Tafsir

Tafsir Surat Al-Fil Ayat 3: Mengenal Lebih Dekat Burung Ababil

Jum, 4 Agustus 2023 | 05:00 WIB

Tafsir Surat Al-Fil Ayat 3: Mengenal Lebih Dekat Burung Ababil

Ilustrasi: Tafsir Al-Qurtubi

Berikut ini adalah teks, terjemahan, kutipan sejumlah tafsir ulama atas surat Al-Fil Ayat 3. 
 

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
 

وَّاَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا اَبَابِيْلَۙ
 

Wa arsala 'alaihim tairan abābil(a).
 

Artinya: "Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong.
 

Secara garis besar ayat di atas berbicara bagaimana Allah swt berbuat kepada kelompok tentara bergajah di bawah pimpinan Abrahah yang hendak menghancurkan Kakbah. Terkait dengan bagaimana maksud ayat tersebut? Seperti apa dan bagaimana burung Ababil itu? Berikut penjelasannya.
 

Al-Imam Al-Qurthubi (wafat 671 H) dalam tafsirnya menjelaskan terkait burung yang dimaksud dalam ayat dengan menyebutkan banyak riwayat di antaranya sebagai berikut:
 

"Sa'id bin Jubair meriwayatkan, bahwa burung-burung yang diutus oleh Allah untuk membinasahkan tentara bergajah, tidak seorang pun pernah melihat yang sepertinya dan tidak seorangpun yang akan dapat melihat yang sepertinya."
 

Juwaibir meriwayatkan dari Adh-Dhahhak, deri ibnu Abbas, ia berkata: "Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda: Burung-burung itu menetas dan bersarang di sebuah tempat antara langit dan bumi."
 

Sebuah riwayat dari ibnu Abbas menyebutkan: "Burung-burung tersebut memiliki paruh seperti kebanyakan burung lainnya, namun telapak kakinya lebih mirip dengan telapak anjing." (Syamsudin Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, [Mesir, Darul Kutub al-Mishriyah: 1384 H/1964 M], juz XX, halaman 196).
 

Penjelasan Al-Qurthubi di atas dan banyak riwayat lain yang tertulis dalam kitab-kitab tafsir. Sependek penelusuran Penulis tidak ada yang menjelaskan secara pasti tentang apa jenis burung yang dimaksud dalam ayat. Hal ini terlihat jelas dengan banyaknya riwayat yang berbeda-beda dalam menjelaskan jenis dan spesifikasinya.
 

Sementara itu Ibu Asyur (wafat 1393 H) dalam tafsirnya menjelaskan:
 

وَالطَّيْرُ: اسْمٌ جَمْعُ طَائِرٍ، وَهُوَ الْحَيَوَانُ الَّذِي يرْتَفع فِي الجو بِعَمَلِ جَنَاحَيْهِ. وَتَنْكِيرُهُ لِلنَّوْعِيَّةِ لِأَنَّهُ نَوْعٌ لَمْ يَكُنْ مَعْرُوفًا عِنْدَ الْعَرَبِ. وَقَدِ اخْتَلَفَ الْقَصَّاصُونَ فِي صِفَتِهِ اخْتِلَافًا خَيَالِيًّا. وَالصَّحِيحُ مَا رُوِيَ عَنْ عَائِشَةَ: أَنَّهَا أَشْبَهُ شَيْءٍ بِالْخَطَاطِيفِ، وَعَنْ غَيْرِهَا أَنَّهَا تُشْبِهُ الْوَطْوَاطَ
 

Artinya: " At-Thair adalah jamaknya tĥa`ir yakni hewan yang terbang di udara dengan kedua sayapnya. Adapun nakirahnya kata 'tĥa`ir' untuk menunjukkan macamnya, karena burung tersebut merupakan jenis burung yang tidak dikenal oleh orang Arab. Para ulama penulis kisah berbeda tentang sifatnya burung dengan perbedaan yang bersifat imajinasi. Adapun yang shahih adalah hadits yang diriwayatkan dari Aisyah: "Bahwa burung-burung itu mirip dengan burung-burung laut (khatatif)." Diriwayatkan dari selainnya: " Bahwa burung itu lebih mirip dengan kelelawar." (Muhammad At-Thahir Asyur, At-Tahrir wat Tanwir, [Tunis, Dar-At-Tunisia: 1984 M], jus XXX halaman 549).
 

Sekalipun keterangan Ibnu Asyur di atas telah menjelaskan kata 'tĥa`ir' dari segi bahasa dan mempersempit perbedaan riwayat, hemat penulis belum mampu memberikan gambaran secara konkrit jenis dan spesifikasi burung yang di maksud ayat. 
 

Kemudian terkait makna 'Ababil' dalam ayat, Imam Al-Baidhawi (wafat 685 H) menjelaskan:
 

جماعات جمع إبالة وهي الحزمة الكبيرة، شبهت بها الجماعة من الطير في تضامها
 

Artinya: " Ababil adalah kelompok yang merupakan jamaknya lafadz 'ibalah' yang bermakna gerombolan atau kelompok besar. Ababil diserupakan dengan jama'ah burung dalam hal bergabungnya menjadi satu." (Nasiruddin As-Syairazi Al-Baidhawi, Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta'wil, [Beirut, Darul Ihya': 1418 H], juz V, halaman 339).
 

Syekh Wahbab Az-Zuhaili (wafat 2015 M) menjelaskan ayat tersebut sebagai berikut:
 

"Allah mengutus kepada mereka sekelompok burung hitam. Burung-burung tersebut datang dari arah laut dengan bergelombang. Setiap burung membawa tiga kerikil; dua kerikil di kedua kakinya dan satu kerikil di paruhnya." (Wahbah bin Musthafa Az-Zuhaili, At-Tafsirul Munir, [Damaskus, Darul Fikr: 1418 H], juz XXX, halaman 408).
 

Walhasil, burung yang di maksud dalam ayat adalah burung yang saat itu orang Arab sendiri tidak pernah mengenal sebelumnya, sehingga patut jika dalam riwayat-riwayat tidak digambarkan secara konkrit tentang jenis burung apa, asalnya dari mana dan spesifikasinya bagaimana.
 

Bahkan Ibnu Asyur dalam menanggapi perbedaan pendapat yang ada menyatakan, bahwa hal tersebut hanya bersifat imajinatif (khayali). Ababil bukan nama atau jenis burung tertentu, melainkan sifat dari burung yang datang dengan bergerombol dengan jumlah besar. Wallahu a'lam bisshawab.

 

Ustadz Muhamad Hanif Rahman, Dosen Ma'had Aly Al-Iman Bulus dan Pengurus LBM NU Purworejo