Tafsir

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 159-162: Saat Yahudi Sembunyikan Informasi Kenabian Muhammad dalam Taurat

Jum, 30 Desember 2022 | 05:00 WIB

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 159-162: Saat Yahudi Sembunyikan Informasi Kenabian Muhammad dalam Taurat

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 159-162: Saat Yahudi sembunyikan informasi kenabian Muhammad dalam Taurat

اِنَّ الَّذِيْنَ يَكْتُمُوْنَ مَآ اَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنٰتِ وَالْهُدٰى مِنْۢ بَعْدِ مَا بَيَّنّٰهُ لِلنَّاسِ فِى الْكِتٰبِۙ اُولٰۤىِٕكَ يَلْعَنُهُمُ اللّٰهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللّٰعِنُوْنَۙ (159) اِلَّا الَّذِيْنَ تَابُوْا وَاَصْلَحُوْا وَبَيَّنُوْا فَاُولٰۤىِٕكَ اَتُوْبُ عَلَيْهِمْۚ وَاَنَا التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ (160) اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَمَاتُوْا وَهُمْ كُفَّارٌ اُولٰۤىِٕكَ عَلَيْهِمْ لَعْنَةُ اللّٰهِ وَالْمَلٰۤىِٕكَةِ وَالنَّاسِ اَجْمَعِيْنَۙ (161) خٰلِدِيْنَ فِيْهَاۚ لَا يُخَفَّفُ عَنْهُمُ الْعَذَابُ وَلَا هُمْ يُنْظَرُوْنَ (162)


(159) Innalladzîna yaktumûna mâ anzalnâ minal bayyinâti wal hudâ mim ba‘di mâ bayyannâhu lin nâsi fil kitâbi ulâ'ika yal‘anuhumullâhu wa yal‘anuhumul lâ‘inûn, (160) illalladzîna tâbû wa ashlaḫû wa bayyanû fa ulâ'ika atûbu ‘alaihim, wa anat tawwâbur raḫîm. (161) Innalladzîna kafarû wa mâtû wa hum kuffârun ulâ'ika ‘alaihim la‘natullâhi wal malâ'ikati wan nâsi ajma‘în, (162) khâlidîna fîhâ, lâ yukhaffafu ‘an humul ‘adzâbu wa lâ hum yundharûn.


Artinya: “(159) Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan dan petunjuk, setelah Kami jelaskan kepada manusia dalam Kitab (Al-Qur’an), mereka itulah yang dilaknat Allah dan dilaknat (pula) oleh mereka yang melaknat; (160) kecuali orang-orang yang telah bertobat, mengadakan perbaikan, dan menjelaskan(-nya). Mereka itulah yang Aku terima tobatnya. Akulah Yang Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang. (161) Sesungguhnya orang-orang yang kufur dan mati dalam keadaan kafir, mereka itu mendapat laknat Allah, para malaikat, dan manusia seluruhnya. (162) Mereka kekal di dalamnya (laknat). Tidak akan diringankan azab dari mereka, dan mereka tidak diberi penangguhan.


Sabab Nuzul Surat Al-Baqarah Ayat 159-162

Abu Hayyan (wafat 1344 M) menyebutkan riwayat sababun nuzul surat Al-Baqarah ayat 159. Berikut riwayat lengkapnya:


اِنَّ الَّذِيْنَ يَكْتُمُوْنَ مَآ اَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنٰتِ وَالْهُدٰى: الآية نزلت فى أهل الكتاب وكتمانهم آية الرجم وأمر النبي (ص). وذكر ابن عباس: أن معاذا سأل اليهود عما فى التوراة من ذكر النبي (ص) فكتموه إياه فأنزل الله هذه الآية


Artinya, “Innalladzîna yaktumûna mâ anzalnâ minal-bayyinâti wal hudâ. Ayat tersebut turun diperuntukkan kepada ahli kitab yang menyembunyikan ayat rajam dan sifat Nabi Muhammad Saw. Ibnu Abbas menuturkan bahwa Mu'adz pernah bertanya kepada orang Yahudi terkait penyebutan Nabi Muhammad Saw dalam kitab Taurat, kemudian mereka menyembunyikannya, lalu Allah menurunkan ayat ini.” (Abu Hayyan, Al-Bahrul Muhith fit Tafsir, [Beirut, Darul Fikr: 1431 H/2010 M], juz II, halaman 68).

 
Ragam Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 159-162

Syekh Nawawi Banten (wafat 1316 H) menjelaskan, kata “al-bayyinat” pada ayat “innalladzîna yaktumûna mâ anzalnâ minal-bayyinâti wal-hudâ”, memiliki makna semua yang diturunkan Allah kepada para Nabi-Nya. Adapun makna kata “al-huda” ialah petunjuk kewajiban beriman dan mengikuti Nabi Muhammad Saw, baik petunjuk dalil 'aqli (logika) maupun naqli (riwayat)”. 


Setelahnya, “mim ba‘di mâ bayyannâhu lin nâsi fil kitâbi”. Syekh Nawawi menafsiri kata “an-nas” dengan Bani Israil; dan kata “al-kitab” dengan makna kitab Taurat. Ayat“ulâ'ika yal‘anuhumullâhu wa yal‘anuhumul-lâ‘inûn”, maksud laknat di situ ialah dijauhkan dari rahmat Allah, dilaknat oleh orang-orang mukmin dan​​​​​​ para malaikat, sebagaimana penjelasan Qatadah dan Ar-Rabi’ dari Ibnu Jarir.


Ayat “illalladzîna tâbû wa ashlaḫû wa bayyanû” maksudnya ialah kecuali mereka dari kalangan ahli kitab yang bertobat dengan menyesali apa yang telah mereka perbuat, berbuat baik dengan  bertekat bulat tidak akan mengulangi keburukannya lagi, serta menampakkan apa yang sebelumnya mereka sembunyikan. Ayat “fa ulâ'ika atûbu ‘alaihim, wa anat-tawwâbur-raḫîm”, memiliki makna, mereka akan diterima tobatnya oleh Allah yang Maha Menerima tobat serta Maha Welas Asih.

 


Ayat setelahnya, “innalladzîna kafarû wa mâtû wa hum kuffârun ulâ'ika ‘alaihim la‘natullâhi wal-malâ'ikati wan-nâsi ajma‘în”. Menurut Syekh Nawawi, maksud “alladzîna kafarû wa mâtû wa hum kuffârun” ialah orang-orang yang kufur dengan menyembunyikan kebenaran atau lainnya, kemudian mereka mati dalam keadaan demikian. Mereka adalah orang yang dilaknat oleh Allah, Malaikat, dan seluruh umat manusia. “Khâlidîna fîhâ, lâ yukhaffafu ‘an humul ‘adzâbu wa lâ hum yundharûn”, mereka kekal dalam laknat itu, tidak ada keringanan dan kepedulian bagi mereka. (Muhammad Nawawi Al-Jawi, At-Tafsirul Munir li Ma’alimit Tanzil, juz I, halaman 37).

 


Imam Fakhruddin Ar-Razi (wafat 1210 M) dalam tafsirnya menjelaskan, ayat di atas menunjukkan bahwa segala ilmu yang berhubungan dengan agama dan dibutuhkan oleh mukallaf tidak diperkenankan untuk disembunyikan, dan sangat besar dosanya. (Fakhruddin Ar-Razi, Mafatihul Ghaib, [Beirut, Darul Fikr: 1401 H/1981 M], juz IV, halaman 180).



Abu Hayyan menjelaskan dalam tafsirnya, maksud dari ilmu pada ayat tersebut ialah pengetahuan syariat, bukan pengetahuan lainnya. 


وذكروا فى هذه الآية من الأحكام جملة. منها أن كتمان العلم حرام. يعنون علم الشريعة لقوله: ما أنزلنا من البينات وبشرط أن يكون المعلم لا يخشى على نفسه وأن يكون متعينا لذلك. فإن لم يكن من أمور الشرائع فلا تحرج فى كتمها


Artinya: “Para ulama menyebutkan beberapa hukum yang berkaitan dengan ayat ini. Di antaranya ialah menyembunyikan ilmu itu dihukumi haram jika yang disembunyikan ialah ilmu syariat sebagaimana firman Allah: “Apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan”, dan dengan syarat guru tidak khawatir pada dirinya sendiri (ketika menyampaikanya) dan hanya dia yang dapat menyampaikannya. Jika bukan bagian dari ilmu syariat maka tidaklah mengapa untuk tidak disampaikan”. (Abu Hayyan, Al-Bahrul Muhith fit Tafsir [Beirut, Darul Fikr: 1431 H/2010 M], juz II, halaman 71).

 


Kesimpulan​​​​​​​nya surat Al-Baqarah ayat 159-162 menunjukkan, meski Allah mengancam dengan ancaman yang sangat keras terhadap ahli kitab yang menyembunyikan kebenaran, namun Allah tetap memberi janji akan menerima tobat bagi mereka yang sungguh-sungguh bertobat dan berbuat baik setelahnya. Hal ini menunjukkan rahmat Allah yang sangat luas terhadap hamba-Nya.  

 


Ustadz Alwi Jamalulel Ubab, Alumni Pesantren KHAS Kempek Cirebon dan Mahasantri Ma'had Aly Saidussidiqiyah Jakarta.