Tafsir

Surat Al-Kautsar: Kabar Gembira dan Pembelaan Allah bagi Nabi Muhammad

Ahad, 19 Januari 2025 | 19:00 WIB

Surat Al-Kautsar: Kabar Gembira dan Pembelaan Allah bagi Nabi Muhammad

Ilustrasi Al-Quran. Sumber: Canva/NU Online.

Surat Al-Kautsar merupakan surat ke-108 dalam urutan mushaf Al-Qur’an, terdiri dari 3 ayat, dan termasuk surat yang paling pendek dalam Al-Qur’an. Menurut jumhur ulama dan pendapat yang masyhur, surat ini tergolong Surat Makiyah. Surat Al-Kautsar menceritakan tiga hal.

 

Pertama, anugerah dan kasih sayang Allah SWT kepada Nabi Muhammad dengan memberikan kebaikan yang banyak di dunia dan akhirat, di antaranya sungai Kautsar yang berada di surga. 


Kedua, perintah kepada Nabi Muhammad dan umatnya untuk selalu menjalankan ibadah shalat, ikhlas saat melaksanakannya, dan menyembelih hewan qurban sebagai ungkapan syukur kepada Allah SWT. Ketiga, kabar gembira untuk Nabi dengan menyelamatkannya dari berbagai musuh.


Surat Al-Kautsar dan Artinya


إِنّا أَعْطَيْناكَ الْكَوْثَرَ (١) فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَاِنْحَرْ (٢) إِنَّ شانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ (٣)


Artinya: 1. Sesungguhnya Kami telah memberimu (Nabi Muhammad) nikmat yang banyak, 2. Maka, laksanakanlah salat karena Tuhanmu dan berkurbanlah!, 3. Sesungguhnya orang yang membencimu, dialah yang terputus (dari rahmat Allah).


Syekh Wahbah Zuhaili menjelaskan bahwa Surat Al-Kautsar dinamakan demikian karena diawali dengan firman Allah SWT yang ditujukan kepada Nabi Muhammad, yaitu Innā a‘ṭainākal-kautsar. (At-Tafsirul Munir, [Beirut: Darul Fikr, 1411 H], Jilid XXX, hlm. 428).


Korelasi Surat Al-Kautsar dengan Surat Sebelumnya

Syekh Wahbah Zuhaili menjelaskan bahwa munasabah (korelasi) antara Surat Al-Kautsar dan surat sebelumnya (Surat Al-Ma’un) terletak pada sifat-sifat yang disebutkan dalam kedua surat tersebut.

 

Dalam Surat Al-Ma’un, Allah menyifati orang-orang kafir, munafik, dan mereka yang mendustakan hari pembalasan dengan empat sifat buruk: kikir, meninggalkan shalat, riya’ (pamer) saat melaksanakan shalat, dan mencegah orang lain untuk berzakat.


Sementara itu, dalam Surat Al-Kautsar, Allah menyebutkan empat sifat yang diberikan kepada Nabi Muhammad ﷺ sebagai perbandingan terhadap sifat-sifat buruk tersebut: Allah memberikan Kautsar (kebaikan yang banyak) sebagai lawan dari sifat kikir, memerintahkan Nabi dan umatnya untuk melaksanakan shalat sebagai lawan dari meninggalkan shalat, memerintahkan ikhlas dalam shalat sebagai lawan dari sifat riya’, serta memerintahkan untuk bersedekah kepada fakir miskin sebagai lawan dari sifat mencegah kebaikan. (At-Tafsir Al-Munir, hlm. 428-429).


Keutamaan Surat Al-Kautsar

Imam Ibnu Katsir memaparkan penjelasan mengenai keutamaan Surat Al-Kautsar dengan menukil dari Kitab Musnad milik Imam Ahmad, yaitu:

 

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ عَنِ الْمُخْتَارِ بْنِ فُلْفُلٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مالك قال: أغفى رسول الله إغفاءة، فرفع رأسه متبسما إِمَّا قَالَ لَهُمْ وَإِمَّا قَالُوا لَهُ: لِمَ ضَحِكْتَ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «إِنَّهُ أُنْزِلَتْ عَلِيَّ آنِفًا سُورَةٌ» فَقَرَأَ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ إِنَّا أَعْطَيْناكَ الْكَوْثَرَ حتى ختمها فقال: «هَلْ تَدْرُونَ مَا الْكَوْثَرُ؟» قَالُوا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ هُوَ نَهْرٌ أَعْطَانِيهِ رَبِّي فِي الْجَنَّةِ عَلَيْهِ خَيْرٌ كَثِيرٌ، تَرِدُ عَلَيْهِ أُمَّتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ آنِيَتُهُ عَدَدَ الْكَوَاكِبِ يُخْتَلَجُ الْعَبْدُ مِنْهُمْ، فَأَقُولُ يَا رَبِّ إِنَّهُ مِنْ أُمَّتِي، فَيُقَالُ إِنَّكَ لَا تَدْرِي مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ


Artinya: Telah meriwayatkan kepada kami Muhammad bin Fudhail dari Al-Mukhtar bin Fulful dari Anas bin Malik, ia berkata: Rasulullah ﷺ tertidur sejenak, lalu beliau mengangkat kepalanya sambil tersenyum. Beliau ditanya, "Mengapa engkau tersenyum?" atau mungkin beliau yang bertanya kepada mereka, "Mengapa kalian bertanya (tentang senyumku)?" Maka Rasulullah ﷺ bersabda: "Sesungguhnya telah diturunkan kepadaku barusan sebuah surah." Lalu beliau membaca: "Bismillahirrahmanirrahim. Innā a‘ṭainākal-kauṡar(a)..." hingga selesai surah tersebut.


Kemudian beliau bertanya: "Tahukah kalian apa itu Al-Kautsar?" Mereka menjawab: "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Beliau bersabda: "Itu adalah sebuah sungai yang diberikan Tuhanku kepadaku di surga. Di atasnya terdapat banyak kebaikan. Umatku akan mendatanginya pada hari kiamat. Wadah-wadahnya sebanyak bintang-bintang di langit. Akan ada hamba yang ditarik dari situ, maka aku akan berkata: 'Ya Tuhanku, dia termasuk umatku.' Maka akan dikatakan: 'Engkau tidak mengetahui apa yang mereka perbuat sepeninggalmu.'" (Ibnu Katsir, Tafsirul Qur’anil ‘Azhim, [Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyah, 1419 H], Jilid VII, hlm. 473).


Sababun Nuzul Surat Al-Kautsar

Imam Suyuthi memaparkan banyak sekali riwayat mengenai sebab turunnya Surat Al-Kautsar, di antaranya:

 

أخرج البزار وغيره بسند صحيح عن ابن عباس قال قدم كعب ابن الأشرف مكة فقالت له قريش أنت سيدهم ألا ترى إلى هذا المنصبر المنبتر من قومه يزعم أنه خير منا ونحن أهل الحجيج وأهل السقاية وأهل السدانة قال أنتم خير منه فنزلت إن شانئك هو الأبتر


Artinya: “Al-Bazzar dan lainnya meriwayatkan dengan sanad shahih dari Ibnu Abbas, dia berkata: Suatu hari Ka'ab bin Asyraf datang ke Mekah, kaum Quraisy berkata kepadanya, ‘Kamu adalah pimpinan kaum Quraisy. Tidakkah kamu melihat orang yang terputus dari kaumnya? Dia mengira bahwa dirinya lebih baik daripada kami, padahal kamilah yang menjamu orang-orang yang datang menunaikan haji, memberi minum mereka, serta mengganti kain Ka’bah.’ Ka'ab berkata, ‘Kalian lebih baik darinya.’ Lalu turunlah ayat:


إِنَّ شانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ


Artinya: ‘Sungguh, orang-orang yang membencimu, dialah yang terputus (dari rahmat Allah).’ (QS. Al-Kautsar: 3). (As-Suyuthi, Lubabun Nuqul Fi Asbabin Nuzul, [Muassasah Al-Kutub Ats-Tsaqofiyah, 2007], hlm. 308).


Syekh Wahbah Zuhaili menambahkan penjelasan bahwa sebab turunnya surat ini adalah karena penindasan terhadap Nabi Muhammad, penghinaan terhadap para pengikutnya, serta kegembiraan kaum Quraisy atas kematian anak-anak laki-laki beliau, yaitu putranya Al-Qasim di Mekah dan Ibrahim di Madinah. Mereka merasa bahagia saat melihat kesulitan atau cobaan yang menimpa kaum beriman. 


Surat ini diturunkan untuk menegaskan bahwa Nabi Muhammad adalah sosok yang kuat dan akan menang, sementara para pengikutnya adalah orang-orang yang unggul. Kematian anak-anak beliau tidak akan mengurangi martabat dan kedudukannya, sedangkan orang-orang yang membencinya adalah mereka yang terputus dari rahmat Allah dan tidak akan memiliki nama atau reputasi yang tersisa, jauh dari segala kebaikan. (Az-Zuhaili, At-Tafsir Al-Munir, jilid XXX, hlm. 431).


Tafsir Surat Al-Kautsar

Ayat Pertama

Imam Al-Qurthubi menjelaskan bahwa frasa al-kautsar mengikuti wazan "fau‘alu" yang berasal dari masdar al-katsar, seperti lafaz an-naufal yang berasal dari masdar an-naflu. Dalam bahasa Arab, kata kautsar digunakan untuk merujuk pada sesuatu yang sangat banyak dalam jumlah, ukuran, atau manfaatnya. Terkait makna al-kautsar dalam ayat ini, Imam Al-Qurthubi menyebutkan 16 pendapat ulama. Berikut ringkasannya:

  1. Al-Kautsar adalah nama sungai di surga.
  2. Al-Kautsar adalah kolam pemandian Nabi di surga.
  3. Al-Kautsar adalah kenabian dan kitab suci. Pendapat ini disampaikan oleh Ikrimah.
  4. Al-Kautsar adalah Al-Qur’an. Pendapat ini dinyatakan oleh Al-Hasan.
  5. Al-Kautsar adalah agama Islam. Pendapat ini diriwayatkan oleh Al-Mughirah.
  6. Al-Kautsar adalah Al-Qur’an yang dimudahkan (untuk dibaca dan dihafalkan) dan syariat yang diringankan (untuk diaplikasikan). Pendapat ini disampaikan oleh Al-Husain bin Al-Fadhl.
  7. Al-Kautsar adalah banyaknya sahabat, pengikut, dan umat Nabi. Ini adalah pendapat Abu Bakar Al-Lyasy dan Yaman bin Riab.
  8. Al-Kautsar adalah kemenangan. Pendapat ini berasal dari Ibnu Kaisan.
  9. Al-Kautsar adalah derajat dalam berdzikir. Pendapat ini diriwayatkan oleh Al-Mawardi.
  10. Al-Kautsar adalah cahaya di dalam hati Nabi yang menunjukkan jalan kepada Allah dan menutupi jalan lainnya. Pendapat ini juga diriwayatkan oleh Al-Mawardi.
  11. Al-Kautsar adalah syafaat. Pendapat ini diriwayatkan oleh Al-Mawardi.
  12. Al-Kautsar adalah mukjizat berupa doa yang mustajab yang diberikan Allah kepada Nabi. Pendapat ini diriwayatkan oleh Ats-Tsa’labi.
  13. Al-Kautsar adalah kalimat laa ilaaha illallah muhammadur rasulullah. Pendapat ini dikemukakan oleh Hilal bin Yasaf.
  14. Al-Kautsar adalah ilmu fiqih yang menyusun aturan dalam beragama.
  15. Al-Kautsar adalah kewajiban shalat lima waktu.
  16. Al-Kautsar adalah sesuatu yang agung. Pendapat ini dikemukakan oleh Ibnu Ishaq.

Menurut Al-Qurthubi, pendapat yang paling benar adalah pendapat pertama dan pendapat kedua, karena keduanya sesuai dengan makna yang disampaikan oleh Nabi melalui hadits yang shahih. Pendapat lain merupakan makna tambahan melalui penafsiran masing-masing ulama, yang pada dasarnya memang semuanya diberikan kepada Nabi. Mengenai hadits yang disampaikan Nabi adalah sebagai berikut:


عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ: (الْكَوْثَرُ: نَهَرٌ فِي الْجَنَّةِ، حَافَّتَاهُ مِنْ ذَهَبٍ، وَمَجْرَاهُ عَلَى الدُّرِّ وَالْيَاقُوتِ، تُرْبَتُهُ أَطْيَبُ مِنَ الْمِسْكِ، وَمَاؤُهُ أَحْلَى مِنَ الْعَسَلِ وَأَبْيَضُ مِنَ الثَّلْجِ)

 

Artinya: “Dari Ibnu Umar, ia berkata: Rasulullah bersabda: ‘Kautsar adalah sungai yang berada di surga, yang sisi-sisinya terbuat dari emas, alirannya mengalir di atas mutiara dan yaqut, tanahnya lebih wangi daripada minyak misik, airnya lebih manis daripada madu, dan lebih putih daripada salju.’” (Al-Qurthubi, Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, [Kairo: Darul Kutub Al-Misriyah, 1384 H], Jilid XX, hlm. 218-219).

 

Ayat Kedua

Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa setelah pada ayat pertama Allah SWT menyampaikan bahwa Dia telah memberikan Nabi Muhammad berbagai anugerah dan nikmat, baik di dunia maupun di akhirat, maka pada ayat kedua ini Allah SWT memerintahkan Nabi untuk memurnikan niat (ikhlas) dalam menjalankan shalat fardhu, sunnah, dan dalam kurbannya hanya kepada Allah semata.

 

Ibadah ini harus ditujukan sepenuhnya kepada Allah, termasuk dalam penyembelihan hewan kurban atas nama Allah SWT. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Surat Al-An’am (162-163):


قُلْ إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ


Artinya: “Katakanlah (Nabi Muhammad): Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Itulah yang diperintahkan kepadaku, dan aku adalah orang yang pertama dalam kelompok orang muslim.”


Hal ini berbanding terbalik dengan kebiasaan orang-orang musyrik, yang menyembah selain Allah dan menyembelih hewan tanpa menyebut nama Allah SWT. (Ibnu Katsir, Tafsirul Qur’an Al-‘Azhim, Jilid VIII, hlm. 501-502).


Ayat Ketiga

Syekh Wahbah Zuhaili menjelaskan bahwa orang-orang yang membenci Nabi Muhammad dan ajaran yang beliau bawa, termasuk petunjuk, kebenaran, dan bukti nyata, adalah mereka yang hina dan terputus dari kebaikan di dunia dan akhirat.

 

Mereka tidak akan dikenang setelah kematian mereka. Ayat ini merupakan balasan atas ucapan seorang musyrik, yaitu ‘Ash bin Wail, yang menghina Nabi ketika putranya (Abdullah) dari Sayyidah Khadijah meninggal dunia. Dia berkata, “Dia adalah orang yang terputus.” Dalam konteks laki-laki, makna “al-abtar” adalah seseorang yang tidak memiliki keturunan.


Ayat ini bersifat umum untuk semua orang yang memusuhi Nabi, baik yang disebutkan dalam sababun nuzul maupun yang lainnya. Hasan Al-Basri berkata, “Yang dimaksud oleh orang-orang musyrik dengan menyebut Nabi sebagai ‘abtar’ adalah bahwa beliau terputus dari tujuan sebelum mencapainya. Namun, Allah menunjukkan bahwa musuh-musuh-Nya lah yang sebenarnya terputus.” (Az-Zuhaili, At-Tafsir Al-Munir, Jilid XXX, hlm. 434).


Pesan-Pesan Surat Al-Kautsar

  1. Allah SWT memberikan Nabi Muhammad banyak keutamaan dan kebaikan yang sangat besar, termasuk sungai Kautsar di surga.
  2. Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad dan umatnya untuk melaksanakan shalat fardhu dan sunnah dengan ikhlas, hanya karena Allah. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Allah SWT juga memerintahkan penyembelihan hewan kurban dan semua bentuk penyembelihan lainnya hanya untuk Allah SWT, atas nama-Nya semata.
  3. Orang-orang yang membenci Nabi dan ajaran yang beliau bawa adalah mereka yang terputus dari kebaikan dunia dan akhirat. Mereka tidak akan memiliki kenangan yang abadi setelah kematiannya karena tidak beriman kepada risalah kebenaran dan tidak beramal untuk kebenaran serta kebaikan yang murni hanya untuk Allah SWT. (Az-Zuhaili, At-Tafsir Al-Munir, Jilid XXX, hlm. 434-435).
 

Dengan demikian, surat Al-Kautsar merupakan kabar gembira yang diberikan Allah SWT kepada Nabi Muhammad, termasuk hadiah berupa Sungai Kautsar di surga. Selain itu, Nabi juga menerima anugerah yang sangat banyak dan agung, baik di dunia maupun di akhirat.

 

Bukan hanya Nabi, tetapi umatnya pun mendapatkan perintah yang sangat mulia, yaitu beribadah secara ikhlas, berserah diri, dan menyembelih hewan kurban hanya untuk Allah SWT. Ayat terakhir dari surat ini juga menjadi bentuk pembelaan Allah terhadap Nabi Muhammad atas hinaan orang-orang musyrik terhadap beliau dan keluarganya. Wallahu a‘lam.


Achmad Khoirudin, Mahasantri Ma'had Aly Al-iman Bulus Purworejo.