Tafsir

Tafsir surat al-Lail Ayat 1-4: Hikmah Allah Bersumpah dengan Malam dan Siang

Sel, 20 Desember 2022 | 05:00 WIB

Tafsir surat al-Lail Ayat 1-4: Hikmah Allah Bersumpah dengan Malam dan Siang

Hikmah Allah Bersumpah dengan Malam dan Siang

Berikut ini adalah teks, terjemahan dan kutipan sejumlah tafsir ulama atas Surat al-Lail 1-4:


وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَى (1) وَالنَّهَارِ إِذَا تَجَلَّى (2) وَمَا خَلَقَ الذَّكَرَ وَالْأُنْثَى (3) إِنَّ سَعْيَكُمْ لَشَتَّى (4)  

 


(1) Wallaili idzaa yaghsyaa; (2) wannahari idzaa tajalla; (3) wa maa khalaqadz dzakara wal untsaa. (4) Inna sa'yakum la syatta.

 


Artinya, “(1) Demi malam ketika menutupi (cahaya siang); (2) demi siang ketika terang benderang; (3) dan demi penciptaan laki-laki dan perempuan. (4) sesungguhnya usahamu benar-benar beraneka ragam.“”

 


Spesifikasi Surat al-Lail

Surat al-Lail adalah surat ke-92 dari 114 surat Al-Qur’an. Terdiri dari 21 ayat dan termasuk golongan surat Makkiyah. 


Ragam Tafsir Surat al-Lail Ayat 1-4 

Seperti kebanyakan nama surat dalam Al-Qur’an, nama al-Lail diambil dari ayat pertama surat ini, di mana Allah bersumpah dengan waktu malam pada ayat pertama, dan demi waktu siang pada ayat kedua.  Kemudian diikuti ayat sumpah atas penciptaan laki-laki dan perempuan untuk dan diiringi dengan “jawab qasam” atau jawab sumpah berupa penegasan bahwa setiap orang memiliki amal masing-masing.

 
Syekh Muhammad Ali as-Shabuni dalam kitabnya Shafwatut Tafasir terkait tiga ayat pertama menjelaskan bahwa hikmah Allah bersumpah dengan pergantian malam dan siang itu tidak terhitung. Salah satunya dapat dilihat dari bagaimana Allah mengatur peralihan waktu yang digunakan untuk istirahat dan yang digunakan untuk mencari penghidupan. (Muhammad Ali as-Shabuni, Shafwatut Tafasir, [Beirut: Darul Qur’anil Karim: 1981], juz III, halaman 569).

 


Terkait sumpah tersebut Imam Fakhruddin ar-Razi dalam Mafatihul Ghaib menjelaskan:


اعْلَمْ أَنَّهُ تَعَالَى أَقْسَمَ بِاللَّيْلِ، الَّذِيْ يَأْوِيْ فِيْهِ كُلُّ حَيَوَانٍ إِلَى مَأْوَاهُ وَيَسْكُنُ الْخَلْقُ عَنِ الْإِضْطِرَابِ وَيَغْشَاهُمُ النَّوْمُ الَّذِي جَعَلَهُ اللهُ رَاحَةً لِأَبْدَانِهِمْ وَغِذَاءً لِأَرْوَاحِهِمْ. ثُمَّ أَقْسَمَ بِالنَّهَارِ إِذَا تَجَلَّى، لِأَنَّ النَّهَارَ إِذَا جَاءَ انْكَشَفَ بِضَوْئِهِ مَا كَانَ فِي الدُّنْيَا مِنَ الظِّلَّةِ، وَجَاءَ الْوَقْتُ الَّذِي يَتَحَرَّكُ فِيْهِ النَّاسُ لِمَعَاشِهِمْ وَتَتَحَرَّكُ الطَّيْرُ مِنْ أَوْكَارِهَا وَالْهَوَامُ مِنْ مَكَانِهَا. فَلَوْ كَانَ الْدَّهْرُ كُلُّهُ لَيْلًا لَتَعَذَّرَ الْمَعَاشُ، وَلَوْ كَانَ كُلُّهُ نَهَارًا لَبَطَلَتِ الرَّاحَةُ. لَكِنِ الْمَصْلَحَةُ كَانَتْ فِي تَعَاقُبِهَا عَلَى مَا قَالَ سبحانه: وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ خِلْفَةً (الفرقان: 62) وَسَخَّرَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ (النحل: 12)

 


Artinya, “Ketahuilah bahwa Allah bersumpah dengan malam yang menjadi waktu setiap makhluk kembali ke rumahnya masing-masing dan tenang dari gejolak (masalah) yang ada. Kemudian mereka lelap tertidur yang dijadikan oleh Allah sebagai waktu istirahat bagi badan dan energi bagi ruh mereka.


Setelahnya Allah bersumpah dengan siang ketika tampak (jelas). Karena ketika waktu siang datang dengan sinarnya, semua bayang-bayang yang ada di dunia lenyap dan datanglah waktu di mana manusia bergerak untuk mencari  penghidupan mereka, burung bergerak dari sangkar mereka dan hewan-hewan lain bergerak dari tempat mereka.

 
Karena apabila seluruh waktu ialah malam hari maka manusia akan kesulitan mencari nafkah dan jika semuanya siang hari maka tidak akan ada waktu istirahat. Melainkan karena maslahat itu ada pada pergantian keduanya, sesuai dengan firman Allah: “Dan Dia pula (Allah) yang menjadikan malam dan siang silih berganti” (QS Al-Furqan: 62), dan firman Allah: “Dan Ia menundukkan untuk kalian malam dan siang” (QS Ibrahim).” 

 


Kemudian Allah bersumpah atas penciptaan laki-laki dan perempuan, lebih lanjut Imam ar-Razi menuturkan, sumpah atas keduanya mencakup sumpah atas seluruh makhluk yang memiliki ruh. Karena semua makhluk yang memiliki ruh, baik manusia maupun yang lainnya, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Karenanya, Allah bersumpah atas penciptaan laki-laki dan perempuan untuk mencakup seluruh makhluknya yang ada di dunia. (Fakhruddin ar-Razi, Mafatihul Ghaib, [Beirut, Darul Fikr: 1981], juz XXXI, halaman 198.

 


Ibnu Katsir dalam tafsirnya, Tafsirul Qur’anil Azhim menyebutkan korelasi tiga ayat pertama yang isinya sumpah Allah atas makhluk-Nya untuk menegaskan perbedaan amal yang dilakukan oleh setiap hamba. 

 


Pada ayat pertama Allah bersumpah dengan malam kemudian diikuti dengan lawannya yaitu siang hari. Disambung dengan penciptaan laki-laki dan perempuan yang tentunya berbeda juga. Hal tersebut dikarenakan setelahnya Allah menyebutkan “muqsam alaih”-nya berupa penegasan perbedaan amal setiap hamba. Ada yang diberi anugerah untuk bisa beramal baik, ada juga yang sebaliknya. Sama seperti perbedaan malam dan siang, serta perbedaan penciptaan laki-laki dan perempuan. Wallahu a’lam. (Ibnu Katsir, Tafsirul Qur’anil Azhim, [Riyadh: Darut Thayyibah: 1999], juz VII, halaman 417).

 


Ustadz Alwi Jamalulel Ubab, Alumni Pesantren KHAS Kempek Cirebon dan Mahasantri Ma'had Aly Saidussidiqiyah Jakarta.