Hikmah

Kisah Sulaiman bin Yasar, Tabi'in yang Lari dari Zina

Sel, 12 Maret 2024 | 10:00 WIB

Kisah Sulaiman bin Yasar, Tabi'in yang Lari dari Zina

Foto ilustrasi lari dari perbuatan zina. (Freepik)

Sulaiman bin Yasar Al Hilali Al Madani adalah seorang tabi’in yang lahir di masa akhir kekhilafahan Utsman bin Affan, lebih tepatnya di tahun 34 Hijriyah. Beliau lebih dikenal dengan julukan Abu Ayyub. Beliau merupakan maula (budak yang dimerdekakan) Maimunah binti Al Harits, salah satu istri Nabi Muhammad Saw.


Imam Adz Dzahabi berkata, “Beliau adalah ahli Fiqih, imam, sekaligus mufti bagi penduduk kota Madinah”. Sebagaimana Ibnu Ma’in menyifatinya dengan ahli Fiqih dan sudah meriwayatkan banyak hadits. Abu Zur’ah juga berkata, “Beliau adalah orang yang dapat dipercaya, mulia, dan ahli ibadah”.


Imam Al Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumiddin, jilid III, halaman 105, menulis dua kisah menarik mengenai Sulaiman bin Yasar.


Suatu hari, saat Sulaiman bin Yasar berada di rumahnya sendirian, tiba-tiba ada seorang perempuan cantik yang mendatanginya. Dia mengajak Sulaiman bin Yasar untuk bersetubuh dengannya. Lalu Sulaiman bin Yasar langsung menolak ajakannya dan lari dari rumahnya meninggalkan perempuan tersebut.


Di malam harinya, Sulaiman bin Yasar bermimpi bertemu dengan Nabi Yusuf. Sulaiman bin Yasar bertanya kepadanya, “Apakah engkau adalah Nabi Yusuf?”. Dalam keadaan dia meragukan kehadiran Nabi Yusuf di dalam mimpinya. Lalu Nabi Yusuf menjawab, “Iya. Saya adalah Nabi Yusuf yang menghendaki dan menyukai Zulaikha, dan kamu adalah Sulaiman yang tidak menghendaki perempuan yang menggodamu”.


Ungkapan Nabi Yusuf di atas menunjukkan bahwa beliau mengagumi Sulaiman bin Yasar. Sebab, dalam keadaan digoda oleh seorang perempuan cantik, Sulaiman bin Yasar tidak memiliki hasrat untuk bersetubuh dengannya. Berbeda dengan yang dialami oleh Nabi Yusuf, yang mana saat beliau digoda oleh Zulaikha, beliau sempat memiliki hasrat untuk bersetubuh dengannya, yang pada akhirnya beliau berhasil melawan nafsunya.


Sebagaimana diceritakan dalam Al-Qur’an, surat Yusuf, ayat 24:


وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهٖۙ وَهَمَّ بِهَاۚ لَوْلَآ اَنْ رَّاٰ بُرْهَانَ رَبِّهٖۗ 


Artinya: “Sungguh, perempuan itu benar-benar telah berkehendak kepadanya (Yusuf). Yusuf pun berkehendak kepadanya sekiranya dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya.”


Peristiwa kedua yang dialami oleh Sulaiman bin Yasar lebih mengagumkan dibanding peristiwa sebelumnya.


Suatu hari, Sulaiman bin Yasar bersama salah satu temannya keluar dari kota Madinah menuju kota Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Di tengah perjalanan, keduanya berhenti di sebuah tempat yang disebut dengan Al Abwa’. Mereka berdua mendirikan sebuah tenda di tempat tersebut.


Setelah mendirikan tenda, temannya pergi ke pasar untuk membeli beberapa kebutuhan. Sementara Sulaiman bin Yasar tetap tinggal di tendanya sendirian. Tak lama kemudian, ada perempuan Badui cantik yang mengetahui keberadaannya dan tergoda dengan ketampanannya.


Lalu perempuan Badui tersebut bergegas menemui Sulaiman bin Yasar yang sedang duduk sendirian di dalam tendanya. Setelah sampai di hadapannya, perempuan tersebut langsung membuka cadarnya supaya kecantikan wajahnya terlihat oleh Sulaiman bin Yasar. Perempuan Badui tersebut sangatlah cantik, diumpamakan belahan bulan.


Perempuan Badui tersebut berkata kepadanya, “Wahai tuan, buatlah aku merasa senang!”. Dari ungkapan tersebut, Sulaiman bin Yasar menyangka bahwa dia menginginkan makanan yang berada di dalam tendanya. Lalu dia langsung mengambil makanan tersebut dan memberikannya kepadanya. 


Melihat Sulaiman bin Yasar yang salah paham, dia langsung menjelaskan maksudnya dengan berkata, “Aku tidak menginginkan makanan ini, melainkan aku ingin engkau menyetubuhiku sebagaimana hubungan yang dilakukan oleh suami dengan istrinya”. Mendengar ungkapan tersebut, Sulaiman bin Yasar langsung berkata kepadanya, “Bersiaplah bertemu dengan iblis!”. Lalu menaruh kepalanya di antara dua lututnya sambil menangis ketakutan."


Melihat sikap Sulaiman bin Yasar semacam itu, perempuan Badui tersebut langsung menutup kembali wajahnya menggunakan cadar, lalu pergi meninggalkannya. Tak lama kemudian temannya datang, melihat Sulaiman bin Yasar yang sedang menangis. Temannya bertanya kepadanya, “Apa yang menyebabkanmu menangis?”. Sulaiman bin Yasar menjawab dan membohonginya, “Sesuatu yang baik, aku merindukan anak perempuanku”.


Namun, temannya tidak percaya dengan jawaban tersebut, sehingga dia terus mendesak Sulaiman bin Yasar untuk menceritakan peristiwa yang sebenarnya dia alami. Akhirnya Sulaiman bin Yasar menceritakan peristiwa yang sebenarnya, yakni ada perempuan Badui cantik yang mendatanginya dan mengajaknya untuk berhubungan badan dengannya.


Setelah mendengar peristiwa yang sebenarnya, temannya langsung menangis. Melihat temannya menangis, Sulaiman bin Yasar langsung bertanya kepadanya, “Apa yang menyebabkanmu menangis?”, temannya menjawab, “Aku yang lebih berhak menangis dibanding kamu, karena saya merasa takut, seandainya aku yang berada di posisimu maka aku tidak bisa menahan nafsuku, sehingga aku menuruti ajakan perempuan Badui tersebut”, lalu mereka berdua sama-sama menangis.


Setelah sampai di Makkah, Sulaiman bin Yasar dan temannya langsung melaksanakan rangkaian ibadah haji. Di tengah-tengah melaksanakan ibadah haji, Sulaiman bin Yasar menyempatkan diri untuk mendatangi Hajar Aswad dan menciumnya. Lalu dia duduk di bawah hajar aswad dengan posisi memeluk lututnya sambil menyelimutkan kain pada punggung kakinya, dan tak lama kemudian dia tertidur.


Di dalam tidurnya, Sulaiman bin Yasar bermimpi bertemu dengan seorang laki-laki yang tampan dan badannya wangi. Laki-laki tersebut berkata kepada Sulaiman bin Yasar, “Semoga Allah Swt merahmatimu wahai Sulaiman”, lalu Sulaiman bin Yasar bertanya kepadanya, “Kamu siapa?”, laki-laki tersebut menjawab, “Aku adalah Yusuf”, Sulaiman bin Yasar menegaskan, “Apakah yang kamu maksud adalah Nabi Yusuf?”, laki-laki tersebut menjawab, “Iya”.


Mendengar jawaban tersebut, Sulaiman bin Yasar langsung mengungkapkan rasa kekagumannya kepada Nabi Yusuf, sebab dia mampu menahan nafsunya saat digoda oleh Zulaikha. Namun Nabi Yusuf menjawabnya dengan ungkapan yang menyatakan bahwa peristiwa yang dialami oleh Sulaiman bin Yasar dan perempuan Badui saat berada di Abwa’ lebih mengagumkan dibanding peristiwa yang dialami oleh Nabi Yusuf dan Zulaikha.


Imam Al Ghazali menyebutkan bahwa Sulaiman bin Yasar adalah seorang laki-laki yang berparas tampan dan memiliki sifat wara’. Sehingga tidak heran jika banyak perempuan yang menyukainya dan ingin dijadikan sebagai istrinya.


Imam Al Ghazali menceritakan dua kisah Sulaiman bin Yasar di atas dalam pembahasan “Keutamaan Seseorang yang Mampu Melawan Syahwat Kemaluan dan Matanya”. Beliau menyebutkan beberapa hadits yang berkaitan dengan pembahasan ini dan dua kisah Sulaiman bin Yasar di atas, di antaranya:


قال صلى الله عليه وسلم من عشق فعف فكتم فمات فهو شهيد


Artinya: “Rasulullah Saw berkata: Barang siapa mencintai seseorang, namun dia menjauhkan diri darinya dan menyimpan perasaannya, lalu dia meninggal dunia, maka dia tergolong orang yang mati syahid.” (HR Hakim)


قال صلى الله عليه وسلم سبعة يظلهم الله يوم القيامة في ظل عرشه يوم لا ظل إلا ظله وعد منهم رجل دعته امرأة ذات جمال وحسب إلى نفسها فقال إني أخاف الله رب العالمين


Artinya: “Terdapat tujuh golongan manusia, yang nanti akan dinaungi Allah Swt dalam naungan ‘arasy-Nya pada hari yang tiada naungan selain naungan Allah Swt, di antara dari mereka adalah seorang laki-laki yang diajak berhubungan badan oleh seorang perempuan cantik, lalu dia berkata: Sesungguhnya aku takut kepada Allah Swt, Tuhan semesta alam.” (H.R. Bukhari)


Dua kisah Sulaiman bin Yasar ini, menunjukkan bahwa ulama terdahulu memiliki sifat iffah (menjauhkan diri dari kemaksiatan) yang sangat kuat. Meskipun dalam keadaan memiliki kesempatan untuk berzina, mereka masih mampu untuk menahan nafsunya. Termasuk hadiah yang diberikan oleh Allah Swt kepada orang-orang tersebut adalah dianggap sebagai orang yang mati syahid dan mendapatkan naungan-Nya di hari tiada naungan selain naungan Allah Swt.


Ustadz Dicky Feryansyah, Mahasantri Ma’had Aly An-Nur II Al-Murtadlo Malang