Tarekat dalam Ayat-ayat Al-Qur’an

Komunitas tarekat dan aktivitasnya sebagai jalan spiritual disinggung dalam Al-Qur’an. Istilah-istilah kunci tarekat seperti iradah, mujahadah, dan istiqamah disebutkan secara lugas dalam Al-Quran. Berikut ini beberapa istilah kunci tarekat dalam Al-Quran yang dapat kami sebutkan.

Iradah

Iradah merupakan akar kata dari murid, salah satu elemen penting dalam komunitas tarekat selain mursyid, wirid, adab, dan sanad. Berkenaan dengan ini, Allah  berfirman dalam Al-Quran:

 

وَلَا تَطْرُدِ الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَدٰوةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيْدُوْنَ وَجْهَهٗۗ مَا عَلَيْكَ مِنْ حِسَابِهِمْ مِّنْ شَيْءٍ وَّمَا مِنْ حِسَابِكَ عَلَيْهِمْ مِّنْ شَيْءٍ فَتَطْرُدَهُمْ فَتَكُوْنَ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ 

 

Artinya, “Janganlah engkau (Nabi Muhammad) mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan petang hari, sedangkan mereka mengharapkan keridaan-Nya. Engkau tidak memikul tanggung jawab sedikit pun terhadap perbuatan mereka dan mereka (pun) tidak memikul tanggung jawab sedikit pun terhadap perbuatanmu, sehingga engkau (tidak berhak) mengusir mereka. (Jika dilakukan,) engkau termasuk orang-orang yang zalim.” (Al-An’am ayat 52)

Imam Al-Qusyairi dalam karya fenomenalnya, Ar-Risalah Al-Qusyairiyah (Kairo, Darus Salam, t.t.: 111), mengutip sebuah ayat di atas sebagai pembuka bab iradah. Beliau juga mengutip hadits berikut ini sebelum memuat pandangan ulama terkait iradah:

 عن أنس رضي الله عنه، أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: إذا أراد الله بعبد خيراً استعمله. فقيل له: كيف يستعمله يا رسول الله؟ قال: يوفقه لعمل صالح قبل الموت 

 

Artinya, "Dari Anas ra, Rasulullah saw bersabda, “Jika Allah menghendaki kebaikan pada seorang hamba, niscaya Ia menjadikannya orang yang beramal. ‘Bagaimana caranya wahai Rasululllah?’ tanya sahabat. ‘Allah memberinya taufik agar hamba itu beramal saleh sebelum meninggal,’ jawab Rasulullah.” 

Iradah [berarti keinginan atau kehendak yang menjadi akar kata dari murid tarekat] merupakan titik nol perjalanan para salik. Iradah adalah kedudukan spiritual orang yang menuju Allah. Kedudukan ini disebut demikian karena iradah atau keinginan adalah merupakan halaman pembuka atau ruangan terdepan sesuatu. Sesuatu yang tidak diinginkan oleh seorang hamba, niscaya tidak akan dia lakukan (hlm. 111).

Adapun murid, menurut Al-Qusyairi (hlm. 111), sesuai derivasi kata iradah merupakan orang yang memiliki iradah sebagaimana kata alim orang yang memiliki ilmu. Tetapi dalam pengertian umum komunitas tarekat justru sebaliknya. Murid dalam pengertian tarekat adalah orang yang justru tidak memiliki iradah.

 

Orang yang tidak mampu mengosongkan diri dari ibadahnya, maka ia bukan murid. Oleh karena itu, guru-guru tarekat mengatakan, iradah itu tindakan meninggalkan apa yang menjadi kebiasaan. Kebiasaan manusia yang dimaksud adalah kecenderungan menurun dari kesadaran ke kelalaian dan syahwat. 

 

Mujahadah

Mujahadah merupakan upaya kesungguhan seseorang dalam meraih sesuatu. Dalam konteks tarekat, mujahadah yang diisi dengan amal-amal kebaikan dilakukan untuk membersihkan diri dari syahwat-syahwat baik lahir maupun batin yang tersembunyi di balik kebaikan, amal saleh, dan nur ilahi sekalipun. Allah berfirman:

وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَاۗ وَاِنَّ اللّٰهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِيْنَࣖ 

Artinya, “Orang-orang yang berusaha dengan sungguh-sungguh untuk (mencari keridhaan) Kami benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Sesungguhnya Allah benar-benar bersama orang-orang yang berbuat kebaikan.” (Al-Ankabut ayat 69).

 

Syekh Ali As-Shabuni dalam Shafwatut Tafasir Jilid I (hlm. 468) menjelaskan ayat di atas, yaitu mereka yang mujahadah melawan nafsu, setan, hawa, dan orang kafir yang menjadi musuh agama karena mengharap ridha Kami, niscaya Kami tunjuki mereka jalan menuju Kami. 

Syekh M Nawawi Al-Bantani dalam Marah Labid Jilid II (Beirut, Darul Fikr: 178) juga menjelaskan, mereka yang mujahadah dalam ketaatan pada Kami, niscaya Kami tunjuki jalan pahala Kami. Ulama lain menyebutkan, siapa yang memikirkan tanda kuasa Kami, niscaya Kami berikan anugerah ilmu tentang Kami pada diri mereka. 

Mujahadah pada ayat ini, menurut Abu Sulaiman Ad-Darani dalam Al-Futuhatul Ilahiyyah (Beirut, Darul Fikr: 87), tidak hanya berarti memerangi orang kafir, tetapi juga bermakna memerangi nafsu dalam ketaatan kepada Allah. Inilah jihad terbesar.

Syekh Ali Ad-Daqaq sebagaimana dikutip oleh Al-Qusyairi dalam Risalahnya (hlm. 111) berkata, “Siapa saja yang menghiasi lahiriahnya dengan mujahadah, niscaya Allah hiasi batiniahnya dengan musyahadah/menyaksikan kebesaran-Nya.” Perlu diketahui, orang yang tidak melakukan mujahadah di awal perjalanan spiritualnya, niscaya tidak akan mencium hasil dalam tarekatnya.

Istiqamah

Al-Qusyairi menjelaskan, istiqamah [secara harfiah kebaikan yang sudah menjadi habit dan berkelanjutan] merupakan satu derajat spiritual yang menjadi jalan kesempurnaan segala hal, dan menjadi syarat pencapaian kebaikan. Orang yang tidak istiqamah, niscaya sia-sia usaha dan kesungguhannya serta tidak akan naik kelas.

وَّاَنْ لَّوِ اسْتَقَامُوْا عَلَى الطَّرِيْقَةِ لَاَسْقَيْنٰهُمْ مَّاۤءً غَدَقًاۙ 

Artinya, “Seandainya mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), niscaya Kami akan mencurahkan air yang banyak (rezeki yang cukup).” (Al-Jin ayat 16).

Dalam konteks tarekat, istiqamah memiliki urgensi yang cukup signifikan. Abu Ali Al-Jauzani, sebagaimana dikutip Al-Qusyairi, berpesan, “Jadilah murid yang istiqamah, bukan murid yang mengejar karamah, karena nafsumu bergerak dengan obsesi karamah. Sementara Tuhanmu menuntutmu istiqamah.”

Demikianlah beberapa konsep kunci dalam tarekat yang dapat ditemukan dalam Al-Qur'an, seperti iradah, mujahadah, dan istiqamah. Konsep-konsep ini memberikan landasan bagi perjalanan spiritual seorang murid untuk mencapai kedekatan dengan Allah. Wallahu a'lam

​​​​​​​

H Alhafiz Kurniawan, Redaktur Eksekutif Keislaman NU Online