Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 136: Perintah untuk Mengimani Kenabian Semua Nabi dan Rasul
NU Online · Ahad, 22 September 2024 | 06:30 WIB
M. Ryan Romadhon
Kolomnis
Setelah pada ayat sebelumnya (ayat 135), Allah SWT mengajarkan jawaban kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada orang-orang yang mengklaim telah mendapatkan petunjuk, agar mengikuti agama yang lurus (hanîf) yang dibawa oleh Nabi Ibrahim. Dalam ayat 136 ini, Allah SWT melanjutkan pengajaran dan bimbingan-Nya kepada Nabi Muhammad SAW dan umatnya untuk mengimani kenabian semua nabi dan rasul, tanpa membeda-bedakan satu pun di antara mereka.
Berikut adalah teks, transliterasi, terjemah dan kutipan beberapa tafsir ulama terhadap Surat Al-Baqarah ayat 136:
قُوْلُوْٓا اٰمَنَّا بِاللّٰهِ وَمَآ اُنْزِلَ اِلَيْنَا وَمَآ اُنْزِلَ اِلٰٓى اِبْرٰهٖمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ وَالْاَسْبَاطِ وَمَآ اُوْتِيَ مُوْسٰى وَعِيْسٰى وَمَآ اُوْتِيَ النَّبِيُّوْنَ مِنْ رَّبِّهِمْۚ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْهُمْۖ وَنَحْنُ لَهٗ مُسْلِمُوْنَ ١٣٦
qûlû âmannâ billâhi wa mâ unzila ilainâ wa mâ unzila ilâ ibrâhîma wa ismâ‘îla wa is-ḫâqa wa ya‘qûba wal-asbâthi wa mâ ûtiya mûsâ wa ‘îsâ wa mâ ûtiyan-nabiyyûna mir rabbihim, lâ nufarriqu baina aḫadim min-hum wa naḫnu lahû muslimûn
Artinya, “Katakanlah (wahai orang-orang yang beriman), “Kami beriman kepada Allah, pada apa yang diturunkan kepada kami, pada apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya‘qub dan keturunannya, pada apa yang diberikan kepada Musa dan Isa, serta pada apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan (hanya) kepada-Nya kami berserah diri.” (QS. Al-Baqarah: 136)
Ragam Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 136
Secara garis besar, surat al-Baqarah ayat 136 ini mengandung bahasan utama perihal bimbingan Allah kepada Nabi Muhammad dan umatnya untuk mengimani kenabian semua nabi dan rasul, dengan tanpa membeda-bedakannya.
Tafsir Al-Qurthubi
Imam Qurthubi dalam kitab tafsirnya menyatakan bahwa khithab (objek pembicaraan) dalam ayat ini ditujukan kepada umat Nabi Muhammad SAW. Dalam ayat tersebut, lanjut Imam Qurthubi, Allah ingin mengajarkan keimanan kepada mereka.
Lebih lanjut, Imam Qurthubi juga mengutip sebuah riwayat dari Ibnu Abbas mengenai sebab turunnya ayat ini. Berikut adalah kutipannya:
قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: جَاءَ نَفَرٌ مِنَ الْيَهُودِ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ فَسَأَلُوهُ عَمَّنْ يُؤْمِنُ بِهِ مِنَ الْأَنْبِيَاءِ، فَنَزَلَتِ الْآيَةُ. فَلَمَّا جَاءَ ذِكْرُ عِيسَى قَالُوا: لَا نُؤْمِنُ بِعِيسَى وَلَا مَنْ آمَنَ بِهِ.
Artinya: Ibnu Abbas berkata, “Sekelompok orang Yahudi datang kepada Nabi Muhammad SAW dan bertanya tentang nabi-nabi yang harus diimani. Maka turunlah ayat ini. Ketika nama Isa disebut, mereka berkata, 'Kami tidak beriman kepada Isa dan orang-orang yang beriman kepadanya.'”
Lebih detail, menurut beliau, yang dimaksud dari frasa الْاَسْبَاطِ dalam ayat ini adalah keturunan Nabi Ya'qub AS. Mereka berjumlah dua belas anak, dan masing-masing dari mereka melahirkan satu umat, lalu setiap umat ini dipersatukan dalam satu kabilah.
Frasa الْاَسْبَاطِ sendiri, menurut beliau, adalah bentuk tunggal dari kata سِبْطٌ, yang bermakna ‘berturut-turut’, karena mereka merupakan sekelompok orang yang terlahir beriringan.
Adapun frasa لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْهُمْ, menurut pendapat Imam Farra’, bermakna, "Kami tidak beriman kepada sebagian dari mereka, lalu kafir terhadap sebagian yang lain, sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani." (Imam Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, [Kairo: Darul Kutub Al-Mishriyyah, 1964], jilid II, hal. 140-141).
Tafsirul Munir
Syekh Wahbah Zuhaili dalam kitab Tafsirul Munir-nya mengatakan bahwa dalam Surat Al-Baqarah ayat 136 ini, Allah SWT memerintahkan orang-orang yang beriman agar berkata sebagaimana berikut:
آمنا بنبوة جميع الأنبياء والمرسلين مع الخضوع والطاعة رب العالمين، فهو مصدر الأديان كلها، فلا نكذب أحدا من الأنبياء، بل نصدقه جملة واحدة، ونؤمن بجوهر الدين وأصله الذي لا خلاف فيه، ونشهد أن جميع الأنبياء رسل الله بعثوا بالحق والهدى، فلا نفعل فعل اليهود الذين تبرؤوا من عيسى ومحمد ، ولا نفعل فعل النصارى الذين تبرؤوا من محمد ﷺ. ونحن خاضعون لله، مطيعون له، مذعنون له بالعبودية، وذلك هو الإيمان الصحيح، أما أنتم فتتبعون أهواءكم
Artinya, “Kami mengimani kenabian semua nabi dan rasul serta kami tunduk dan patuh kepada Tuhan semesta alam. Dialah sumber semua agama. Kami tidak mendustakan seorang nabi pun. Kami mengimaninya secara bulat, dan kami beriman kepada inti agama yang tidak ada perselisihan mengenainya, serta kami bersaksi bahwa semua nabi adalah utusan Allah, mereka diutus dengan membawa kebenaran dan petunjuk.
Kami tidak melakukan seperti perbuatan kaum Yahudi yang berlepas tangan dari Nabi Isa dan Muhammad, dan kami pun tidak melakukan seperti perbuatan kaum Nasrani yang berlepas tangan dari Nabi Muhammad saw. Kami tunduk kepada Allah, patuh kepada-Nya, dan berserah diri dengan menyembah-Nya. Itulah iman yang benar. Adapun kalian mengikuti hawa nafsu kalian.”
Oleh karena itu, lanjut Syekh Wahbah, mukmin yang sejati adalah orang yang beriman kepada semua kitab dan seluruh nabi, tanpa membeda-bedakan seorang pun di antara para rasul, serta meyakini semua ajaran yang dibawa oleh kitab-kitab Tuhan. Jadi, ia tidak beriman kepada sebagian nabi dan ingkar kepada sebagian yang lain.
Adapun yang dimaksud dengan al-asbath, menurut beliau, adalah keturunan Nabi Ya'qub AS. Mereka berjumlah dua belas orang, dan masing-masing dari mereka melahirkan satu bangsa tersendiri. Bentuk tunggal dari asbath adalah sibth, yang dalam tradisi Bani Israil setara dengan istilah ‘kabilah’ di kalangan Bani Isma'il (bangsa Arab). Mereka disebut demikian karena merupakan kelompok yang muncul berturut-turut.
Lebih lanjut, Syekh Wahbah mengutip pernyataan Ibnu Abbas yang menyatakan bahwa semua nabi berasal dari Bani Israil, kecuali sepuluh nabi: Nuh, Syu'aib, Hud, Shalih, Luth, Ibrahim, Ishaq, Ya'qub, Isma'il, dan Muhammad SAW. Tidak ada satu pun nabi yang memiliki dua nama, kecuali Nabi Isa dan Ya'qub AS. (Syekh Wahbah Az-Zuhaili, Tafsirul Munir, [Damaskus: Darul Fikr, 1991 M], jilid II, hal. 324-326)
Tafsir At-Tahrir wat Tanwir
Syekh Ibnu ‘Asyur dalam Tafsir At-Tahrir wat Tanwir mengatakan bahwa yang dimaksud dari perintah untuk ‘mengucapkan’ pada frasa, قُوْلُوْٓا pada ayat 136 ini adalah ucapan yang ditujukan sebagai bentuk pemberitahuan dan ajakan untuk mengikuti sesuatu yang diucapkan tersebut, yakni mengimani semua nabi, dengan tanpa membeda-bedakannya.
Lebih detail, beliau juga mengatakan bahwa ayat 136 ini adalah badal dari ayat sebelumnya (ayat 135), sebab ayat ini adalah rincian dari pembahasan ‘agama’ yang masih bersifat global pada ayat sebelumnya, yakni pada frasa, قُلْ بَلْ مِلَّةَ إِبْراهِيمَ حَنِيفًا. (Syekh Ibnu ‘Asyur, Tafsir at-Tahrir wat Tanwir, [Tunisia: Ad-Daru at-Tunisia, 1984], jilid I, hal. 736).
Tafsir Al-Misbah
Prof. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah menjelaskan bahwa ayat 136 ini merupakan lanjutan dari pengajaran Allah kepada Nabi Muhammad SAW dan umat muslim terkait apa yang harus mereka ucapkan dan laksanakan.
Ayat ini, menurut Prof. Quraish, mengandung pesan sebagai berikut: "Katakanlah, hai orang-orang mukmin, 'Kami beriman kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa, Pemelihara seluruh alam semesta, dan kami juga beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami, baik berupa ayat-ayat Al-Qur’an maupun tuntunan Ilahi lainnya yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW, serta wahyu yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub, dan keturunannya.'
Demikian pula, kami percaya kepada apa yang diberikan kepada Musa dan Isa AS oleh Allah SWT, baik kitab suci maupun mukjizat-mukjizatnya, serta kepada apa yang diberikan kepada para nabi lainnya dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dalam hal kepercayaan terhadap kenabian mereka, dan kami hanya tunduk patuh secara lahir dan batin kepada-Nya, Yang Maha Esa."
Prof. Quraish menambahkan bahwa nabi-nabi yang disebut dalam ayat tersebut memang jumlahnya terbatas, sementara yang tidak disebutkan masih jauh lebih banyak. Namun, dalam hal keimanan, umat Islam tidak membeda-bedakan seorang pun di antara para nabi. Hal ini berbeda dengan orang Yahudi dan Nasrani; orang Yahudi tidak percaya kepada Nabi Isa, sementara orang Nasrani tidak percaya kepada Nabi Muhammad SAW. (Prof. Quraish, Tafsir Al-Misbah, [Ciputat: Penerbit Lentera Hati, 2002], jilid II, hal. 337).
Kesimpulannya, ayat 136 ini menekankan pentingnya mengimani semua nabi dan rasul tanpa membeda-bedakan mereka, tidak seperti orang Yahudi dan Nasrani yang disebutkan dalam Al-Quran, yaitu membeda-bedakan rasul Allah; orang Yahudi tidak percaya kepada Nabi Isa, sementara orang Nasrani tidak percaya kepada Nabi Muhammad SAW. Wallahu a'lam.
Ustadz M. Ryan Romadhon, Alumni Ma’had Aly Al-Iman Bulus Purworejo, Jawa Tengah.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat HUT Ke-80 RI: 3 Pilar Islami dalam Mewujudkan Indonesia Maju
2
Ketua PBNU Sebut Demo di Pati sebagai Pembangkangan Sipil, Rakyat Sudah Mengerti Politik
3
Khutbah Jumat: Kemerdekaan Sejati Lahir dari Keadilan Para Pemimpin
4
Khutbah Jumat: Refleksi Kemerdekaan, Perbaikan Spiritual dan Sosial Menuju Indonesia Emas 2045
5
Khutbah Jumat Bahasa Jawa: Wujud Syukur atas Kemerdekaan Indonesia ke-80, Meneladani Perjuangan Para Pahlawan
6
Sri Mulyani Sebut Bayar Pajak Sama Mulianya dengan Zakat dan Wakaf
Terkini
Lihat Semua