Syariah

5 Hal yang Sunnah Dilakukan saat Wukuf di Arafah

Sen, 10 Juni 2024 | 11:00 WIB

5 Hal yang Sunnah Dilakukan saat Wukuf di Arafah

Ilustrasi tenda wukuf di Arafah. (Foto: NU Online/Mukafi Niam)

Wukuf di Arafah merupakan kegiatan berdiam diri di tanah Arafah yang dimulai sejak tergelincirnya matahari pada tanggal 9 Dzulhijjah sampai fajar hari raya Idul Adha tanggal 10 Dzulhijjah. Kegiatan wukuf di Arafah menjadi bagian dari rangkaian rukun haji yang harus dipenuhi oleh semua jamaah haji.

 

Syekh Ahmad Khatib Al-Syarbini dalam Al-Iqna’ berkata:

 

وَاجِب الْوُقُوف بِعَرَفَة حُضُوره بِجُزْء من أرْضهَا وَإِن كَانَ مارا فِي طلب آبق بِشَرْط كَونه محرما أَهلا لِلْعِبَادَةِ لَا مغمى عَلَيْهِ جَمِيع وَقت الْوُقُوف وَلَا بَأْس بِالنَّوْمِ وَوقت الْوُقُوف من وَقت زَوَال الشَّمْس يَوْم ‌عَرَفَة إِلَى فجر يَوْم النَّحْر 

 

Artinya: “Kewajiban wukuf di Arafah ialah menghadirkan diri pada bagian dari tanah Arafah, meski hanya lewat untuk mencari orang yang hilang dengan syarat merupakan orang yang sedang melaksanakan ihram, ahli dalam beribadah, tidak terkena epilepsi pada seluruh waktu wukuf, bahkan tidak mengapa jika dengan tidur. Adapun waktu wukuf dari tergelincirnya matahari pada hari Arafah hingga fajar hari raya Idul Adha.” (Al-Syarbini, Al-Iqna’ fi halli Alfadzi Abi Syuja’, [Beirut, Darul Fikr, tt], juz I, halaman 256).

 

Saat melaksanakan wukuf di Arafah,setidaknya ada 5 hal yang sunnah dilaksanakan oleh jamaah haji, sebagaimana berikut:

 

5 Sunnah saat Wukuf di Arafah

Pertama, melaksanakan wukuf hingga terbenam matahari dengan niat mengumpulkan antara dua waktu, yaitu siang dan malam. Hal ini dilakukan agar terhindar selisih dengan ulama yang mewajibkannya. Sebagaimana dijelaskan oleh Imam al-Bajuri dalam kitabnya berikut ini:

 

وقوله: (لحظة بعد زوال الشمس...) الخ, ويسن أن يقف إلى الغروب, ولو فارقها قبله ولم يعد إليها.. سن له دم, لفوات الجمع بين الليل والنهار, مع أنه يسن خروجا من خلاف من أوجبه, فإن عاد ولو ليلا.. لم يسن له الدم, لأنه أتى بما يسن له وهو الجمع بين الليل والنهار فى الموقف

 

Artinya: “Ucapan Musannif: (sesaat setelah tergelincirnya matahari...). Disunnahkan untuk melaksanakan wukuf hingga matahari terbenam. Apabila meninggalkan wukuf sebelum terbenamnya matahari dan tidak kembali untuk melaksanakannya lagi, disunnahkan baginya membayar dam, karena terlewatnya mengumpulkan antara waktu malam dan siang, serta ia (mengumpulkan dua waktu itu) juga disunnahkan karena agar keluar dari berselisih dengan ulama yang mewajibkannya. Apabila ia kembali, meski pada malam hari, tidak disunnahkan baginya membayar dam. Karena ia telah melaksanakan kesunnahan, yaitu mengumpulkan di antara malam dan siang pada tempat wukuf”. (Ibrahim Al-Bajuri, Hasyiyah al-Bajuri, [Jeddah, Darul Minhaj], juz II, halaman 493).

 

Kedua, memperbanyak membaca dzikir dan doa karena hari Arafah merupakan hari yang paling utama dalam setahun untuk berdoa. Sebagaimana dijelaskan oleh Imam Nawawi berikut:

 

قد قدمنا فى أذكار العيد حديث النبي صم: "خير الدعاء يوم عرفة, وخير ما قلت أنا والنبيون من قبلي: لا إله إلا الله وحده لا شريك له, له الملك وله الحمد, وهو على كل شيء قدير

 

فيستحب الإكثار من هذا الذكر والدعاء ويحتهد في ذلك, فهذا اليوم أفضل أيام السنة للدعاء, وهو معظم الحج ومقصوده والمعول عليه

 

Artinya: “Telah kami jelaskan dalam penjelasan terkait dzikir-dzikir i’d hadits Nabi Saw: Sebaik-baik do’a ialah doa hari Arafah, dan sebaik-baik doa yang aku dan nabi-nabi sebelum kubaca ialah:

 

  لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ, لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ, وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

 

Lâ ilaha illallâhu waḫdahu lâ syarîka lah, lahul mulku wa lahul ḫamdu wa huwa ‘ala kulli syai’in qadîr.

 

(Tidak ada Tuhan selain Allah, Maha Esa tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya kekuasaan dan pujian, Ia adalah Dzat berkuasa atas segala sesuatu)

 

Disunnahkan untuk memperbanyak dzikir ini dan berdoa serta bersungguh-sungguh di dalamnya. Hari Arafah ini adalah hari terbaik dalam setahun untuk berdoa, merupakan yang paling agung, tujuan serta inti dari haji”. (An-Nawawi, Al-Adzkar, [Jakarta, Darul Kutub Al-Islamiyah: 2004], cet 1, hal 280).

 

Hadits tersebut ialah hadits riwayat At-Turmudzi, dalam redaksi lain terdapat tambahan dari al-Bayhaqi yaitu:

 

اللَّهُمَّ اجْعَلْ فِيْ قَلْبِ نُوْرًا, وَفِي بَصَرِي نُوْرًا, اللَّهُمَّ اشْرَحْ لِي صَدْرِيْ وَيَسِّرْ لِيْ أَمْرِيْ

 

Allahummaj‘al fî qalbî nûran, wa fibasharî nûran, Allahummasy raḫlî shadrî wa yassir lî amrî

 

Artinya: “Ya Allah, jadikanlah dalam hatiku cahaya, dalam mataku cahaya. Ya Allah lapangkanlah dadaku dan permudahlah urusanku”.

 

Ketiga, memperbanyak membaca dzikir, berdoa, membaca Al-Qur’an, berdoa dengan berbagai macam doa dan berdzikir dengan berbagai macam dzikir. Berdoa untuk dirinya sendiri, kedua orang tua, kerabat, guru-gurunya, sahabat serta doa umum untuk seluruh umat Islam. Bersungguh-sungguh di dalamnya karena hari di mana ia bisa berada dalam kondisi tersebut akan sulit bahkan mungkin tidak bisa terulang. 

 

Keempat, disunnahkan untuk melirihkan suara ketika berdoa, memperbanyak membaca istighfar serta bertaubat dari segala kesalahan dengan keyakinan di dalam hati. Bersungguh-sungguh dan mengulang-ngulang doa serta tidak meminta untuk memperlambat dikabulkannya doa. Mengawali dan mengakhiri doa dengan membaca hamdalah, memuji Allah dan membaca shalawat kepada nabi Saw. Serta mengusahakan diri untuk melakukannya dalam keadaaan menghadap kiblat. (An-Nawawi, Al-Adzkar..., halaman 281).

 

Berikut adalah doa yang banyak dibaca oleh nabi Muhammad ketika wukuf di Arafah:

 

اللَّهُمَّ لَكَ الحمدُ كالذي نقولُ وخيراً مما نقولُ، اللَّهُمَّ لَكَ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيايَ ومماتي وإليك مآبي وَلَكَ رَبِّ تُرَاثي، اللَّهُمَّ إني أعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ القَبْرِ، وَوَسْوَسَةِ الصَّدْرِ، وَشَتاتِ الأمْرِ، اللَّهُمَّ إِني أعُوذُ بِكَ مِنْ شَرّ ما تجيءُ بهِ الرّيحُ

 

Allahumma lakal ḫamdu kalladzî naqûlu wa khairan mimmâ naqûl, Allahumma laka shalâtî wa nusukî wa maḫyâya wa mamâtî wa ilaika ma’âbî wa laka turâtsî, Allahumma innî a‘ûdzu bika min ‘adzâbil qabri wa waswasatis shadri, wa syatâtil amri, Allahumma innî a‘ûdzubika min syarri mâ taji’u bihir rîḫ.

 

Artinya: “Ya Allah, bagi-Mu segala puji sebagaimana yang aku ucapkan dan lebih baik dari yang aku ucapkan. Ya Allah, bagi-Mu shalatku, ibadahku, mati dan hidupku, dan hanya kepada-Mu lah aku kembali dan bagi-Mu wahai Tuhanku hartaku. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, was-was dalam hati, serta kegelisahan diri. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari keburukan yang dibawa oleh angin. (HR. Turmudzi 3520).

 

Kelima, disunnahkan juga memperbanyak membaca talbiyah di antara doa-doanya, membaca shalawat kepada Nabi Muhammad karena Arafah sendiri merupakan tempat yang agung, di mana orang-orang terpilih dari hamba-hamba Allah berkumpul di dalamnya dalam keadaan “mukhlisin”, yaitu memurnikan hati dalam beribadah kepada Allah. 

 

Itulah 5 hal yang sunnah dilakukan oleh jamaah haji saat melaksanakan ibadah wukuf di Arafah. Diharapkan dengan menunaikan amalan-amalan sunnah tersebut bisa menambah kualitas ibadah hajinya. Wallahu a’lam.

 

Alwi Jamalulel Ubab, Alumni Khas Kempek dan Mahad Aly Jakarta