Sirah Nabawiyah

Abdurrahman bin Auf, Sahabat Muda yang Kaya dan Dermawan

Sab, 28 Oktober 2023 | 12:00 WIB

Abdurrahman bin Auf, Sahabat Muda yang Kaya dan Dermawan

Ilustrasi. (Foto: NU Online)

Abdurrahman bin Auf adalah salah satu sahabat Rasulullah yang terkenal dengan kedermawanan dan keberaniannya. Ia lahir tahun 581 M, dan termasuk dalam golongan Assabiqunal Awwalun, yaitu orang-orang yang pertama kali masuk Islam, melalui Abu Bakar As-Siddiq di rumah Arqam bin Abi Arqan.

 

Abdurrahman bin Auf adalah salah satu dari sepuluh sahabat yang diberi kabar gembira oleh Nabi Muhammad SAW bahwa ia akan masuk Surga. Ia masuk Islam, pada tahun 614 M. Saat itu usianya masih cukup muda yakni umur 31 tahun. Usia yang  masih sangat produktif.

 

Kendati masih muda, sumbangsihnya pada perjuangan Islam dan dakwah Rasulullah cukup besar. Anak muda seperti Abdurrahman bin Auf, seperti sahabat-sahabat Nabi yang masih muda lainnya [Ali bin Abi Thalib, Sa'ad bin Abi Waqqas dan Zaid bin Haritsah], memainkan peran kunci dalam menyebarkan ajaran Islam dan memperkuat komunitas Muslim di masa awal.

 

Ia termasuk salah satu dari mereka yang berperan pada peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Islam, seperti Perang Badar dan Perang Uhud. Pasalnya, ia dikenal sebagai pengusaha kaya dan dermawan. Ia menggunakan hartanya untuk membantu perjuangan Nabi dan kaum Muslimin. 

 

Ketika Rasulullah SAW berdakwah di Makkah, Abdurrahman bin Auf adalah salah satu orang yang pertama kali menerima Islam. Ia bersedia meninggalkan harta benda dan keluarganya demi mengikuti Rasulullah. Salah satu kisah yang menunjukkan kedermawanan Abdurrahman bin Auf adalah ketika ia menawarkan seluruh harta bendanya kepada Rasulullah.

 

Hal ini dikisahkan oleh Ibnu Katsir dalam kitab al-Bidayah wa al-Nihayah, halaman 163, yang bersumber dari riwayat Ma'mar dari Az-Zuhri, bahwa Abdullah bin Auf pada masa Nabi SAW bersedekah dengan setengah hartanya, yaitu 4 ribu dinar. Tidak lama kemudian ia bersedekah dengan 40 ribu dinar, selanjutnya ia bersedekah lagi dengan 40 ribu dinar.  Jumlah ini sungguh besar di zamannya, yakni berkisar Rp4,5 milyar.

 

Tidak hanya itu, ia juga menyedekahkan 500 kuda untuk keperluan transportasi. Kemudian menambahkan 500 unta untuk berperang di jalan Allah. Kebanyakan harta yang dimiliki Abdurrahman bin Auf berasal dari perdagangan. Abdurrahman juga dijelaskan memerdekakan ribuan budak.

 

Abdurrahman meninggalkan banyak harta setelah meninggal dunia, termasuk emas yang dipotong-potong dengan kapak sehingga membuat tangan orang-orang menjadi lelah. Emas yang sangat banyak itu, ia bagikan ke masyarakat yang luas. Dalam riwayat dikatakan untuk membagi emas itu,  harus memotongnya dengan kapak agar bisa dibagi-bagikan kepada orang-orang.

 

Sumber harta Abdurrahman, seperti yang yang telah disebutkan, berasal dari peternakan yang dia miliki. Dia memiliki 1.000 unta, 100 kuda, dan 3.000 domba yang digembalakan di Baqi'. Ini menunjukkan bahwa dia memiliki sejumlah besar hewan ternak yang diurus dan dipelihara untuk mendapatkan keuntungan. Peternakan seperti ini dapat menjadi sumber pendapatan yang signifikan, terutama dalam budaya Arab dan lingkungannya di mana peternakan ternak adalah mata pencaharian utama atau sumber utama harta.

 

وَأَعْتَقَ خَلْقًا مِنْ مَمَالِيكِهِ ثُمَّ تَرَكَ بَعْدَ ذَلِكَ كُلِّهِ مَالًا جَزِيلًا، مِنْ ذَلِكَ ذَهَبٌ قُطِعَ بِالْفُئُوسِ حَتَّى مَجَلَتْ أَيْدِي الرِّجَالِ، وَتَرَكَ أَلْفَ بَعِيرٍ وَمِائَةَ فَرَسٍ، وَثَلَاثَةَ آلَافِ شَاةٍ تَرْعَى بِالْبَقِيعِ، وَكَانَ نِسَاؤُهُ أَرْبَعًا فَصُولِحَتْ إِحْدَاهُنَّ مِنْ رُبْعِ الثَّمَنِ بِثَمَانِينَ أَلْفًا، وَلَمَّا مَاتَ صَلَّى عَلَيْهِ عُثْمَانُ بْنُ عَفَّانَ، وَحَمَلَ فِي جِنَازَتِهِ سَعْدُ بْنُ أَبِي وَقَّاصٍ، وَدُفِنَ بِالْبَقِيعِ عَنْ خَمْسٍ وَسَبْعِينَ سَنَةً

 

Artinya: “Dia membebaskan beberapa budaknya, kemudian setelah itu meninggalkan harta yang banyak, termasuk emas yang dipotong dengan kapak sehingga melukai tangan para pria. Dia meninggalkan seribu unta, seratus kuda, dan tiga ribu domba yang merumput di Baqi'. Dia memiliki empat istri, dan salah satunya berdamai dari seperempat harga dengan delapan puluh ribu. Ketika dia meninggal, Utsman bin Affan menyalatkan jenazahnya, Saad bin Abi Waqqash mengusung jenazahnya, dan dia dimakamkan di Baqi' pada usia 75 tahun.” [Ibnu Katsir, al-Bidayah wa al-Nihayah, jilid VII, [Beirut; Dar al-Fikr, tt], halaman 164.

 

Meskipun Abdurrahman bin Auf telah menjadi miliarder dan memiliki kekayaan yang luar biasa, dia tidak pernah melupakan kewajibannya sebagai seorang Muslim.  Abdurrahman adalah seorang filantropis yang dermawan. Setelah hijrah ke Madinah, dia terkenal karena bersedekah secara besar-besaran. Dengan murah hati ia berikan harta benda dan sumber daya kepada umat Islam yang membutuhkan.

 

Salah satu tindakan mulia Abdurrahman bin Auf adalah ketika Nabi Muhammad SAW mendirikan Baitul Mal (kas negara) di Madinah. Abdurrahman adalah salah satu sahabat yang memberikan kontribusi besar ke Baitul Mal ini. Dia memberikan separuh harta kekayaannya untuk membantu memenuhi kebutuhan umat Islam yang kurang beruntung. Tindakan ini menunjukkan dedikasinya untuk melayani masyarakat dan memastikan bahwa semua Muslim di Madinah mendapat perlindungan dan dukungan yang mereka perlukan.

 

Tindakan Abdurrahman bin Auf ini mencerminkan nilai-nilai solidaritas dan kepedulian sosial antar-umat Islam pada masa itu. Baitul Mal berfungsi sebagai instrumen distribusi kekayaan dan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan komunitas, dan kontribusi Abdurrahman bin Auf adalah salah satu contoh penting dari semangat kepedulian yang dijunjung tinggi dalam Islam.

 

Zainuddin Lubis, Pegiat Kajian Tafsir, Tinggal di Ciputat.