Syariah

Hukum Haji Tanpa Membaca Doa Manasik

Sab, 1 Juli 2023 | 05:00 WIB

Hukum Haji Tanpa Membaca Doa Manasik

Masjidil Haram. (Foto: MCH)

Jamaah haji dianjurkan untuk membaca doa dan zikir khusus yang ada pada setiap sesi dalam rangkaian manasik haji. Jamaah haji bahkan juga dianjurkan untuk membaca doa tersebut melalui HP atau buku panduan manasik haji karena doa manasik yang bersifat khusus. Bukan doa harian yang mudah dibaca.


Dalam rangkaian manasik haji, doa termasuk ke dalam jenis amalan sunnah haji. Doa tawaf, doa wukuf, doa lontar jumrah, doa masuk kota Makkah, doa melihat Ka’bah, doa masuk Kota Madinah. bukan termasuk ke dalam jenis wajib haji apalagi rukun haji.


Sayyid Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi dalam Kitab Hasyiyah I‘anatut Thalibin menyebutkan kesunnahan dan doa-doa khusus manasik haji di waktu dan di tempat khusus dalam manasik haji.


ويسن أذكار وأدعية مخصوصة بأوقات وأمكنة معينة كعرفة والمشعر الحرام وعند رمي الجمار والمطاف


Artinya, “(Jamaah haji) disunnahkan membaca zikir dan doa khusus dengan waktu dan tempat yang telat ditentukan seperti Arafah, Masy'aril Haram, ketika lontar jumrah, dan tempat tawaf,” (Sayyid Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi, Hasyiyah I‘anatut Thalibin, [Beirut, Darul Fikr: 2005 M/1425-1426 H], halaman 353).


Karena berstatus sunnah, doa manasik haji tidak memiliki konsekuensi hukum fiqih. Berbeda dari wajib atau rukun haji yang memiliki konsekuensi berat, doa manasik yang sunnah tidak berkonsekuensi pada dam atau batal haji.


Al-Bujairimi menjelaskan bahwa jamaah yang tidak mengerjakan sunnah haji atau tidak melaksanakan secara sempurna sunnah haji maupun umrah tidak terkena dam sebagai ia meninggalkan wajib haji.


قَوْلُهُ (وَمَنْ تَرَكَ سُنَّةً مِنْ سُنَنِ الْحَجِّ أَوْ الْعُمْرَةِ لَمْ يَلْزَمْهُ بِتَرْكِهَا شَيْءٌ كَتَرْكِهَا مِنْ سَائِرِ الْعِبَادَاتِ) كَالْوُضُوءِ وَالصَّلَاةِ


Artinya, “(Siapa saja yang meninggalkan sunnah haji atau sunnah umrah, maka tidak terkena kewajiban sesuatu apapun karena meninggalkannya sebagaimana meninggalkan sunnah ibadah lainnya) seperti [sunnah] wudhu atau [sunnah] sembahyang,”(Syekh Sulaiman Al-Bujairimi, Hasyiyatul Bujairimi alal Iqna‘, [Beirut, Darul Fikr: 2006 M/1426-1427 H], juz II, halaman 460).


Dengan kata lain, ibadah haji tetap sah walaupun dilaksanakan tanpa membaca sempurna atau tidak membaca sama sekali doa manasik haji yang sunnah itu.


Meski demikian, doa manasik haji memiliki keutamaan-keutamaan yang luar biasa. Doa manasik haji sangat dianjurkan untuk dibaca mengingat kesempatan emas yang harus dipergunakan oleh jamaah sebagai waktu pengabulan doa dari Allah swt. Wallahu a‘lam.


Alhafiz Kurniawan, Wakil Sekretaris LBM PBNU