Syariah

5 Cara Meredam Emosi dan Amarah dalam Islam

Ahad, 20 Agustus 2023 | 17:34 WIB

5 Cara Meredam Emosi dan Amarah dalam Islam

5 Cara Meredam Emosi dan Amarah dalam Islam. (Foto: NU Online/Freepik)

Belakangan, aksi kekerasan yang disebabkan oleh amarah atau emosi yang tidak terkendali, marak terjadi di Indonesia. Baru-baru ini, di Depok, seorang anak berinisial RAR dengan tragis membunuh ayah dan ibunya dengan cara digorok menggunakan golok. 


Di hadapan penegak hukum, RAR mengungkapkan bahwa tindakan tersebut dia lakukan karena sakit hati dan perasaan marah terhadap orang tuanya. Pasalnya, seringnya dia dimarahi atau ditegur oleh orang tuanya. Pun merasa kesal terhadap perkataan orang tuanya yang menurutnya merendahkan dirinya.


Di tempat lain, di Timur Indonesia, seorang anak muda, anak seorang anggota DPRD Kota Ambon, menganiaya seorang anak remaja yang berusia belasan tahun. Akibatnya, korban tewas setelah dipukul sebanyak 3 kali di bagian kepala. 


Adapun motif pelaku memukul korban, berdasarkan keterangan polisi, keduanya hampir terjadi senggolan motor. Tak terima, pelaku marah dan mengejar RRS [korban] sampai ke depan rumah saudara korban. Di tempat kejadian, pelaku memukul kepala korban yang masih menggunakan helm sebanyak tiga. Nahas, korban pun tewas setelah menerima pukulan keras dari pelaku. 


Lantas mengapa manusia begitu marah? Kondisi seorang yang mudah marah, dalam kajian psikologi dikenal dengan istilah iritabilitas. Ini merujuk pada kondisi psikologis yang ditandai oleh ketidakmampuan seseorang untuk mengontrol atau mengelola perasaan marah dengan tepat. Orang yang mengalami iritabilitas cenderung merasakan marah secara berlebihan dan mudah terpicu dan melakukan reaksi emosional yang kuat. Fenomena ini dapat memiliki dampak negatif pada hubungan sosial, kesejahteraan pribadi, dan kesehatan fisik.


Lebih lanjut, iritabilitas juga dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk berpikir jernih dan membuat keputusan rasional. Sejatinya, ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan iritabilitas, antara lain beban stres kronis. Stress dapat merusak keseimbangan emosi seseorang, membuat mereka lebih rentan terhadap reaksi marah yang berlebihan.


Di sisi lain, iritabilitas dapat terjadi karena adanya gangguan kesehatan mental. Gangguan seperti depresi, gangguan kecemasan, dan gangguan bipolar dapat mempengaruhi regulasi emosi dan menyebabkan iritabilitas. Orang yang dalam tahap ini akan membutuhkan pertolongan medis. 


Kemudian bagaimana dalam Islam dan tanggapannya terkait seorang yang mudah marah? Islam menekankan seseorang untuk tidak mudah marah dan emosi. Pasalnya, akibat dari kemarahan akan menimbulkan keburukan yang sangat membahayakan, bahkan bisa menghilangkan nyawa seseorang.


Dalam Al-Qur’an Q.S Ali Imran ayat 133-134, dijelaskan bahwa orang yang mampu menahan amarah dalam hatinya, maka kelak di akhirat Allah akan memuliakannya. Dan orang yang mampu menahan diri dari amarah, termasuk orang yang bertakwa.  Allah berfirman;


وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (١٣٣) الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ


Artinya: "Bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya, dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan."

 
Bagaimana Cara Meredam Emosi dan Amarah dalam Islam?

Tak bisa dipungkiri, bahwa emosi adalah bagian alami dari kehidupan manusia. Namun terkadang, emosi  yang tidak terkontrol akan berdampak buruk untuk kehidupan kita. Dalam Islam, meredam emosi menjadi aspek penting dalam menjalani kehidupan yang seimbang dan bermakna. Untuk itu, Islam memberikan panduan penting terkait bagaimana mengelola emosi dengan bijak. 


Pertama, berwudhu. Ketika seseorang tengah marah, dalam salah satu hadits Rasulullah menganjurkan untuk berwudhu. Pasalnya, emosi yang tidak terkendali akan menimbulkan dampak yang buruk. Lebih dari itu, amarah akan menimbulkan dendam kusumat yang bisa berakibat fatal, seperti pembunuhan, kekerasan, dan ujungnya berurusan dengan pihak berwajib. 


Dalam sebuah riwayat yang bersumber dari Imam Ahmad dan Abu Daud, Nabi bersabda;


اِنَّ الْغَضَبَ مِنَ الشَّيْطَانِ وَالشَّيْطَانُ خُلِقَ مِنَ النَّارِ وَاِنَّمَا يَطْفَاُ بِالْمَاءِ النَّارُ. فَاِذَا غَضَبَ اَحَدُكُمْ فَالْيَتَوَضَاءْ


Artinya: “Sesungguhnya marah itu dari setan dan setan diciptakan dari api sementara api akan padam ketika terkena air. Maka jika diantara kalian ada yang marah maka berwudu’lah."


Kedua,  membaca taawwudz. Di tengah emosi yang tak terkendali seorang Muslim dianjurkan untuk mengucapka ‘adzubillahi minas syaithonir rojim. Ucapan ini sebagai upaya memohon pertolongan pada Allah, agar emosi yang hadir dalam hati bisa terkontrol, dan tidak menimbulkan dampak yang lebih besar lagi. 


Ini sebagaimana dalam hadits yang bersumber dari Imam At-Thabrani,


لَوْ يَقُوْل اَحَدُهُمْ اِذاَ غَضَبَ اَعُوْذُباللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ ذَهَبَ عَنْهُ غَيْظُهُ


Artinya; "Jika salah satu mereka sedang marah lalu mengucap auudzu billahi minasy syaitoonir rojiim maka hilanglah marahnya."


Ketiga, berdoa dan mengingat Allah. Ini adalah cara yang sangat penting dalam meredam emosi. Dalam Al-Qur'an, Allah berjanji bahwa orang-orang yang beriman dan hati mereka merasa tenang adalah mereka yang ingat kepada-Nya. Saat merasakan emosi yang kuat, mengingat Allah melalui dzikir, doa, dan membaca Al-Qur'an dapat membantu menenangkan pikiran dan hati.


يَقُوْلُ اللّٰهُ اِبْن اَدَمَ اُذْكُرْنِی حِيْنَ تَغْضَب اَذْكُرُكَ حِيْنَ اَغْضَب


Artinya; "Allah berfirman: “Wahai anak Adam, ingatlah kepada-Ku saat engkau marah, Aku akan mengingatmu saat Aku marah.


Keempat, mengendalikan diri. Mengendalikan diri merupakan keterampilan emosional yang penting untuk menjaga hubungan yang sehat dan produktif dengan orang lain. Hal ini bisa dilakukan dengan cara mengambil napas dalam. Ketika Anda merasa marah, hentikan diri sejenak dan ambil napas dalam-dalam. Menghirup dan menghembuskan napas dengan perlahan dapat membantu menenangkan sistem saraf. 


Dalam sebuah riwayat Bukhari Muslim, Rasulullah bersabda, tentang pentingnya mengendalikan diri saat marah. Pasalnya, orang melakukan yang demikian termasuk orang yang kuat. Nabi bersabda:


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ


Artinya; "Dari Abu Hurairah, semoga Allah meridhainya, bahwa Rasulullah saw bersabda: "Bukanlah orang yang kuat itu karena kekuatan fisik. Sesungguhnya yang kuat adalah orang yang dapat mengendalikan dirinya saat marah."


Kelima, membaca doa. Salah satu cara yang dianjurkan Islam untuk mengatasi marah adalah dengan berdoa. Dalam Islam, membaca doa saat marah tidak hanya memberikan jalan untuk mengungkapkan emosi, tetapi juga dapat membantu individu untuk mengendalikan diri, menemukan kedamaian, dan mempererat hubungan spiritualitas dengan Allah.


Adapun doa yang bisa dibaca ketika marah sebagaimana dijelaskan Rasulullah dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim;


كُنْتُ جَالِسًا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرَجُلاَنِ يَسْتَبَّانِ، فَأَحَدُهُمَا احْمَرَّ وَجْهُهُ، وَانْتَفَخَتْ أَوْدَاجُهُ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” إِنِّي لَأَعْلَمُ كَلِمَةً لَوْ قَالَهَا ذَهَبَ عَنْهُ مَا يَجِدُ، لَوْ قَالَ: أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ، ذَهَبَ عَنْهُ مَا يَجِدُ “


Artinya; "Aku sedang duduk bersama Nabi SAW dan dua orang sedang saling berbicara. Salah satu dari mereka memiliki wajah yang merah dan pipinya membengkak. Kemudian Nabi saw bersabda: 'Sesungguhnya aku mengetahui sebuah kalimat, jika dia mengucapkannya, semua kesulitan yang dia alami akan lenyap. Kalimat itu adalah: 'A'udhu billahi minash-shaitanir rajim (Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk).' Maka semua kesulitan yang dia alami akan lenyap.”


Zainuddin Lubis, Pegiatn Kajian Islam, Tinggal di Ciputat