Teladan Sayyidina Abu Bakar Menjaga Rahasia Orang Lain
NU Online ยท Jumat, 1 Desember 2023 | 15:00 WIB
Ahmad Muntaha AM
Penulis
Di tengah relasi sosial terkadang orang diajak curhat oleh teman atau saudaranya berkaitan dengan hal-hal pribadi yang tidak enak didengar oleh orang lain, semisal tentang urusan pernikahan atau lainnya. Hal seperti ini sudah berlangsung sejak ratusan tahun silam, bahkan Sayyidinaย Abu Bakar pun pernah mengalaminya.
Dikisahkan, setelahย suami Hafsah, yaitu Khunais bin Hudzafah As-Suhami, meninggal pada tahun 3 H, Umar bin Khattab berkeinginan menjodohkan putrinya itu kepada Utsman bin Affan yang juga telah kehilangan istri tercintanya Ruqayyah binti Rasulullah saw setahun sebelumnya. Umar bergegas pergi ke tempat Utsman bin Affan dan segera menawarinya untuk menikahi putrinya.
โHai Utsman, aku ingin menikahkan dirimu dengan putriku Hafsah,โย kata Umar.
Baca Juga
Hukum Membuka Rahasia Orang Lain
Namun sayang, Utsman ternyata menolaknya secara halus.
โAku tak punya hajat untuk menikahinyaโ, jawab Utsman penuh kehati-hatian.
Tak putus harapan, Umar kemudian mendatangi Abu Bakar dengan maksud yang sama, yaitu agar Abu Bakar berkenan menikahi Hafsah. ย
โHai Abu Bakar, aku ingin menikahkan dirimu dengan putriku, Hafsahโ, ujar Umar berterus-terang.
Baca Juga
Larangan Membuka Rahasia Rumah Tangga
Namun sayang, Abu Bakar justru diam tak menjawab sepatah kata pun. Menolak tidak, menerima juga tidak. Abu Bakar diam seribu bahasa.
Umar sangat kecewa dengan sikap diam Abu Bakar. Namun beberapa hari kemudian Rasulullah saw menikahi Hafsah putri Umar.
Setelah pernikahan Hafsah dengan Rasulullah saw, kemudian Abu Bakar mendatangi Umar untuk mengklarifikasi sikap diamnya beberapa waktu lalu saat akan dijodohkan dengan Hafsah.
โWahai Umar, aku kira hatimu memendam sesuatu terhadapku setelah aku tidak menjawab ucapanmu (tentang tawaran menikahi) ituโ, kata Abu Bakar menyelidik.
โYa, hatiku kecewa berat. Kalau Utsman telah menjawabnya, makanya aku tidak begitu kecewa kepadanyaโ, tegas umar.
Abu Bakar kemudian memberikan klarifikasi.
โAku tidak menjawab tawaranmu menikahi Hafsah itu karena suatu alasan. Sebab Rasulullah saw telah berbicara kepadaku secara diam-diam dan mengabariku bahwa beliau ingin menikahi Hafsah. Aku sebenarnya tidak menolak untuk menikahinya, tapi kan hal itu tidak boleh," jawab Abu Bakar.
"Jika aku menjawab ucapanmu dengan keengganan menikahi Hafsah, maka aku khawatir engkau menanyakan sebabnya. Lalu bila aku memberitahumu tentang rahasia Rasullullah saw yang sudah tertarik kepada Hafsah, maka berarti aku telah mengkhianatinya, dan bisa jadi justru Rasulullah saw enggan menikahi putrimu karena rahasianya telah terbuka. Karena alasan inilah aku tidak bisa menjawab apapun kepadamu selain diam karena menjaga rahasia," jawabnya melanjutkan.
Demikianlah teladan sahabat Abu Bakar dalam menjaga rahasia Rasulullah saw atas ketertarikannya kepada Hafsah. Kisah selengkapnya dapat dibaca dalam kitab Al-Futuhat Al-Madaniyah karya Syekh Nawawi Banten. (Muhammad Nawawi Al-Bantani, Al-Futuhat Al-Madaniyah fis Syuaโbil Imaniyah, [Indonesia: Lajnah Tahqiq wa Taโliqil Kutub Al-Fardhu], halaman 84-85).
Menjaga rahasia
Anjuran menjaga rahasia orang lain telah dijelaskan sesuai dengan petunjuk Al-Quran dan hadits, di antaranya adalah sebagaimana berikut:
ููุฅูุฐูุง ุฌูุงุกูููู ู ุฃูู ูุฑู ู ููู ุงููุฃูู ููู ุฃููู ุงููุฎููููู ุฃูุฐูุงุนููุง ุจููู ูููููู ุฑูุฏููููู ุฅูููู ุงูุฑููุณูููู ููุฅูููู ุฃููููู ุงููุฃูู ูุฑู ู ูููููู ู ููุนูููู ููู ุงูููุฐูููู ููุณูุชูููุจูุทูููููู ู ูููููู ู ููููููููุง ููุถููู ุงูููููู ุนูููููููู ู ููุฑูุญูู ูุชููู ููุงุชููุจูุนูุชูู ู ุงูุดููููุทูุงูู ุฅููููุง ูููููููุง
Artinya, โApabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan (kemenangan) atau ketakutan (kekalahan), mereka menyebarluaskannya. Padahal, seandainya mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ululamri (pemegang kekuasaan) di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya (secara resmi) dari mereka (Rasul dan ululamri). Sekiranya bukan karena karunia dan rahmat Allah kepadamu, tentulah engkau mengikuti setan, kecuali sebagian kecil saja (di antara kamu).โ (QS An-Nisaโ: 83)
Meskipun ayat ini membicarakan perilaku sebagian kaum muslimin bermental lemah yang suka menyebarkan berita kemenangan atau kekalahan perang, namun menurut Syekh Ismail Haqqi ayat ini juga memuat larangan menyebarkan rahasia. (Ismail Haqqi, Tafsir Ruhul Bayan, [Dar Ihya-it Turats Al-โArabi], juz II, halaman 195).
ุงูุชุฑุบูุจ ูุงูุชุฑููุจ - (ุฌ 3 / ุต 62)
ููุนููู ุฌูุงุจูุฑู ุจููู ุนูุจูุฏู ุงูููู ุฑุถู ุงููู ุนูู ุฃูููู ุฑูุณูููู ุงูููู ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู ููุงูู: ุฅูุฐูุง ุญูุฏููุซู ุฑูุฌููู ุฑูุฌูููุง ุจูุญูุฏูููุซู ุซูู ูู ุงููุชูููุชู ูููููู ุฃูู ูุงููุฉู. (ุฑูุงู ุฃุจู ุฏุงูุฏ ูุงูุชุฑู ุฐูุ ููุงู: ุญุฏูุซ ุญุณู)
Artinya, โDan diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah ra, sungguh Rasulullah saw bersabda: โKetika seseorang berbicara terhadap orang lain dengan suatu pembicaraan, kemudian ia berpaling (darinya), maka pembicaraan itu adalah amanah.โ (HR Abu Dawud dan At-Tirmidzi. At-Tirmidzi berkata: โIni hadits hasan).
Dalam menjelaskan hadits ini Al-Hafizh Al-Munawi mengatakan, pembicaraan itu menjadi amanah bagi orang yang diajak bicara, yang dititipkan kepadanya. Bila ia membicarakannya kepada orang lain maka berarti ia telah menentang perintah Allah dalam hal ini, tidak menjaga amanah yang dititipkan kepadanya. Selain itu ia termasuk orang-orang yang zalim. Untuk itu, ia wajib menyimpan pembicaraan rahasia, karena berpalingnya orang yang mengajaknya bicara sama halnya dengan permintaannya untuk menyimpan rahasia tersebut.
Al-Munawi juga menjelaskan, hadits ini termasuk jawamiโul kalam, ucapan yang singkat padat. Sebab meskipun redaksinya singkat, tapi mencakup berbagai etika pergaulan dan pertemanan, menjaga rahasia, menjaga relasi yang harmonis, serta peringatan agar tidak mengadu domba antarteman yang merusak hubungan sosial. (Abdurrauf Al-Munawi, Faidhul Qadir, [Beirut, Darul Kutubil โIlmiyah; 1415 H], juz I, halaman 423). Wallahu aโlam.
Ahmad Muntaha AM, Radaktur Keislaman NU Online.
Terpopuler
1
Khutbah Idul Adha 2025: Teladan Keluarga Nabi Ibrahim, Membangun Generasi Tangguh di Era Modern
2
Khutbah Idul Adha: Menanamkan Nilai Takwa dalam Ibadah Kurban
3
Bolehkah Tinggalkan Shalat Jumat karena Jadi Panitia Kurban? Ini Penjelasan Ulama
4
Khutbah Idul Adha: Implementasi Nilai-Nilai Ihsan dalam Momentum Lebaran Haji
5
Khutbah Idul Adha Bahasa Jawa 1446 H: Makna Haji lan Kurban minangka Bukti Taat marang Gusti Allah
6
Khutbah Idul Adha: Menyembelih Hawa Nafsu, Meraih Ketakwaan
Terkini
Lihat Semua