Sirah Nabawiyah

Ketika Sahabat Rasul Terpesona pada Kecantikan dan Ketampanan

Sab, 18 Desember 2021 | 09:00 WIB

Ketika Sahabat Rasul Terpesona pada Kecantikan dan Ketampanan

Bila tidak segera dialihkan, tentu dorongan untuk menuruti pandangan nafsu akan semakin menjadi-jadi. Bukankah hal ini yang manusia modern alami sehari-hari, tanpa pandang bulu. Laki-laki maupun perempuan, tua apalagi muda. (Foto ilustrasi: reviversgalleria.com)

Sebagai umumnya orang, kita sering terpesona dalam pandangan pertama pada kecantikan atau kegantengan lawan jenis yang kebetulan kita jumpai, kita lihat dan kita pandang. Bahkan gambar dan video seksi di smartphone dalam berbagai platform yang sering kita buka pun sangat menarik untuk ditelisik. Terkadang kita ingat untuk segera mengalihkan pandangan, dan terkadang pula kita menuruti keinginan diri untuk melihatnya lebih jauh. Begitulah kecenderungan manusiawi sejak dahulu hingga sekarang.


Kisah Dua Sahabat Terpesona pada Pandangan Pertama

Dahulu, ada dua manusia berparas cantik dan ganteng tak sengaja saling beradu pandang dan saling terpesona pada pandangan pertama. Ketika itu, usai mengikuti haji wada’ bersama Rasulullah saw kaum muslimin berkumpul ingin meminta fatwa kepada beliau. Rasulullah saw sendiri saat itu memboncengkan al-Fadhlu bin Abbas ra, anak pertama pamannya Abbas ra yang terkenal berparas ganteng, di atas onta bagian belakang.


Ketika Rasulullah saw berhenti untuk memberi kesempatan orang-orang meminta fatwa kepadanya, seketika itu pula al-Fadhlu beradu pandang dengan perempuan cantik kabilah Khats’am dari negeri Yaman. Keduanya saling terpesona melihat kecantikan dan kegantengan orang yang dipandangnya. 

 


Rasulullah saw pun menoleh, dan ketika melihat peristiwa itu beliau segera menjulurkan tangannya memegang janggut al-Fadhlu, lalu menyerongkannya ke arah lain agar tidak terus-menerus memandang perempuan cantik itu. Kisah ini dapat disimak dalam beberapa riwayat hadits, semisal riwayat al-Bukhari, Muslim, Ibnu Hibban dan selainnya.


Memang demikian, setiap orang secara alami senang melihat wajah cantik dan ganteng, senang melihat keindahan. Begitu pula al-Fadhlu dan perempuan cantik dari Yaman itu secara alami terpesona melihat keindahan wajah orang yang tak sengaja saling pandang dengannya.

 


Hikmah Tindakan Rasulullah saw Saat Dua Sahabat Saling Terpesona

Adapun tindakan Rasulullah saw yang langsung memalingkan wajah al-Fadlhu agar tidak terus-menerus memandang perempuan cantik itu bermaksud agar ia tidak mengikuti kecenderungan manusiawinya hingga menuruti hawa nafsu, sekaligus agar al-Fadhlu kembali mematuhi tuntunan akhlak yang diajarkan agama Islam.  (Muhammad bin Abdul Baqi bin Yusuf az-Zarqani, Syarhul Zarqâni ‘alâ Muwattha’-il Imâmi Malik, [Dârul Kutubil ‘Ilmiyyah: 1411 H], juz II, halaman 389).


Para Sahabat yang Diperingatkan agar Tidak Menuruti Pandangan Pertama


Tidak sekali ini saja Rasulullah saw memperingatkan para sahabat, seperti sahabat Jarir, Ali dan Jabir bin Abdillah ra, agar tidak mengikuti kecenderungan alami memandang wajah cantik yang tidak halal bagi mereka, sebagaimana dalam beberapa riwayat berikut.


عَنْ جَرِيرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ نَظَرِ الْفُجَاءَةِ فَأَمَرَنِى أَنْ أَصْرِفَ بَصَرِى. رواه مسلم


Artinya, “Diriwayatkan dari Jarir bin Abdillah ra ia berkata: ‘Aku bertanya kepada Rasulullah saw tentang pandangan yang terjadi secara tiba-tiba di luar kesengajaan, lalu beliau memerintahkan kepadaku agar memalingkan pandanganku’.” (HR Muslim) 


عَنِ ابْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم لِعَلِىٍّ: يَا عَلِىُّ لاَ تُتْبِعِ النَّظْرَةَ النَّظْرَةَ، فَإِنَّ لَكَ الْأُولَى وَلَيْسَتْ لَكَ الآخِرَةُ. هذا حديث صحيح على شرط مسلم و لم يخرجاه


Artinya, “Diriwayatkan dari Ibnu Buraidah, dari Ayahnya, ia berkata: ‘Rasulullah saw bersabda kepada: ‘Wahai Ali, jangan ikuti suatu pandangan dengan pandangan lain, sebab sungguh bagimu pandangan pertama dan tidak diperuntukkan kepadamu pandangan selainnya’.” (HR al-Hakim dan ia berkata: “Ini hadits shahih sesuai syarat Imam Muslim, namun ia bersama Imam al-Bukhari  tidak mentakhrijnya.”).


عَنْ جَابِرٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا أَعْجَبَتْ أَحَدَكُمْ الْمَرْأَةُ فَلْيَعْمِدْ إِلَى امْرَأَتِهِ فَلْيُوَاقِعْهَا فَإِنَّ ذَلِكَ يَرُدُّ مِنْ نَفْسِهِ. رواه أحمد


Artinya, “Diriwayatkan dari Jabir ra, sungguh Rasulullah saw bersabda: ‘Ketika ada perempuan membuat terpesona salah seorang dari kalian, hendaklah ia segera mendatangi istrinya, lalu segera menyetubuhinya, sebab hal itu dapat menolak gejolak nafsunya’.” (HR Ahmad).


Kontekstualisasi Akhlak saat Terpesona Gambar dan Video Seksi

Tuntunan akhlak yang Rasulullah saw ajarkan kepada umatnya agar tidak menuruti pandangan terhadap lawan jenis yang menarik secara seksual semestinya dapat dikontekstualisasikan dalam era digital seperti sekarang. Tidak hanya saat melihatnya secara nyata saja, namun juga saat melihat gambar dan video seksi di smartphone dalam berbagai platform yang kita buka. 


Bila tidak segera dialihkan, tentu dorongan untuk menuruti pandangan nafsu akan semakin menjadi-jadi. Bukankah hal ini yang manusia modern alami sehari-hari, tanpa pandang bulu. Laki-laki maupun perempuan, tua apalagi muda. Wallâhu a’lam.


Ahmad Muntaha AM, Founder Aswaja Muda dan Redaktur Keislaman NU Online