Tafsir

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 207: Cara Manusia Memosisikan Diri sebagai Hamba Allah

Jum, 8 Desember 2023 | 05:00 WIB

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 207: Cara Manusia Memosisikan Diri sebagai Hamba Allah

Ilustrasi: manusia - masa depan - maju (freepik)

Berikut ini adalah teks, transliterasi, terjemahan, sababun nuzul dan kutipan sejumlah tafsir ulama atas surat Al-Baqarah ayat 207:
 

وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَشۡرِي نَفۡسَهُ ٱبۡتِغَآءَ مَرۡضَاتِ ٱللَّهِۚ وَٱللَّهُ رَءُوفُۢ بِٱلۡعِبَادِ

 

Wa minan-nâsi may yasyrî nafsahubtighâ'a mardlâtillâh, wallâhu ra'ûfum bil-‘ibâd.
 

Artinya: “Di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya untuk mencari rida Allah. Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba(-Nya)”.
 

Sababun Nuzul Surat Al-Baqarah Ayat 207

Imam Nawawi Al-Bantani dalam tafsirnya menyebutkan riwayat sababun nuzul ayat 207 surat Al-Baqarah sebagai berikut:
 

روي عن ابن عباس أن هذه الآية نزلت في صهيب بن سنان مولى عبد الله بن جدعان، وفي عمار بن ياسر، وفي سمية أمه وفي ياسر أبيه، وفي بلال مولى أبي بكر، وفي خباب بن الأرت، وفي أبي ذر، وفي عابس مولى حويطب أخذهم المشركون فعذبوهم. فأما صهيب فقال لأهل مكة: إني شيخ كبير ولي مال ومتاع وأنا أعطيكم مالي ومتاعي وأشتري منكم ديني. فرضوا منه بذلك وخلوا سبيله فانصرف إلى المدينة فنزلت هذه الآية. وعند دخول صهيب المدينة لقيه أبو بكر رضي الله عنه فقال: ربح بيعك يا أبا يحيى. فقال: وما ذاك؟ فقال: أنزل الله فيك قرآنا، وقرأ عليه هذه الآية. وأما خباب بن الأرت وأبو ذر فقد فرّا وأتيا المدينة، وأما سمية فربطت بين بعيرين ثم قتلت وقتل ياسر، وأما الباقون فأعطوا بسبب العذاب بعض ما أراد المشركون
 

Artinya: “Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa ayat ini turun perihal Suhaib bin Sinan (hamba sahaya Abdullah bin Jud’an), Ammar bin Yasir, Sumayyah (ibu Ammar), Yasir (bapaknya), Bilal (hamba sahaya Abu Bakar), Khabbab bin Al-Arat, Abu Dzar, dan Abis (hamba sahaya Huwaitib). Mereka semua disiksa oleh orang-orang musyrik.
 

Adapun Suhaib, ia berkata kepada penduduk Makkah (ketika hendak hijrah dan ditahan oleh orang-orang musyrik): “Sungguh aku adalah orang yang tua renta, aku punya harta benda. Aku akan memberikannya kepada kalian dan menukarkannya dengan kebebasan agamaku”. Orang-orang musyrik menyetujuinya dan membebaskan jalan untuknya. Kemudian Suhaib pergi menuju Madinah. Kemudian turunlah ayat ini. 
 

Ketika Suhaib memasuki kota Madinah, ia bertemu Abu Bakar. Abu Bakar berkata: “Penjualanmu sangat menguntungkan wahai Abu Yahya”. “Apa itu wahai Abu Bakar?”, tanya Suhaib. “Allah menurunkan tentangmu ayat Al-Qur’an”, jawab Abu Bakar. Kemudian Abu Bakar membacakan ayat ini.
 

Sementara Khabbab bin Al-Arat dan Abu Dzar lari dan sampai ke kota Madinah. Sumayyah diikat dan di antara dua unta kemudian dibunuh. Begitupun Yasir. Sedangkan lainnya, mereka memberikan sebagian apa yang diinginkan orang-orang musyrik sebab penyiksaan yang dialami. (Nawawi Al-Bantani, Marah Labid, juz I, halaman 48).
 

Ragam Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 207

Secara ringkas Imam As-Suyuthi dalam Tafsirul Jalalain menjelaskan, maksud ayat ialah turun menjelaskan umat manusia lainnya yang rela menyerahkan diri untuk taat kepada Allah dengan tujuan mencari ridha-Nya. Imam As-Suyuthi menyebutkan bahwa ayat ini turun untuk Suhaib yang disiksa oleh orang-orang musyrik karena keislamannya. Kemudian ia hijrah ke kota Madinah dan meninggalkan semua hartanya. (As-Suyuthi, Tafsirul Jalalain pada Hasyiah As-Sawi, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyah: 2013 M], juz I, halaman 126).

 

Terkait hal ini, Syekh Ahmad As-Shawi dalam Hasyiah-nya memberi komentar terkait ayat di atas dengan menjelaskan lebih rinci kisah Suhaib.
 

As-Shawi menjelaskan ketika diketahui Suhaib masuk Islam, ia diganggu dan disiksa oleh orang-orang musyrik. Ketika itu, Suhaib berkata: “Aku adalah laki-laki tua yang miskin yang tidak bermanfaat untuk kalian. Jika aku laripun tidak akan membahayakan kalian. Jika kalian menginginkan hartaku ambilah”.
 

Suhaib meninggalkan hartanya dan hijrah menuju Rasulullah saw. Nabi kemudian memujinya dengan ucapannya, “Sebaik-baik hamba ialah Suhaib jika ia takut kepada Allah dan tidak bermaksiat kepada-Nya”. (As-Shawi, Hasyiah As-Sawi, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyah, 2013 M], juz I, halalaman 126).
 

Meski melihat sababun nuzul ayat ini turun untuk Suhaib, namun keumuman ayat ini diperuntukkan kepada siapa saja yang berjuang dan menghibahkan dirinya untuk taat kepada Allah dan mencari ridha-Nya. Abu Hayyan dalam tafsirnya berkata:
 

قِيلَ الْمُرَادُ: بِمَنْ، غير معنى، بَلْ هِيَ فِي كُلِّ مَنْ بَاعَ نَفْسَهُ لِلَّهِ تَعَالَى فِي جِهَادٍ، أَوْ صَبْرٍ عَلَى دِينٍ، أَوْ كَلِمَةِ حَقٍّ عِنْدَ جَائِرٍ، أَوْ حَمِيَّةٍ لِلَّهِ، أَوْ ذَبَّ عَنْ شَرْعِهِ، أَوْ مَا أَشْبَهَ هَذَا
 

Artinya: “Dikatakan: "Yang dimaksud seseorang di sini bukan untuk orang tertentu, akan tetapi diperuntukkan untuk setiap orang yang menghibahkan dirinya untuk Allah baik dalam berjihad, bersabar melakukan perintah agama, menegakkan kalimat hak pada orang yang menyimpang, berjuang karena Allah, melakukan syariat-Nya atau yang lainnya”. (Abu Hayyan, Al-Bahrul Muhith, [Beirut, Darul Fikr: 1432 H/2010 M], juz II, halaman 334).
 

Kesimpulannya, ayat di atas memberi pesan penting kepada manusia untuk mengingat kembali tujuan awal manusia diciptakan, yaitu untuk menghamba kepada-Nya. Bagaimana sebaiknya manusia memosisikan diri dalam mengarungi kehidupan sebagai seorang hamba yang taat kepada Allah dengan tujuan mencari ridha-Nya. Wallahu a'lam.

Ustadz Alwi Jamalulel Ubab, Alumni Pesantren KHAS Kempek Cirebon dan Mahasantri Ma'had Aly Saidussidiqiyah, Jakarta.