Syariah

Makna Pernyataan Umar bin Khattab: Kamu Punya Uang, Kamu Punya Kuasa

Sen, 21 Agustus 2023 | 11:00 WIB

Makna Pernyataan Umar bin Khattab: Kamu Punya Uang, Kamu Punya Kuasa

Makna Pernyataan Umar bin Khattab: Kamu Punya Uang, Kamu Punya Kuasa. (Foto: NU Online/Freepik)

Dalam Kitab Jam’ul Jawami’ karya Imam Jalaluddin as-Suyuthi (wafat 911 H), dikisahkan suatu saat khalifah Umar bin Khattab berkeliling di Kota Makkah untuk melihat kondisi rakyatnya di sana. Namun di tengah-tengah perjalanan ia melihat orang yang berjalan dengan sombong sambil berkata bahwa dirinya anak orang terpandang di Makkah. Mendengar perkataan tersebut, akhirnya Umar berkata:


إِنْ يَكُنْ لَكَ دِيْنٌ فَلَكَ كَرَمٌ وَإِنْ يَكُنْ لَكَ عَقْلٌ فَلَكَ مُرُوْءَةٌ وَإِنْ يَكُنْ لَكَ مَالٌ فَلَكَ شَرَفٌ وَإِلَّا فَأَنْتَ وَالْحِمَارُ سَوَاءٌ


Artinya, “Jika kamu beragama (dengan sempurna) maka kamu memiliki kemuliaan. Jika kamu memiliki akal yang cerdas maka kamu memiliki kewibawaan. Jika kamu mempunyai uang, maka kamu punya kuasa. Dan jika tidak, maka kamu dengan keledai sama saja.” (Imam as-Suyuthi, Jam’ul Jawami’, [Beirut, Darul Kutub Ilmiah: tt], juz, XI halaman 392. 


Dalam kisah ini, khalifah Umar hendak menegaskan bahwa kemuliaan dan kewibawaan seseorang tidaklah diukur dengan keturunannya, namun dengan salah satu dari yang 3 hal tersebut. Pertama, kesempurnaan dalam menjalankan agama Islam, yaitu dengan menunaikan semua kewajiban dan menjauhi semua larangan yang ada di dalamnya.


Kedua, memiliki akal yang cerdas. Orang yang cerdas akalnya akan menjadi manusia yang berwibawa, karena semua ucapan dan tindakannya akan dipikirkan terlebih dahulu dengan benar. Dan akal yang cerdas merupakan pemberian terbaik dari Allah kepada hamba-Nya.


Ketiga, kewibawaan seseorang adalah dengan memiliki uang, sebagaimana slogan yang saat ini viral yakni: “Kamu Punya Uang, Kamu Punya Kuasa”. Slogan ini pada hakikatnya sudah diprediksi oleh Rasulullah saw sejak zaman dahulu. Dalam salah satu haditsnya, nabi menegaskan bahwa nilai agama dan dunia setiap orang pada akhir zaman adalah dengan uang. Orang yang memiliki uang banyak akan terlihat berwibawa dan dianggap mulia, begitu juga sebaliknya.


إِذَا كَانَ أَخِرُ الزَّمَانِ كَانَ قِوَامُ دِيْنِ النَّاسِ وَدُنْيَاهُمْ الدِّرْاهَمُ وَالدَّنَانِيْرُ


Artinya, “Ketika akhir zaman sudah tiba, maka ukuran agama dunia manusia adalah dirham dan dinar.” (HR at-Thabrani).


Berdasarkan hadits tersebut, Syekh Abdurrauf al-Munawi (wafat 1031 H) dalam kitabnya menegaskan bahwa sudah seharusnya semua umat Islam memiliki uang yang banyak ketika zaman ini telah datang, dengan tujuan untuk memperjuangkan dan menegakkan agamanya. Memperbanyak harta pada zaman ini bukanlah sesuatu yang cacat, bukan pula sesuatu yang terlarang, bahkan keharusan demi menjaga agamanya agar tidak direndahkan.


إذا كان في آخر الزمان لابد للناس فيها من الدراهم والدنانير يقيم الرجل بها دينه ودنياه


Artinya, “Jika akhir zaman telah tiba, maka seharusnya manusia memiliki banyak dirham dan dinar yang digunakan untuk menegakkan agama dan urusan dunianya.” (Syekh al-Munawi, Faidhul Qadir Syarh Jami’is Shagir, [Beirut, Darul Kutub Ilmiah: 1994], juz I, halaman 545).


Lebih lanjut, Syekh Abdurrauf al-Munawi juga menjelaskan bahwa senang dan cinta pada harta di zaman ini bukanlah sesuatu yang tercela jika tujuannya benar-benar karena cinta pada agamanya. Bahkan ini termasuk sesuatu yang terpuji, karena ada banyak sekali ibadah dan kewajiban dalam Islam yang tolok ukurnya dengan uang, seperti haji misalnya, tanpa adanya uang maka tidak bisa menunaikan rukun Islam yang kelima tersebut.


Begitu juga ibadah yang lain tidak akan berjalan dengan sempurna jika tidak ada uang. Seperti shalat, salah satu syaratnya adalah harus menutup aurat, dan untuk menutup aurat harus memiliki baju, dan untuk memilikinya harus membeli terlebih dahulu, dan untuk membeli harus punya uang.


Dari beberapa penjelasan ini, dapat disimpulkan bahwa uang memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia, tidak heran jika slogan “kamu punya uang, kamu punya kuasa” menjadi sangat viral akhir-akhir ini, karena memang kebutuhan setiap orang pada uang melebih kebutuhannya pada yang lain.


Namun demikian, slogan itu pada hakikatnya bukanlah kata-kata baru yang muncul dan hanya diparodikan di media sosial akhir-akhir ini. Justru orang pertama yang menciptakan kata tersebut adalah sahabat Sayyidina Umar bin Khattab sebagaimana kisah yang telah dipaparkan. Wallahu a’lam.


Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur.