Tafsir Surat Al-Baqarah ayat 268: Takut Miskin itu Godaan Setan
Jumat, 13 Desember 2024 | 15:00 WIB
Muhaimin Yasin
Kolomnis
Catatan takdir telah menetapkan bahwa setan itu adalah musuh yang nyata bagi umat manusia. Pasalnya, setan akan terus-menerus berusaha mengganggu manusia sampai mereka terjerumus ke dalam jurang kesesatan dan kehinaan. Bahkan, godaan pertama kali yang dilakukan oleh setan itu terjadi sejak manusia pertama baru saja diciptakan, Nabi Adam. Akibatnya, Nabi Adam dan Hawa melanggar aturan Allah dan membuat keduanya terusir dari surga.
Setan mengerahkan beragam daya dan upaya untuk menjauhkan manusia dari Allah. Salah satunya adalah dengan membuat manusia takut miskin ketika hendak berinfak, bersedekah dan berzakat. Kenyataan ini dijelaskan oleh Allah swt dalam QS. Al-Baqarah ayat 268.
Dalam ayat tersebut digambarkan, bahwa setan menjanjikan manusia kemiskinan dalam hidupnya. Berikut ini adalah naskah, terjemahan dan tafsir ulama berkaitan dengan QS. Al-Baqarah ayat 268:
اَلشَّيْطٰنُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاۤءِ ۚ وَاللّٰهُ يَعِدُكُمْ مَّغْفِرَةً مِّنْهُ وَفَضْلًا ۗ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ
asy-syaithânu ya‘idukumul-faqra wa ya'murukum bil-faḫsyâ', wallâhu ya‘idukum maghfiratam min-hu wa fadllâ, wallâhu wâsi‘un ‘alîm
Artinya: “Setan menjanjikan kamu kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat keji, sedangkan Allah menjanjikan kamu ampunan dan karunia-Nya. Allah Mahaluas lagi Maha Mengetahui.”
Tafsir Baghawi
Syekh Abu Muhammad bin Mas’ud al-Baghawi dalam kitab Ma’alimut Tanzil fii Tafsiril Qur’an (Beirut, Darul Ihya’ at-Turats, 1999/I:372-373) menjelaskan, ayat ini secara umum mengabarkan, setan akan menakut-nakuti manusia dengan kemiskinan saat hendak menunaikan perintah Allah yang berkaitan dengan harta kemudian menggiring manusia mengerjakan perbuatan keji. Selain itu, dalam ayat ini Allah berjanji kepada manusia, bahwa Dia akan mengampuni segala dosa dan memberikan anugerah berupa kemuliaan.
Al-Baghawi memaparkan, dalam hal setan yang menakut-nakuti manusia akan kemiskinan, gambarannya, ketika seseorang hendak berinfak, bersedekah ataupun berzakat, setan berkata:
“Simpan saja hartamu itu. Jika kamu mengeluarkannya untuk bersedekah dan lain sebagainya, maka bisa jadi kamu akan miskin akibatnya.”
Godaan setan yang menyebabkan manusia takut miskin ini, bukan hanya membisikkan manusia untuk tidak bersedekah dan berinfak, akan tetapi lebih parah lagi menjadikan manusia bakhil (pelit). Urusan yang berkaitan dengan kewajiban mengeluarkan harta seperti zakat pun, manusia pun menjadi enggan melakukannya.
Selanjutnya, setelah setan sukses menggoda manusia menjadi takut miskin, setan juga akan berusaha menyebabkan manusia terjerumus ke dalam perbuatan keji. Al-Baghawi menukil perkataan Al-Kalbi, bahwa maksud dari perbuatan keji yang disebut dengan kata (الْفَحْشاء) dalam ayat tersebut adalah segala kekejian yang ada di dalam Al-Qur’an. Entah itu yang berkaitan dengan zina maupun dengan kesyirikan.
Berbeda dengan apa yang dijanjikan oleh setan, Allah justru memberikan ampunan kepada manusia dari dosa setelah ia bertaubat dan akan menganugerahkan kemuliaan serta rezeki yang melimpah.
Kemudian, sebagai penguat argumentasi, Al-Baghawi juga menampilkan beberapa hadits yang berkaitan dengan penjelasan yang mempertegas bahwa mengeluarkan harta untuk bersedekah, berinfak, dan berzakat itu tidak bisa menghabiskan harta, hadits itu menganjurkan mengeluarkan harta untuk kebaikan.
Salah satunya adalah hadits yang bersumber dari Asma’. Dalam hadits tersebut, Rasulullah saw menganjurkan Asma’ untuk berinfak dan tidak memperhitungkan sebanyak apa yang ia keluarkan.
Tafsir Marah Labid
Tidak jauh berbeda, Syekh Nawawi al-Bantani dalam kitabnya, Marah Labid li Kasyf Ma’na al-Qur’an al-Majid (Beirut, Darul Kutub al-‘Ilmiyah, 1996/I:99) menjelaskan lebih rinci bahwa dalam ayat tersebut, Iblis sebagai bagian dari golongan setan akan senantiasa menakut-nakuti manusia dengan kemiskinan ketika mereka akan bersedekah.
Syekh Nawawi memberikan gambaran ungkapan Iblis ketika membisikkan hati manusia agar takut miskin. Jadi seakan-akan Iblis itu berbisik, “Simpan saja harta kalian itu. Sungguh, jika kalian kalian bersedekah maka kalian akan jatuh miskin.”
Namun, selain menafsirkan lafaz “Syaithan” dalam ayat tersebut sebagai Iblis, Syekh Nawawi juga mengartikan lafaz “Syaithan” sebagai “An-Nafsu al-Ammarah”, yakni hawa nafsu dalam diri manusia yang cenderung menggiring ke perbuatan buruk. Dalam konteks ayat ini, membisikkan manusia supaya takut miskin.
Setelah menakuti-nakuti manusia akan kemiskinan, setan juga akan memerintahkan kepada manusia untuk berbuat keji, seperti berlaku pelit dan supaya tidak mau mengeluarkan zakat serta sedekah.
Kebalikannya, dalam ayat tersebut jika setan menggoda manusia agar takut miskin sebab mengeluarkan harta di jalan Allah, Syekh Nawawi menjelaskan bahwa dalam lanjutan ayat ini, justru Allah swt akan memberikan ampunan bagi siapa saja yang berinfak. Selain itu, Allah juga akan memberikan kemuliaan kepada mereka, yakni dengan memberikan pengganti yang lebih banyak dari harta yang telah dikeluarkan di dunia atau berupa pahala untuk akhirat.
Menegaskan hal ini, Allah swt memberikan penjelasan bahwa Dia itu Maha Luas, yakni ampunan-Nya dan Maha Mengetahui akan niat-niat hamba-Nya ketika bersedekah atau mengeluarkan harta di jalan-Nya.
Tafsir Ibnu Katsir
Imam Ibnu Katsir dalam kitabnya, Tafsir al-Qur’an al-Adhim jilid I (Beirut, Darul Kutub al-‘Ilmiyah, 1998/I:538) membuka penjelasannya mengenai ayat tersebut dengan mengutip sebuah hadits yang bersumber dari Ibnu Mas’ud,
إن لِلشَّيْطَانِ لَلَمَّةً بِابْنِ آدَمَ وَلِلْمَلَكِ لَمَّةً ، فَأَمَّا لَمَّةُ الشَّيْطَانِ فَإِيعَادٌ بِالشَّرِّ وَتَكْذِيبٌ بِالْحَقِّ، وَأَمَّا لمة الملك فإيعاد بالخير والتصديق بِالْحَقِّ، فَمَنْ وَجَدَ ذَلِكَ فَلْيَعْلَمْ أَنَّهُ مِنَ اللَّهِ، فَلْيَحْمَدِ اللَّهَ، وَمَنْ وَجَدَ الْأُخْرَى فَلْيَتَعَوَّذْ مِنَ الشَّيْطَانِ
Artinya: “Sesungguhnya setan itu punya bisikan bagi anak Adam (manusia), begitupun malaikat memiliki bisikan juga. Adapun bisikan setan itu berupa menakut-nakuti dengan kejelekan dan mendustakan kebenaran, sedangkan bisikan malaikat menjanjikan kebaikan dan membenarkan sesuatu yang benar.”
Siapa saja yang mendapati bisikan malaikat, ketahuilah bahwa itu dari Allah, maka hendaklah orang tersebut memuji-Nya. Namun siapa saja yang mendapati hal yang lain, maka hendaklah orang tersebut berlindung kepada Allah.
Mengacu pada hadits tersebut, Ibnu Katsir ingin menampilkan bahwasanya setan itu memiliki andil dalam perbuatan buruk yang dilakukan oleh manusia. Berdasarkan kutipan hadits yang ia sampaikan juga memberikan pemahaman akan kewaspadaan terhadap godaan setan dengan senantiasa ta’awwudz, yakni berlindung kepada Allah.
Setelah itu, masuk ke pembahasan inti, Ibnu Katsir menjelaskan bahwa QS. Al-Baqarah ayat 268 tersebut memiliki makna bahwa, setan itu menakut-nakuti kemiskinan kepada manusia supaya mereka menyimpan harta dan tidak menginfakkannya ke jalan yang diridhai oleh Allah.
Bersamaan dengan hal tersebut, setan juga memerintahkan dan menggiring manusia untuk berbuat maksiat, mengerjakan sesuatu yang keji dan menyelisihi perintah Allah. Berbeda dengan setan, Allah justru memberikan ampunan kepada hamba-Nya yang berdosa dan memberikan kedudukan yang tinggi. Selain itu, Allah dalam ayat tersebut menegaskan bahwa diri-Nya memiliki keluasan dan kemahatahuan.
Sebagai penutup, dari tiga tafsir ulama tentang QS. Al-Baqarah ayat 268 yang telah dipaparkan di atas dapat kita tarik kesimpulan, bahwa kecemasan akan kemiskinan ketika hendak mengeluarkan harta di jalan Allah, baik itu berinfak, bersedekah atau berzakat, semata-mata merupakan godaan setan yang harus kita tepis dan tinggalkan. Wallahua’lam.
Muhaimin Yasin, Alumnus Pondok Pesantren Ishlahul Muslimin Lombok Barat dan Pegiat Kajian Keislaman
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Isra Mi’raj, Momen yang Tepat Mengenalkan Shalat Kepada Anak
2
Khutbah Jumat: Kejujuran, Kunci Keselamatan Dunia dan Akhirat
3
Khutbah Jumat: Rasulullah sebagai Teladan dalam Pendidikan
4
Khutbah Jumat: Pentingnya Berpikir Logis dalam Islam
5
Gus Baha Akan Hadiri Peringatan Isra Miraj di Masjid Istiqlal Jakarta pada 27 Januari 2025
6
Khutbah Jumat: Peringatan Al-Qur'an, Cemas Jika Tidak Wujudkan Generasi Emas
Terkini
Lihat Semua