Sirah Nabawiyah

Kisah dan Pesan Ilahi dari Gua Hira

Sen, 31 Oktober 2022 | 12:00 WIB

Kisah dan Pesan Ilahi dari Gua Hira

Kisah Nabi Muhammad menyendiri di Gua Hira masyhur diriwayatkan para ulama hadits. Suatu hari Nabi didatangi malaikat pembawa wahyu Ilahi. (Foto: Ilustrasi/MCH)

Kisah Nabi Muhammad menyendiri di Gua Hira telah masyhur diriwayatkan ulama-ulama hadits. Bahkan peristiwa turunnya ayat-ayat yang diwahyukan pertama kali kepada Nabi Muhammad disebutkan di beberapa hadits sahih, di antaranya al-Bukhari, Muslim, dan Ahmad.


Sejak awal, Muhammad sudah terbiasa merenung, memikirkan hakikat kebenaran, juga kondisi lingkungannya. Ia memilih tempat yang jauh dari keramaian. Hal ini sudah dilakukan sejak masih bujang hingga kemudian menikah dengan Khadijah dan memiliki beberapa anak.


Dikutip dari Sejarah Hidup Muhammad (2007) karya Muhammad Husain Haekal, lokasi yang dipilih Muhammad adalah puncak Gunung Hira sejauh dua farsakh sebelah utara Mekah. Di sana, terletak sebuah gua yang baik sekali untuk tempat menyendiri, yang kemudian disebut Gua Hira. 


Sepanjang bulan Ramadhan tiap tahun, Nabi Muhammad pergi ke sana dan berdiam di tempat itu, cukup hanya dengan bekal sedikit yang dibawanya. Ia tekun dalam renungan dan ibadah, jauh dari segala kesibukan hidup dan keributan manusia. Ia mencari kebenaran, dan hanya kebenaran semata.

 

Menurut kisah yang diungkapkan oleh KH Zakky Mubarak (2022) penulis buku Riyadhul Mu’min menjelaskan bahwa Nabi Muhammad datang ke gua Hira yang terletak pada sebuah bukit dekat kota Makkah bernama Jabal Nur untuk berkhalwat (semedi, kontemplasi) selama beberapa hari. Beberapa kali Nabi pulang pergi dari rumah ke gua itu. Bila bekalnya habis, beliau pulang ke rumah dan kemudian pergi lagi untuk berkhalwat ke gua itu.


Keadaan seperti itu terus berlanjut, sehingga pada suatu hari Nabi Muhammad dikejutkan oleh kedatangan seorang malaikat pembawa wahyu Ilahi.


Malaikat berkata kepadanya, "Bacalah," beliau menjawab, "Saya tidak dapat membaca." Malaikat memegang Nabi dan megguncangnya, sehingga Nabi Muhammad kepayahan.


Peristiwa itu berulang sampai tiga kali, baru Nabi dapat membaca dan mengucapkan apa yang diucapkan malaikat itu yaitu berupa awal surat al-‘Alaq yang disebutkan di atas. Ayat itu lengkapnya sebagai berikut:

 

ٱقۡرَأۡ بِٱسۡمِ رَبِّكَ ٱلَّذِي خَلَقَ خَلَقَ ٱلۡإِنسَٰنَ مِنۡ عَلَقٍ ٱقۡرَأۡ وَرَبُّكَ ٱلۡأَكۡرَمُ ٱلَّذِي عَلَّمَ بِٱلۡقَلَمِ عَلَّمَ ٱلۡإِنسَٰنَ مَا لَمۡ يَعۡلَمۡ 

 

"(1)Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, (2) Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah (3) bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah, (4) yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam (5) Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya." (Q.S. Al-‘Alaq, 96: 1-5).


Nabi Muhammad saw kemudian pulang ke rumah istrinya Khadijah dalam keadaan gemetar, lalu berkata padanya: "Selimutilah aku." Kemudian Nabi diselimuti oleh Khadijah sehingga rasa takutnya menjadi hilang.


Setelah itu beliau menceritakan semua peristiwa di Gua Hira kepada istrinya, selanjutnya beliau berkata: "Aku merasa khawatir terhadap diriku." Khadijah menjawab, "Jangan merasa cemas atau khawatir, akan tetapi bergembiralah. Demi Allah, sesungguhnya Allah tidak akan mengecewakanmu. Engkau adalah orang yang selalu menyambung persaudaraan (silaturrahim), senantiasa berkata benar, membantu orang-orang yang lemah dan miskin, selalu menghormati tamu dan gemar membantu orang-orang yang tertimpa bencana."


Sayyidah Khadijah, istri Nabi Muhammad yang sangat setia itu, kemudian mengajak beliau menemui Waraqah bin Naufal bin Abd al-Uzza (saudara misan Khadijah). Waraqah adalah seorang Arab pemeluk agama Nasrani yang sangat alim, pandai menulis dan menguasai Bahasa Ibrani. Waktu itu, ia seorang yang lanjut usia dan buta kedua matanya.

 

Khadijah berkata kepada Waraqah: "Wahai anak pamanku, perhatikan apa yang dikatakan oleh anak saudaramu (Maksudnya Nabi Muhammad). Ia menyahut perkataan Khadijah dan berkata kepada Nabi Muhammad: "Wahai anak saudaraku, apa yang kamu saksikan?"


Nabi Muhammad menceritakan kepadanya peristiwa yang dialaminya di Gua Hira. Waraqah kemudian mengatakan: "Sesungguhnya telah datang kepadamu malaikat Namus (Jibril) sebagaimana pernah datang kepada Isa as."

 

Waraqah selanjutnya mengatakan: "Sekiranya aku masih hidup, ketika kaummu mengusirmu, pasti aku akan menolongmu dengan segala kemampuanku." Nabi Muhammad bertanya kepadanya: "Apakah mereka akan mengusirku?"


Waraqah menjawab: "Ya, tidak ada seorang Nabipun yang datang membawa ajaran seperti apa yang kau bawa, melainkan ia akan dimusuhi oleh kaumnya." Tidak lama setelah peristiwa itu Waraqah bin Naufal wafat, sehingga ia tidak sampai menyaksikan waktu Nabi Muhammad dimusuhi dan diusir oleh kaumnya. (Fathoni Ahmad)