Hikmah

Kisah Batu yang Melarikan Baju Seorang Nabi yang Pemalu

Ahad, 2 April 2023 | 10:00 WIB

Kisah Batu yang Melarikan Baju Seorang Nabi yang Pemalu

Ilustrasi: Nabi (NU Online).

Konon, kaum pria dari Bani Israil terbiasa mandi bareng sambil telanjang, sehingga tak heran jika satu sama lain bisa saling melihat aurat dan tubuh masing-masing. Namun, karena saking pemalunya, Nabi Musa tidak pernah mau jika diajak mereka untuk mandi bersama. Alih-alih mandi bareng, Musa lebih memilih mandi sendirian, sehingga aurat atau bagian tubuhnya tidak pernah ada terlihat oleh orang lain.  

 

Di sisi lain, tidak pernah ada nabi dan rasul yang selamat dari gangguan orang-orang jahil dari kalangan Bani Israil. Tak terkecuali Nabi Musa. Suatu saat sudah tersiar kabar kebohongan dan tuduhan bahwa di balik tertutupnya tubuh Musa ada penyakit dan kekurangan yang tersembunyi. 

 

Sudah bisa dipastikan, tuduhan itu sangat menyakitkan perasaan Nabi Musa. Akibatnya, Allah pun tidak ridha melihat kebohongan yang dialamatkan kepada nabi-Nya. Pasalnya, akan mengurangi kepercayaan umat kepadanya. Lagi pula, dalam pandangan manusia, para rasul haruslah tampil sebagai sosok paling sempurna, tidak memiliki kekurangan sedikit pun, baik dalam tampilan fisik maupun budi pekerti. 

 

Suatu ketika, Allah pun berkehendak membebaskan Musa dari segala tuduhan para pendusta dan cibiran orang-orang bodoh. Seperti biasa, saat mandi seorang diri, Musa meletakkan pakaianannya di atas batu. Selesai mandi, ia bermaksud mengambil pakaiannya. Namun, ia heran karena batu yang ditumpangi pakaiannya sudah tidak ada. Sungguh di luar biasa jika ada batu bisa bergerak dan terbang membawa pakaian. Terlebih, batu hanya sebagai benda mati.

 

Namun, tidak ada yang mustahil jika Allah sudah menghendaki. Atas hikmah dan keagungan-Nya, Allah maha kuasa menerbangkan batu yang ditungpangi pakaian Musa dengan cara yang tidak biasa. Hikmah tersebut salah satunya hendak membebaskan Musa dari tuduhan buruk yang dialamatkan kepadanya. 

 

Musa pun terheran-heran melihat batu bisa terbang membawa bajunya. Meski demikian, ia tak sadar berlari di belakangnya sambil memanggil-manggil, “Pakaianku, hai batu. Pakaianku.” Tapi batu itu terus membawa terbang bajunya. Sungguh pemandangan yang sangat langka. Musa seorang nabi yang sangat pemalu, tiba-tiba berlari telanjang di belakang batu yang membawa pakaiannya. Hingga, sampailah pengejaran Nabi Musa di hadapan sekumpulan Bani Israil. Dan dengan mata kepala sendiri, mereka bisa melihat tubuh Nabi Musa sangat bagus tanpa cacat sedikit pun. 

 

Terhapus sudah semua kecurigaan yang dilontarkan orang-orang bodoh kepadanya. Batu yang membawa kabur pakaian Musa terhenti. Pakaiannya pun langsung diambil dan dikenakannya. Namun setelah itu, ia mengangkat tongkatnya dan menghadap kepada batu tersebut. Tak berpikir panjang, Nabi Musa memukuli batu tersebut layaknya pukulan orang yang sedang marah kepada orang yang berbuat jahat dan zalim kepada dirinya. 

 

Padahal, Nabi sendiri tahu bahwa ia hanya sekadar batu. Namun, ia tetap memukulinya, layaknya kepada orang yang bersalah. Yang lebih aneh lagi, walau tongkat Nabi Musa terbuat dari kayu, tetapi mampu meninggalkan bekas pada batu yang dipukulnya, sampai ada beberapa bekas pukulan. 

 

Umumnya, kayu tidak mampu memberikan bekas pukulan pada benda keras. Pasalnya batu lebih keras dari kayu. Seringkali, tongkat kayulah yang pecah bila dipukulkan pada batu. Lain halnya dengan tongkat Nabi Musa. Ia bukanlah sembarang tongkat yang diciptakan Allah. Ia sangat kuat memiliki sejumlah keitimewaan lain. Salah satunya mampu memberikan bekas pukulan pada batu yang telah melarikan pakaiannya, bahkan terlihat hingga ada enam atau tujuh pukulan.              

 

Kisah ini juga diceritakan langsung oleh Rasulullah saw dalam haditsnya, sebagaimana riwayat Al-Bukhari melalui sahabat Abu Hurairah: 

 

إِنَّ مُوسَى كَانَ رَجُلًا حَيِيًّا سِتِّيرًا، لاَ يُرَى مِنْ جِلْدِهِ شَيْءٌ اسْتِحْيَاءً مِنْهُ، فَآذَاهُ مَنْ آذَاهُ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ فَقَالُوا: مَا يَسْتَتِرُ هَذَا التَّسَتُّرَ، إِلَّا مِنْ عَيْبٍ بِجِلْدِهِ: إِمَّا بَرَصٌ وَإِمَّا أُدْرَةٌ: وَإِمَّا آفَةٌ وَإِنَّ اللَّهَ أَرَادَ أَنْ يُبَرِّئَهُ مِمَّا قَالُوا لِمُوسَى، فَخَلاَ يَوْمًا وَحْدَهُ، فَوَضَعَ ثِيَابَهُ عَلَى الحَجَرِ، ثُمَّ اغْتَسَلَ، فَلَمَّا فَرَغَ أَقْبَلَ إِلَى ثِيَابِهِ لِيَأْخُذَهَا، وَإِنَّ الحَجَرَ عَدَا بِثَوْبِهِ، فَأَخَذَ مُوسَى عَصَاهُ وَطَلَبَ الحَجَرَ، فَجَعَلَ يَقُولُ: ثَوْبِي حَجَرُ، ثَوْبِي حَجَرُ، حَتَّى انْتَهَى إِلَى مَلَإٍ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ، فَرَأَوْهُ عُرْيَانًا أَحْسَنَ مَا خَلَقَ اللَّهُ، وَأَبْرَأَهُ مِمَّا يَقُولُونَ، وَقَامَ الحَجَرُ، فَأَخَذَ ثَوْبَهُ فَلَبِسَهُ، وَطَفِقَ بِالحَجَرِ ضَرْبًا بِعَصَاهُ، فَوَاللَّهِ إِنَّ بِالحَجَرِ لَنَدَبًا مِنْ أَثَرِ ضَرْبِهِ، ثَلاَثًا أَوْ أَرْبَعًا أَوْ خَمْسًا، فَذَلِكَ قَوْلُهُ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لاَ تَكُونُوا كَالَّذِينَ آذَوْا مُوسَى فَبَرَّأَهُ اللَّهُ مِمَّا قَالُوا وَكَانَ عِنْدَ اللَّهِ وَجِيهًا 

 

Artinya: Sesungguhnya Musa adalah seorang yang sangat pemalu dan sangat menjaga aurat. Karena saking pemalunya, tidak pernah ada bagian kulit (aurat) yang terlihat. Namun hal itu membuat Musa diganggu oleh sebagian orang Bani Israil. Mereka berkata, “Tidaklah Musa bersikap tertutup seperti itu kecuali karena ada kekurangan di kulitnya, baik karena lepra, kuman kulit, maupun penyakit lain.”  

 

Sesungguhnya Allah hendak membebaskan semua yang dituduhkan oleh kaum Bani Israil kepadanya. Pada suatu saat, Musa masuk ke pemandian orang diri. Ia menanggalkan pakaian di atas batu, lalu mandi. Usai mandi, ia melirik ke arah pakaiannya untuk diambil. Namun, batu yang ditumpangi pakaian telah membawanya. Ia pun langsung mengambil tongkatnya lalu mengejar sambil memanggil-manggil batu tersebut, “Pakaianku, hai batu. Pakaianku, hai batu.” 

 

Akhirnya, ia sampai di kerumunan orang-orang Bani Israil. Akhirnya, mereka bisa melihat Musa dalam keadaan telanjang dengan keadaan fisik tak kurang sedikit pun. Saat itulah Allah membebaskan Musa dari semua tuduhan. Bahkan batu pun berada di sana. Maka Musa mengambil pakaian lalu segera mengenakannya. Namun setelah itu, ia memukuli batu yang mengambil pakaian dengan tongkatnya. Demi Allah, pada batu tersebut ada bekas pukulan: tiga, empat, atau lima kali bekas pukulan. 

 

Kisah itu, kemudian dilansir dalam Al-Quran, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang menyakiti Musa; maka Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka katakan. Dan Musa adalah seorang yang mempunyai kedudukan terhormat di sisi Allah,” (QS Al-Ahzab: 69). (Umar Sulaiman, Shahih Al-Qashash An-Nabawi, [Beirut: Darun Nafa’is], 1997, halaman 91).    

 

Pelajaran yang dapat di petik adalah: 

 
  1. Kisah di atas menginformasikan kepada kita bahwa kaum pria Bani Israil memiliki kebiasaan mandi bersama dalam keadaan telanjang. Namun, kebiasaan itu tidak diperbolehkan dalam syariat kita.
     
  2. Betapa pemalunya Nabi Musa as., sehingga merasa malu bila terlihat auratnya. 
     
  3. Para nabi dan rasul tidak pernah selamat dari gangguan orang-orang bodoh. Begitu pula orang-orang yang saleh. Namun, mereka dekat dengan pertolongan Allah selama mereka bersabar.
     
  4. Tidak ada yang mustahil bagi Allah. Termasuk saat Dia berkehendak membebaskan Musa dari segala tuduhan.
     
  5. Betapa kuatnya pukulan tongkat nabi Musa, sampai membekas pada batu. Padahal sebuah tongkat, apalagi yang terbuat dari kayu, tidak mungkin meninggalkan bekas pukulan pada batu.        
     
  6. Para nabi adalah manusia paling sempurna, baik dalam hal fisik maupun budi pekerti. Sebab, Allah memilihnya untuk mengemban risalah-Nya, menunaikan amanat-amanat-Nya sebagai manusia terbaik. Wallahu a'lam
 

Ustadz M Tatam Wijaya, Penyuluh dan Petugas KUA Sukanagara-Cianjur, Jawa Barat.