Tafsir Surat Al-Qashash Ayat 73: Siang Bekerja, Malam Beristirahat
Selasa, 27 Agustus 2024 | 12:00 WIB
Zainuddin Lubis
Penulis
Surat Al-Qashash ayat 73 menjelaskan salah satu tanda kebesaran Allah dengan menciptakan malam dan siang secara bergantian. Malam diciptakan sebagai waktu untuk beristirahat, memberikan ketenangan setelah menjalani aktivitas sehari-hari, serta tempat bagi manusia untuk merenung dan mendekatkan diri kepada Allah, Sang Pencipta.
Sementara itu, siang hari dijadikan waktu untuk mencari rezeki dan melaksanakan tugas-tugas duniawi. Peralihan siang dan malam ini adalah bentuk rahmat Allah yang besar, karena tanpa adanya pergantian ini, manusia tidak akan mampu menjalani hidup dengan seimbang.
Tak kalah penting, ayat ini juga mengingatkan manusia akan pentingnya bersyukur atas nikmat waktu yang diberikan oleh Allah. Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali manusia terlena oleh kesibukan sehingga lupa akan hakikat penciptaan waktu. Simak firman Allah SWT dalam surat Al-Qashash ayat 73 berikut;
وَمِنْ رَّحْمَتِهٖ جَعَلَ لَكُمُ الَّيْلَ وَالنَّهَارَ لِتَسْكُنُوْا فِيْهِ وَلِتَبْتَغُوْا مِنْ فَضْلِهٖ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ ٧٣
wa mir raḫmatihî ja‘ala lakumul-laila wan-nahâra litaskunû fîhi wa litabtaghû min fadllihî wa la‘allakum tasykurûn
Artinya, "Berkat rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang agar kamu beristirahat pada malam hari, agar kamu mencari sebagian karunia-Nya (pada siang hari), dan agar kamu bersyukur kepada-Nya."
Tafsir Al-Misbah
Dalam Tafsir Al-Misbah, Prof. Quraish Shihab menjelaskan bahwa ayat 73 dari Surah Al-Qashas mengandung anjuran untuk bekerja di siang hari. Allah menciptakan siang dan malam dengan perbedaan karakteristik yang saling melengkapi. Malam diciptakan dengan kegelapan agar manusia dapat beristirahat setelah seharian bekerja.
Sebaliknya, siang hari diberi cahaya terang agar manusia bisa memanfaatkan waktu tersebut untuk mencari rezeki dan beraktivitas. Hal ini merupakan bagian dari rahmat Allah yang memberikan keseimbangan dalam kehidupan manusia.
Prof. Quraish Shihab juga menguraikan bahwa pergantian siang dan malam merupakan tanda kekuasaan Allah yang luar biasa. Bumi dengan rotasi dan revolusinya menciptakan siklus waktu yang mendukung kehidupan.
Jika rotasi bumi terjadi dalam kurun waktu yang sama dengan revolusinya, yakni sekitar 365 hari, maka separuh bumi akan terus-menerus disinari, sementara separuh lainnya akan terus-menerus berada dalam kegelapan.
Kondisi ini akan membuat satu bagian bumi menjadi terlalu panas dan tidak layak dihuni, sedangkan bagian lainnya akan membeku. Pergantian siang dan malam yang ada saat ini menjaga suhu yang tepat untuk kehidupan.
Dengan sistem yang ada sekarang, pergantian siang dan malam bukan hanya memungkinkan manusia untuk bekerja dan beristirahat, tetapi juga menciptakan iklim yang cocok bagi kehidupan semua makhluk di bumi.
Semua fenomena alam ini, adalah karunia Allah pada manusia. Untuk itu, di akhir ayat, Allah mengingatkan manusia untuk senantiasa bersyukur atas nikmat yang telah diberikan-Nya.
Pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan rasa syukur yang terus-menerus menjadi bentuk ibadah yang harus dilakukan oleh setiap hamba. Ketika manusia menyadari betapa besar nikmat Allah, mereka seharusnya terdorong untuk lebih mendekatkan diri kepada-Nya.
Tak bisa dipungkiri, kesadaran akan peran Allah dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting. Setiap aspek kehidupan, baik yang tampak besar maupun kecil, merupakan manifestasi dari kasih sayang dan perhatian Allah kepada makhluk-Nya.
Tafsirul Munir
Sementara itu, dalam Tafsirul Munir, Wahbah az-Zuhaili menjelaskan bahwa pergantian antara malam dan siang adalah salah satu bentuk rahmat Allah yang diberikan kepada makhluk-Nya.
Malam diciptakan dengan kegelapan yang memberikan ketenangan dan kesempatan untuk beristirahat setelah kelelahan bekerja di siang hari. Malam menjadi waktu untuk melepaskan diri dari keletihan dan mendapatkan ketenangan yang dibutuhkan sebelum kembali menghadapi aktivitas di siang hari.
Di sisi lain, siang hari hadir dengan terang yang memungkinkan manusia untuk melihat dan mengejar hal-hal yang bermanfaat bagi kehidupan mereka. Pada siang hari, manusia dapat bergerak, melakukan perjalanan, dan mencari rezeki dengan mudah dan nyaman.
Segala aktivitas di siang hari menjadi sarana untuk memenuhi kebutuhan hidup yang tidak dapat dilakukan pada malam hari. Dengan demikian, pergantian siang dan malam memberikan kesempatan bagi manusia untuk bekerja dan beristirahat dengan seimbang.
وَهُوَ الَّذِيْ جَعَلَ الَّيْلَ وَالنَّهَارَ خِلْفَةً لِّمَنْ اَرَادَ اَنْ يَّذَّكَّرَ اَوْ اَرَادَ شُكُوْرًا
Artinya; Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau ingin bersyukur.
Seykh Wahbah az-Zuhaili menekankan bahwa pergantian malam dan siang ini merupakan salah satu nikmat terbesar dari Allah yang patut disyukuri. Nikmat ini menunjukkan kesempurnaan kekuasaan Allah, dan Dia tidak membutuhkan sekutu dalam menciptakan atau mengatur segala sesuatu.
Firman Allah dalam Surah Al-Furqan ayat 62 menegaskan hal ini, bahwa malam dan siang diciptakan untuk manusia agar mereka dapat mengambil pelajaran dan bersyukur atas karunia yang diberikan kepada mereka.
أي ومن رحمته بكم أيها الخلق تعاقب الليل والنهار وتفاوتهما، فجعل لكم الليل ظلاما للراحة والسكن والاستقراء وهدوء النفس من عناء العمل النهاري، وجعل لكم النهار مضيئا لتبصروا فيه منافعكم، وتحصلون فيه معايشكم، وتتنقلوا فيه بالأسفار من بلد لآخر، ويمتلئ بالحركات والأشغال، بحثا عن موارد الرزق، وقضاء الحاجات بأنس ومتعة لا يتوافران في العمل الليلي
Artinya, "Dan di antara rahmat-Nya bagi kalian, wahai makhluk, adalah pergantian malam dan siang serta perbedaan antara keduanya. Dia menjadikan malam sebagai waktu kegelapan untuk istirahat, ketenangan, dan meredakan jiwa dari kelelahan kerja di siang hari. Dia juga menjadikan siang terang benderang agar kalian bisa melihat manfaat-manfaat kalian, mendapatkan penghidupan, melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, serta dipenuhi dengan aktivitas dan pekerjaan untuk mencari rezeki dan memenuhi kebutuhan, dengan kenyamanan dan kenikmatan yang tidak bisa diperoleh dalam pekerjaan di malam hari." (Tafsirul Munir, Jilid XX, [Beirut: Darul Fikr, 1991 M], halaman 154).
Tafsir Thabari
Imam Thabari dalam Tafsir Jami'ul Bayan menjelaskan tafsir surat Al-Qasas ayat 73 ini dengan rinci. Firman Allah (وَمِنْ رَّحْمَتِهٖ), maksudnya adalah salah satu di antara Rahmat Allah yang dianugerahkan kepada manusia. (جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ), Allah menciptakan malam dan siang yang berbeda satu sama lain. Malam dijadikan gelap agar manusia dapat beristirahat, merasa tenang, dan menetap setelah seharian beraktivitas untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Lebih lanjut, Imam Thabari (وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ) menjelaskan bahwa tujuan dari perbedaan antara siang dan malam ini adalah agar manusia bersyukur kepada Allah atas nikmat tersebut. Allah memberikan kita waktu untuk beristirahat dan merasa tenang agar kita bisa menyadari betapa baiknya Dia kepada kita.
Kita harus bersyukur hanya kepada Allah, karena hanya Dialah yang memberikan semua kebaikan ini. Sebagai seorang yang beriman, seyogianya tidak boleh menyembah selain Allah. Beliau mengatakan:
(وَمِنْ رَحْمَتِهِ) بكم أيها الناس (جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ) فخالف بينهما، فجعل هذا الليل ظلاما (لِتَسْكُنُوا فِيهِ) وتهدءوا وتستقرّوا لراحة أبدانكم فيه من تعب التصرّف الذي تتصرّفون نهارا لمعايشكم. (وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ) يقول تعالى ذكره: ولتشكروه على إنعامه عليكم بذلك، فعل ذلك بكم لتفردوه بالشكر، وتخلصوا له الحمد، لأنه لم يشركه في إنعامه عليكم بذلك شريك، فلذلك ينبغي أن لا يكون له شريك في الحمد عليه.
Artinya, "[Dan di antara rahmat-Nya] kepada kalian, wahai manusia, [Dia telah menjadikan malam dan siang bagi kalian]. Allah membuat perbedaan di antara keduanya, sehingga menjadikan malam itu gelap [agar kalian bisa beristirahat pada malam hari], tenang, dan menetap untuk memberi istirahat pada tubuh kalian dari kelelahan yang kalian alami di siang hari saat mengurus kebutuhan hidup kalian. [Dan agar kalian bersyukur.] Allah berfirman: agar kalian bersyukur kepada-Nya atas nikmat-Nya tersebut kepada kalian. Dia melakukan itu agar kalian mengkhususkan syukur kepada-Nya dan memurnikan pujian kepada-Nya, karena tidak ada sekutu bagi-Nya dalam pemberian nikmat itu kepada kalian. Oleh karena itu, seharusnya tidak ada sekutu bagi-Nya dalam pujian atas nikmat tersebut." (Tafsir Thabari, Jilid XIX, [Makkah: Darul Tarbiyah wat Turats, t.t.], halaman 513).
Dengan demikian, secara keseluruhan, tafsir dari ayat ini mengajarkan bahwa pergantian siang dan malam adalah salah satu rahmat Allah yang besar. Manusia seharusnya menggunakan waktu malam untuk beristirahat dan siang untuk bekerja, serta senantiasa bersyukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah.
Ustadz Zainuddin Lubis, Pegiat kajian Islam Tinggal di Parung
Terpopuler
1
Khutbah Idul Fitri 1446 H: Kembali Suci dengan Ampunan Ilahi dan Silaturahmi
2
Niat Zakat Fitrah untuk Diri Sendiri, Istri, Anak, Keluarga, hingga Orang Lain, Dilengkapi Latin dan Terjemah
3
Habis RUU TNI Terbitlah RUU Polri, Gerakan Rakyat Diprediksi akan Makin Masif
4
Kultum Ramadhan: Mari Perbanyak Istighfar dan Memohon Ampun
5
Fatwa Larangan Buku Ahmet T. Kuru di Malaysia, Bukti Nyata Otoritarianisme Ulama-Negara?
6
Gus Dur Berhasil Perkuat Supremasi Sipil, Kini TNI/Polri Bebas di Ranah Sipil
Terkini
Lihat Semua