Tafsir

Tafsir Surat Qaf Ayat 16: Allah Mengetahui Bisikan Hati Manusia

Selasa, 10 Desember 2024 | 09:00 WIB

Tafsir Surat Qaf Ayat 16: Allah Mengetahui Bisikan Hati Manusia

Ilustrasi bisikan. Sumber: Canva/NU Online

Surat Qaf ayat 16 menggambarkan kedekatan Allah dengan ciptaannya, yaitu manusia. Sebab itu, Allah mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Allah lebih dekat dengan manusia daripada urat lehernya.

 

Kedekatan Allah kepada manusia, sebagaimana disebutkan dalam ayat ini, melampaui kedekatan apapun yang dapat dipahami oleh manusia. Simak firman Allah dalam surat Qaf ayat 16;


وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهٖ نَفْسُهٗۖ وَنَحْنُ اَقْرَبُ اِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيْدِ ۝١٦


wa laqad khalaqnal-insâna wa na‘lamu mâ tuwaswisu bihî nafsuh, wa naḫnu aqrabu ilaihi min ḫablil-warîd

 

Artinya; "Sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh dirinya. Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya."


Profesor Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah Jilid XIII (Ciputat, Penerbit Lentera Hati, 2002: 291) mengatakan kata [تُوَسْوِسُ] tuwaswisu dalam ayat ini merujuk pada bisikan hati manusia. Kata ini umumnya digunakan untuk menggambarkan bisikan negatif, baik yang berasal dari dorongan hawa nafsu manusia maupun dari godaan setan. 


Bisikan-bisikan ini bersifat sangat rahasia, berada di dalam hati manusia, dan sering kali tidak disadari oleh orang lain. Allah, dengan ilmu-Nya yang meliputi segalanya, mengetahui setiap bisikan hati manusia tanpa ada satu pun yang terlewatkan, sebagaimana yang digambarkan melalui penggunaan bentuk kata kerja dalam ayat ini yang mencakup masa kini dan masa yang akan datang.


Sementara itu, kata al-warid [وَرِيْدِ] dalam ayat ini sering dipahami sebagai urat leher yang sangat dekat dengan manusia. Namun, pemahaman mengenai istilah ini bervariasi di antara para ulama. Ibnu ‘Asyur misalnya, menafsirkannya sebagai pembuluh darah di jantung manusia, yang menjadi pusat kehidupan tubuh. 


Penjelasan Profesor Quraish Shihab, dalam tafsir ini menggambarkan bahwa urat atau pembuluh darah tersebut sangat dekat dan melekat pada diri manusia. Namun, meskipun kedekatan tersebut nyata, manusia tidak merasakan keberadaannya secara langsung. Hal ini menjadi analogi untuk menggambarkan kedekatan Allah yang tidak dirasakan manusia meskipun Dia selalu hadir dan mengetahui segala sesuatu.


Kedekatan Allah yang digambarkan dalam ayat ini menegaskan sifat-Nya yang Maha Mengetahui dan Maha Dekat. Manusia mungkin tidak selalu menyadari kehadiran Allah, sebagaimana mereka tidak menyadari kehadiran urat atau pembuluh darah yang mengalirkan kehidupan di tubuh mereka. 


Namun, Allah melalui pengetahuan senantiasa hadir, mengetahui, dan memahami apa yang ada dalam hati manusia. Kehadiran Allah yang begitu dekat ini mengingatkan manusia akan tanggung jawab mereka untuk menjaga bisikan hati mereka agar tetap berada dalam kebaikan (hlm. 291).


Imam Al-Qurthubi dalam kitab tafsirnya, Jami' Li Ahkam Al-Qur'an, dalam ayat ini Allah mengetahui segala sesuatu terlintas dalam hati, pikiran, dan nurani seseorang. Pun, Allah mengetahui segala sesuatu yang tersembunyi, termasuk bisikan hati manusia. 


Seorang penyair bernama Al-A’sya, menggambarkan bisikan hati, sebagai bunyi pelan perhiasan saat bergerak, atau layaknya hembusan angin yang mendesir lembut. Syair ini digunakan untuk memperjelas bagaimana halusnya bisikan yang terjadi dalam hati manusia. Kendati halus, Allah Mengetahui segala sesuatu yang terbersit di dalamnya. 


Sebagian ulama berpendapat bahwa kata "manusia" dalam ayat tersebut merujuk kepada Nabi Adam. Sementera itu, bisikan hati (waswas) yang dimaksud adalah keinginan Adam untuk memakan buah dari pohon yang dilarang. Meski demikian, hukum ini berlaku secara umum untuk semua keturunan Nabi Adam. Artinya, setiap manusia harus mewaspadai bisikan hatinya yang dapat mendorong pada pelanggaran perintah Allah. Simak keterangan Imam Qurthubi:


ونعلم ما توسوس به نفسه أي : ما يختلج في سره وقلبه وضميره ، وفي هذا زجر عن المعاصي التي يستخفي بها . [ ص: 10 ] ومن قال : إن المراد بالإنسان آدم ; فالذي وسوست به نفسه هو الأكل من الشجرة ، ثم هو عام لولده . والوسوسة حديث النفس بمنزلة الكلام الخفي . قال الأعشى : تسمع للحلي وسواسا إذا انصرفت كما استعان بريح عشرق زجل 


Artinya, "Dan Kami mengetahui apa yang dibisikkan oleh jiwanya," maksudnya adalah apa yang terlintas dalam hatinya, pikirannya, dan nuraninya. Hal ini merupakan peringatan agar menjauhi maksiat yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi.


Adapun mereka yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan 'manusia' di sini adalah Nabi Adam, maka bisikan jiwanya adalah keinginan untuk memakan buah dari pohon (larangan). Kemudian, hukum ini menjadi umum bagi keturunannya.


Bisikan (waswas) adalah percakapan dalam hati yang menyerupai pembicaraan tersembunyi. Sebagaimana yang dikatakan oleh penyair Al-A’sya:


“Engkau akan mendengar perhiasan berbunyi pelan saat ia bergerak, seperti seseorang yang meminta pertolongan dengan hembusan angin semerbak yang berdengung." (Jami' Li Ahkami Al-Qur'an, [Lebanon: Darul Fikr, tt], Jilid XVII, hlm, 10).


Sebagai pencipta manusia, tentu saja Allah lebih dekat dengan manusia. Bahkan, dalam ayat ini dikatakan Allah lebih dekat dengan manusia daripada urat lehernya. Menurut Hasan Al-Bashri, sebagaimana dikutip Imam Qurthubi, "urat leher" dalam ayat ini, merupakan sebuah perumpamaan untuk menunjukkan kedekatan Allah, bukan dalam pengertian fisik atau jarak, melainkan dalam hubungan yang sangat intim dan tidak terpisahkan dengan manusia. 


Allah lebih dekat kepada manusia dibandingkan urat yang merupakan bagian dari tubuh mereka sendiri. Lewat ayat ini menegaskan kedekatan Allah sebagai bentuk perhatian dan pengawasan-Nya terhadap manusia di setiap saat. Simak keterangan Imam Qurthubi berikut; 


ونحن أقرب إليه من حبل الوريد هو حبل العاتق وهو ممتد من ناحية حلقه إلى عاتقه، وهما وريدان عن يمين وشمال. روي معناه عن ابن عباس وغيره وهو المعروف في اللغة. والحبل هو الوريد فأضيف إلى نفسه لاختلاف اللفظين. وقال الحسن: الوريد الوتين وهو عرق معلق بالقلب . وهذا تمثيل للقرب; أي: نحن أقرب إليه من حبل وريده الذي هو منه ، وليس على وجه قرب المسافة


Artinya; Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya: Urat leher (حبل الوريد) adalah urat besar yang membentang dari sisi tenggorokan hingga ke bahu, dan terdiri dari dua urat yang berada di sisi kanan dan kiri. Hal ini diriwayatkan maknanya dari Ibnu Abbas dan yang lainnya, dan ini merupakan pemahaman yang dikenal dalam bahasa. Kata "حبل" (tali) adalah "الوريد" (urat), sehingga ditambahkan ke dirinya sendiri karena perbedaan dalam dua istilah tersebut.


Al-Hasan berkata: “Al-Warid” adalah “al-Watin”, yaitu urat yang tergantung pada hati. Ini merupakan perumpamaan untuk menunjukkan kedekatan, artinya, "Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya yang merupakan bagian dari dirinya," bukan dalam makna kedekatan secara fisik atau jarak (hlm. 10).


Dengan demikian, tafsir Surah Qaf ayat 16 ini menggambarkan hubungan yang sangat erat dan dekat antara Allah dan manusia. Allah mengetahui segala sesuatu tentang manusia hingga pada tingkat yang paling rahasia, yaitu bisikan hati. 


Sejatinya, kedekatan Allah ini mengajarkan manusia untuk senantiasa sadar akan pengawasan-Nya dan berusaha menjaga hati mereka dari bisikan-bisikan negatif. Ayat ini sekaligus menjadi pengingat bahwa Allah adalah tempat bergantung yang paling dekat, meskipun manusia sering kali tidak menyadari kehadiran Ilahi. Wallahu a'lam


Ustadz Zainuddin Lubis, Pegiat Kajian Islam Tinggal di Parung