Tasawuf/Akhlak

Syekh Abdul Qadir Memandang Harkat Non-Muslim

Ahad, 18 April 2021 | 22:30 WIB

Syekh Abdul Qadir Memandang Harkat Non-Muslim

Syekh Abdul Qadir tidak pernah memandang rendah nonmuslim. Baginya perbedaan agama sementara keduanya tidak membuatnya memandang rendah satu sama lain.

Syekh Abdul Qadir Al-Jailani meyakini kemuliaan manusia sebagai anugerah Allah. Syekh Abdul Qadir oleh karenanya menaruh kehormatan yang memadai terhadap anak Adam. Syekh Abdul Qadir tidak akan merendahkan anugerah Allah SWT tersebut.


وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِىٓ ءَادَمَ وَحَمَلْنَٰهُمْ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ وَرَزَقْنَٰهُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ وَفَضَّلْنَٰهُمْ عَلَىٰ كَثِيرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا


Artinya, “Sungguh, Kami telah memuliakan anak-anak Adam. Kami mengangkut mereka di daratan dan di lautan. Kami memberi mereka rezeki dari yang baik-baik. Kami melebihkan mereka dengan kelebihan sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan,” (Surat Al-Isra ayat 70).


Syekh Abdul Qadir juga memberikan kehormatan yang sama terhadap non-Muslim. Syekh Abdul Qadir tidak pernah memandang rendah non-Muslim. Baginya perbedaan agama sementara keduanya tidak membuatnya memandang rendah satu sama lain.


Syekh Abdul Qadir Al-Jailani memiliki tips bagaimana kita dapat memandang orang lain dengan pandangan penghormatan dan penghargaan. Tips Syekh Abdul Qadir Al-Jailani ini dikutip oleh Syekh M Nawawi Banten dalam Kitab Nashaihul Ibad halaman 12.


Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, kata Syekh Nawawi Banten, memberikan cara agar kita menghargai non-Muslim.


“Bila berjumpa dengan orang kafir, kamu harus berprasangka, ‘Bisa jadi orang kafir ini suatu saat memeluk Islam dan mengakhiri hidupnya dengan amal yang baik/husnul khatimah. Sedangkan aku bisa jadi malah menjadi kafir suatu saat dan mengakhiri hidup dengan amal yang buruk/su’ul khatimah,’” kata Syekh Abdul Qadir Al-Jailani.


Semua ini merupakan sekian cara yang ditawarkan oleh Syekh Abdul Qadir Al-Jailani agar kita tetap menjaga prasangka baik dan menghargai orang lain sebagaimana pernyataan pada Surat Al-Isra ayat 70 yang dikutip oleh Syekh Nawawi Banten dalam Kitab Nasha’ihul Ibad.


Cara-cara demikian merupakan bentuk kerendahan hati dan pengakuan atas ketidakberdayaan manusia di hadapan kuasa dan kehendak Allah yang membolak-balikkan hati. Pengakuan sadar atas kuasa dan kehendak-Nya merupakan wujud penghambaan seorang manusia yang mencapai pengalaman spiritual pada tingkat tertentu terhadap Allah SWT. Wallahu a’lam. (Alhafiz Kurniawan)