Hikmah

Inspirasi Kisah Maryam untuk Antisipasi Filisida Pasca-Melahirkan

Jumat, 28 Februari 2025 | 11:00 WIB

Inspirasi Kisah Maryam untuk Antisipasi Filisida Pasca-Melahirkan

Filisida (pembunuhan anak oleh orang tuanya). (Foto: Freepik/NU Online)

Aneh tapi nyata, ada manusia yang membunuh anaknya sendiri pada zaman modern. Fenomena ini mulai kerap terjadi di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Pembunuhan yang dikenal dengan filisida ini sangat memprihatinkan dan tidak bersesuaian dengan nilai-nilai kemanusiaan.


Apa yang terjadi pada orang tua yang tega membunuh anaknya? Apakah ada pengaruh kondisi fisiologis maupun pengaruh dari luar pada mereka yang melakukan filisida? Bagaimana antisipasi yang dapat dilakukan oleh umat Islam untuk mencegah filisida berdasarkan kisah wali?


Faktor penyebab filisida sangatlah kompleks. Mulai dari faktor sosial ekonomi hingga masalah kejiwaan dapat berkelindan dalam memacu filisida. Namun, ada beberapa faktor yang dapat diantisipasi sehingga perlu untuk diketahui oleh masyarakat agar kasus filisida tidak bertambah lagi.


Meskipun angkanya telah menurun di negara-negara maju, pembunuhan anak kandung tetap menjadi penyebab utama kematian anak dengan jumlah anak yang dibunuh oleh ayah dan ibu yang hampir sama. Persentase besar pembunuhan anak kandung dikaitkan dengan penyakit mental, khususnya depresi pascapersalinan dan psikosis. Sisanya disebabkan oleh penganiayaan dan penelantaran anak (Koenen, 2008, Filicide: Historical review and prevention of child death by parent, Infant Mental Health Journal 29(1):61-75).


Salah satu faktor yang memacu filisida yang dapat diantisipasi adalah depresi pada wanita pasca-melahirkan. Pada kondisi tersebut, hormon-hormon yang semula tinggi pada masa kehamilan kemudian menurun secara drastis setelah proses persalinan. Oleh karena itu, mood dan mental ibu melahirkan cenderung rentan mengalami gangguan.


Setelah seorang ibu melahirkan bayi, ada kasus-kasus tekanan mental yang dikenal dengan baby blues. Ada pula gangguan mental yang lebih berat yaitu depresi dan psikosis sehingga seorang ibu tidak lagi peduli pada bayinya. Apabila baby blues, depresi, dan psikosis pasca-melahirkan ini diantisipasi, maka bisa memberikan kontribusi terhadap pencegahan filisida.


Selain Baby blues, depresi, maupun psikosis pasca-melahirkan, masih ada tekanan mental lainnya yang dapat dialami oleh seorang ibu pada saat kehamilan. Oleh karena itu, Islam menekankan pentingnya menumbuhkan rasa kegembiraan di sekitar masa kehamilan seorang wanita. Pelajaran ini diceritakan dalam kisah seorang waliyullah, yaitu seorang wanita suci dan terhormat bernama Maryam. 


Di dalam Al-Qur’an surat Maryam ayat 26 dikisahkan:


فَكُلِي وَاشْرَبِي وَقَرِّي عَيْنًا ۖ فَإِمَّا تَرَيِنَّ مِنَ الْبَشَرِ أَحَدًا فَقُولِي إِنِّي نَذَرْتُ لِلرَّحْمَٰنِ صَوْمًا فَلَنْ أُكَلِّمَ الْيَوْمَ إِنْسِيًّا. سورة مريم - ٢٦


Artinya: “Makan, minum, dan bersuka citalah engkau. Jika engkau melihat seseorang, katakanlah, ‘Sesungguhnya aku telah bernazar puasa (bicara) untuk Tuhan Yang Maha Pengasih. Oleh karena itu, aku tidak akan berbicara dengan siapa pun pada hari ini.’”


Dalam Tafsir Jalalain, ayat ini dijelaskan agar Maryam melakukan serangkaian aktivitas berikut ini:


«فكلي» من الرطب «واشربي» من السري «وقري عينا» بالولد تمييز محول من الفاعل أي: لتقر عينك به أي: تسكن فلا تطمح إلى غيره


Artinya: “(Maka makanlah) dari buah kurma yang masak itu (dan minumlah) dari air sungai kecil itu (serta bersenang hatilah kamu) dengan anakmu itu. Lafal 'Ainan berfungsi sebagai Tamyiz yang dipindahkan dari Fa'ilnya, maksudnya selamat bersenang hati dengan bayimu itu. Atau dengan kata lain, kamu menjadi tenang dengan adanya bayimu itu sehingga kamu tidak memikirkan hal-hal yang lain.” (As-Suyuthi dan Al-Mahalli, tanpa tahun, Tafsir Jalalain, Penerbit Al-Hikmah: halaman 14) 


Penjelasan ayat tersebut mengarahkan seorang wanita untuk bersenang hati atas kelahiran bayinya. Rasa senang terhadap kelahiran anak memang secara alamiah terbentuk pada pasangan suami dan istri beserta keluarganya yang mendambakan kehadiran buah hati. Namun, pada kisah Maryam ini, tidak ada suami dan orang di sekitarnya yang mendambakan kelahiran Nabi Isa as.


Uniknya, dalam kondisi tersebut Maryam justru diperintahkan untuk bersuka cita atas kelahiran bayinya yang proses kehamilannya berada di luar nalar manusia. Kehamilannya juga bukan atas keinginannya sendiri, melainkan dari kehendak Allah dan tanpa adanya sebab dari seorang suami. Bila dikaitkan dengan fenomena filisida, kasus pembunuhan anak oleh orang tuanya salah satunya dilatarbelakangi oleh kehamilan yang tidak diinginkan.


Bagi seorang Maryam, mengalahkan rasa khawatir akan tuduhan orang dan berdamai dengan keadaan seperti itu tentu bukanlah perkara mudah. Bahkan di ayat ke-23 surat Maryam dikisahkan bahwa sempat terlintas dalam benak Maryam untuk mati saja sebelum kehamilannya. Namun, sudah menjadi sunnatullah bahwa Maryam, sebagai seorang waliyullah, mendapatkan ujian berat yang tidak seperti umumnya manusia biasa lainnya sehingga solusinya pun telah diatur oleh Allah swt.


Rasa gembira pada diri seorang wanita yang hamil dan melahirkan memang bisa muncul di sekitar proses persalinan. Sebagai ikhtiar manusiawi, Maryam yang seorang wali pun diperintahkan untuk makan dan minum dari buah kurma masak dan air yang mengalir di dekatnya. Terlepas dari karamah kemunculan buah kurma masak dan air sungai yang mengalir segar, aktivitas makan dan minum adalah proses natural untuk memunculkan kebahagiaan.


Kebahagiaan yang muncul pada otak manusia melalui aktivitas makan dan minum mempengaruhi bagian otak yang disebut sebagai Brain Reward System. Bagian otak ini memegang peranan penting untuk menghasilkan rasa senang terhadap berbagai kenikmatan. Brain Reward System akan memberikan kepuasan kepada seseorang dan dikaitkan dengan area di otak yang berwarna abu-abu.


Area abu-abu di otak memang berubah selama terjadi proses kehamilan dan persalinan. Selama hamil, area abu-abu pada otak wanita berkurang dan biasanya akan kembali normal setelah melahirkan. Namun, pada ibu melahirkan yang mengalami depresi area abu-abu di otaknya berubah menjadi tidak normal. Penelitian menunjukkan bahwa area abu-abu di otak yang terkait dengan Brain Reward System mengalami kerusakan pada kasus depresi pasca melahirkan (Qi dkk, 2018, Gray Matter Volume Abnormalities in the Reward System in First-Episode Patients with Major Depressive Disorder, Conference Paper The International Conference on Advanced Machine Learning Technologies and Application: halaman 704-714).


Depresi pasca persalinan tersebut dapat memicu terjadinya filisida bila tidak dikelola dengan baik di bawah pengawasan tenaga medis dan psikolog. Penelitian menunjukkan bahwa 4,5% pasien wanita pasca melahirkan yang mengalami depresi rentan melakukan filisida (Ali dkk, 2024, Postpartum Psychosis and Maternal Filicide- Case Report and Literature Review, Cambridge Universty Press: S810)


Bila seorang ibu, setelah melahirkan anaknya berjuang untuk menumbuhkan rasa kegembiraan di hati seperti misalnya mengonsumsi makanan dan minuman sehat, maka area abu-abu di otak akan terhindar dari kerusakan. Aktivitas makan dan minum akan mengaktifkan Brain reward system sehingga menunjang otak untuk memperoleh kebahagiaan. Oleh karena itu, penting bagi keluarga terdekat untuk memperhatikan asupan nutrisi ibu hamil selama kehamilannya sampai setelah masa melahirkan bayi. 


Bila kondisi depresi sudah terlanjur terjadi pada ibu melahirkan, maka ada obat-obat antidepresan yang perlu dihindari untuk mengantisipasi filisida. Berdasarkan penelitian, obat-obat golongan Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI) juga dapat mencetuskan filisida (Bramante dan Di Florio, 2023, A case–control study of filicide/infanticide in 90 mothers, Archives of Women's Mental Health, Springer Nature Link). Oleh karena itu, apoteker dan dokter yang menangani kasus depresi pasca kelahiran perlu mengetahui hal ini agar dapat mengantisipasinya.


Sebagaimana kaidah bahwa mencegah lebih baik daripada mengobati, maka upaya-upaya antisipasi sejak dini untuk mencegah filisida perlu digalakkan. Gerakan Keluarga Maslahat sebagaimana yang dicetuskan oleh Nahdlatul Ulama dapat menjadi bagian dari solusi pencegahan filisida karena secara komprehensif memberikan perhatian kepada kaum wanita dan anak-anak di keluarga.


Kisah Maryam hendaknya memberikan inspirasi bahwa kondisi ibu hamil dan melahirkan memang rentan mengalami tekanan mental. Selayaknya kaum Muslimah memperhatikan kondisi kehamilannya dan mengusahakan berbagai upaya agar suasana mentalnya senantiasa bahagia. Untuk mencapai upaya tersebut, peran serta keluarga dan lingkungan di sekitar ibu hamil dalam memberikan dukungan mental juga menjadi keniscayaan yang perlu digalakkan. Wallahu a’lam bish shawab.


Yuhansyah Nurfauzi, Apoteker dan Peneliti Farmasi