Tafsir

Tafsir Surat Al-Quraisy Ayat 3-4: Keamanan dan Ekonomi adalah Kunci Kesejahteran Hidup

Kam, 26 Oktober 2023 | 05:00 WIB

Tafsir Surat Al-Quraisy Ayat 3-4: Keamanan dan Ekonomi adalah Kunci Kesejahteran Hidup

Ilustrasi: ekonomi - fintech (freepik)

Allah swt berfirman:
 

فَلْيَعْبُدُوْا رَبَّ هٰذَا الْبَيْتِۙ (٣) الَّذِيْٓ اَطْعَمَهُمْ مِّنْ جُوْعٍ ەۙ وَّاٰمَنَهُمْ مِّنْ خَوْفٍ (٤)

 

(3) Falya'budu rabba hażal-bait(i). (4) Allazi at'amahum min jū'(in), wa amanahum min khauf(in).


Artinya, "(3) Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan (pemilik) rumah ini (Ka‘bah). (4) Yang telah memberi mereka makanan untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari rasa takut."


Pada ayat sebelumnya Allah menyebutkan kenikmatan yang diberikan kepada suku Quraisy penduduk Makkah berupa privilege jaminan keamanan dan penghormatan yang mereka peroleh saat perjalanan niaga. Karena keuntungan material yang mereka raih itu bersumber dari Allah, maka ayat-ayat di atas memerintahkan mereka untuk menyembah Allah yang telah memungkinkan mereka meraih kedua keuntungan tersebut sekaligus sebagai wujud syukur kepada-Nya.

Imam Fahruddin Ar-Razi (wafat 606 H) dalam tafsirnya mengomentari ayat di atas sebagai berikut:
 

اعْلَمْ أَنَّ الْإِنْعَامَ عَلَى قِسْمَيْنِ أَحَدُهُمَا: دَفْعُ الضَّرَرِ وَالثَّانِي: جَلْبُ النَّفْعِ وَالْأَوَّلُ أَهَمُّ وَأَقْدَمُ، وَلِذَلِكَ قَالُوا: دَفْعُ الضَّرَرِ عَنِ النَّفْسِ وَاجِبٌ أَمَّا جَلْبُ النَّفْعِ [فَإِنَّهُ] غَيْرُ وَاجِبٍ، فَلِهَذَا السَّبَبِ بَيَّنَ تَعَالَى نِعْمَةَ دَفْعِ الضَّرَرِ فِي سُورَةِ الْفِيلِ وَنِعْمَةَ جَلْبِ النَّفْعِ فِي هَذِهِ السُّورَةِ، وَلَمَّا تَقَرَّرَ أَنَّ الْإِنْعَامَ لَا بُدَّ وَأَنْ يُقَابَلَ بِالشُّكْرِ وَالْعُبُودِيَّةِ، لَا جَرَمَ أَتْبَعَ ذِكْرَ النِّعْمَةِ بِطَلَبِ العبودية فقال: لْيَعْبُدُوا
 

Artinya, "Ketahuilah bahwasanya kenikmatan itu ada dua jenis; menolak bahaya dan memberi manfaat. Nikmat yang pertama lebih penting. Oleh karena itu para ulama berkata, "Mencegah diri dari bahaya hukumnya wajib. Adapun mendapat kemanfaatan hukumnya tidak wajib. Oleh karena itu, Allah menjelaskan nikmat menolak bahaya di dalam surah al-Fiil, dan nikmat mendapat manfaat di dalam surah ini. Melihat dua nikmat yang besar ini, Allah memerintahkan mereka beribadah kepada-Nya maka Allah berfirman: "Maka hendaklah mereka menyembah Allah". (Fahruddin Ar-Razi, Tafsir Mafatihul Ghaib, [Beirut, Darul Ihya’: 1420 H], juz XXXII, halaman 298).
 

Al-Maraghi (wafat 1946 M) menjelaskan, hendaklah mereka menyembah Tuhan pemilik Kakbah, yakni Dzat yang menjaga Kakbah dari tentara bergajah dari Habasyah dan lainya dan yang mengokohkan kedududukan Kakbah dalam jiwa-jiwa manusia serta Dialah satu-satunya yang berhak untuk mereka agungkan dan muliakan.


Kemudian Allah menyifati pemilik Kakbah dengan firmannya: "Yang telah memberi mereka makanan untuk menghilangkan lapar". Maksudnya sesungguhnya Dialah yang melapangkan dan melancarkan rezeki bagi mereka. Jika tidak demikian, tentu mereka berada dalam kesempitan dan kesengsaraan. 
 

Lanjut Al-Maraghi menjelaskan ayat selanjutnya, "Dan mengamankan mereka dari rasa takut." Yakni, Dia mengamankan jalan yang mereka tempuh dalam rangka mencari rizki, serta menjadikan mereka diterima oleh orang-orang yang dijumpai. Dan Dialah yang mencegah dari menerima serangan dan tindakan lalim pada harta dan jiwa mereka.

 

Jika tidak karena Allah, tentu mereka selalu berada dalam ketakutan di setiap tempat singgah yang mengakibatkan hidup dengan penuh kepayahan dan kesengsaraan.” (Lihat: Ahmad bin Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, [Mesir: Matba'ah Musthafa al-Babil Halabi: 1365H/1946M], juz XXX, halaman 246).


Imam Al-Qurthubi (wafat 671 H) saat menjelaskan firman Allah ayat terakhir surat Al-Quraisy menyebutkan riwayat dari Ibnu Abbas bahwa yang demikian itu, rezeki yang luas dan rasa aman sebab berkah doa Nabi Ibrahim as. 


قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: وَذَلِكَ بِدَعْوَةِ إِبْرَاهِيمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ حَيْثُ قَالَ: رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَداً آمِناً وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَراتِ
 

Artinya, "Ibnu Abbas berkata: “Yang demikian itu (nikmat kelapangan rezeki dan rasa aman suku Quraisy penduduk Makkah) sebab doa Nabi Ibrahim ketika ia berdoa: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan". (QS Al-Baqarah: 126). (Syamsudin Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, [Mesir, Darul Kutub al-Mishriyah: 1384 H/1964 M], juz XXX, halaman 209).
 

Ringkasnya, kenikmatan yang telah Allah berikan kepada kaum Quraisy jumlahnya tidak terbatas. Jika mereka tidak menyembah-Nya, sebab seluruh nikmat-nikmat-Nya, hendaknya mereka menyembah-Nya karena kenikmatan yang tampak ini sebagai wujud syukur mereka kepada Allah, yaitu tercapainya kesejahterana hidup dengan jaminan keamanan sehingga tercipta kehidupan yang lebih tenang. Hal ini menjadi sebab utama tetap berlangsungnya aktivitas perekonomian, yakni kebiasaan mereka melakukam perjalanan perniagaan. Jika tidak karena Allah, tentu mereka selalu dalam ketakutan yang mangakibatkan kesengsaraan dan kesempitan hidup. Oleh sebab itu kedua nikmat tersebut wajib disyukuri dengan beribadah kepada Allah. Wallahu a'lam bisshawab.

 

Ustadz Muhamad Hanif Rahman, Khadim Ma'had Aly Al-Iman Bulus dan Pengurus LBM NU Purworejo