَا شبابِ أهلِ الجنَّةِ وأبوهما خيرٌ منهما


Artinya: “Hasan dan Husein adalah dua pimpinan pemuda penduduk surga dan ayahnya (Ali bin Abi Thalib) lebih baik dari keduanya.” (HR at-Tirmidzi)


Berkaitan hadits di atas, Nuruddin Mula al-Qari dalam Mirqâtul Mafâtîḫ memaparkan, berdasarkan salah satu pendapat, maksud hadits di atas adalah Hasan dan Husein menjadi pemimpin seluruh penduduk surga selain para nabi dan khulafaur rasyidin. Sebab, semua penduduk surga berusia muda, tidak ada yang tua atau berusia dewasa (di atas muda). (Nuruddin Mula al-Qari, Mirqâtul Mafâtîḫ, [Beirut: Darul Kutub al-‘Ilmiah, 2001], juz XI, h. 314)


Kecintaan Rasulullah

Rasulullah saw merupakan sosok yang sangat mencintai kedua cucunya, Hasan dan Husein. Sampai beliau pernah menegaskan bahwa siapa yang mencintai keduanya, maka beliau juga mencintai orang itu. Dalam satu hadits beliau mengatakan:


عن أسامة بن زيد قَالَ: طَرَقْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ لَيْلَةٍ لِبَعْضِ الْحَاجَةِ، قَالَ: فَخَرَجَ إِلَيَّ وَهُوَ مُشْتَمِلٌ عَلَى شَيْءٍ لَا أَدْرِي مَا هُوَ، فَلَمَّا فَرَغْتُ مِنْ حَاجَتِي قُلْتُ: مَا هَذَا الَّذِي أَنْتَ مُشْتَمِلٌ عَلَيْهِ، فَكَشَفَ فَإِذَا حَسَنٌ وَحُسَيْنٌ عَلَى وَرِكَيْهِ فَقَالَ: " َذَانِ ابْنَايَ، وَابْنَا ابْنَتِي، اللَّهُمَّ أَنِّي أُحِبُّهُمَا فَأَحِبَّهُمَا وَ أُحِبُّ مَنْ يُحِبُّهُمَا"


Dari Usamah bin Zaid, dia berkata, “Pada suatu malam saya menemui Rasulullah untuk satu keperluan. Kemudian beliau keluar menemuiku dengan kondisi mengenakan penutup yang aku tidak tahu. Ketika keperluanku sudah selesai, aku bertanya, ‘Penutup apa yang engkau pakai itu?’ Rasulullah pun membukanya, ternyata di dalamnya ada Hasan dan Husein (menggendong) di atas pinggang beliau.”


“Nabi lalu bersabda, ‘Ini adalah kedua anakku, kedua anak putriku. Ya Allah, sungguh aku mencintai keduanya, maka buatlah aku (tetap) mencintai keduanya dan aku mencintai orang yang mencintai keduanya.” (HR at-Tirmidzi)


Masih banyak lagi keutamaan yang dimiliki Sayyidina Husein, seperti banyak melakukan puasa sunah dan shalat sunah, ibadah haji, bersedekah, dan semua-semua perbuatan baik lainnya. Menurut Zubair dari Mush’ab, Sayyidina Husein pernah melakukan ibadah haji sebanyak 25 kali dengan berjalan kaki dari Madinah ke Makkah.


Sayyidina Husein wafat pada hari Jum’at, ada yang mengatakan hari Sabtu, bertepatan hari ‘Asyura (10 Muharam) tahun 61 H atau 10 Oktober 680 M di Karbala, Irak. (Ibnul Atsir, juz II, h. 27). Wallahu a’lam.


Ustadz Muhammad Abror, alumnus Pondok Pesantren KHAS Kempek, CIrebon, dan Ma’had Aly Pondok Pesantren Sa'idusshiddiqiyah