Tafsir

Pengantar Tafsir Surat An-Nashr, Isyarat Penaklukan Kota Makkah dan Kewafatan Rasulullah

Sen, 25 Maret 2024 | 05:00 WIB

Pengantar Tafsir Surat An-Nashr, Isyarat Penaklukan Kota Makkah dan Kewafatan Rasulullah

Ilustrasi pengantar tafsir surat An-Nashr, isyarat penaklukan kota Makkah dan Kewafatan Rasulullah. (via bitterwinter.org)

Spesifikasi Surat An-Nashr

Surat ini mempunyai banyak nama, yakni Idza Jaa Nashrullah berdasarkan bunyi awal surat; surat At-Taudi' atau perpisahan karena surat mengandung isyarat wafatnya Rasulullah; dan yang paling terkenal adalah surat An-Nashr. Surat ini diturunkan di Madinah tanpa ada perbedaan pendapat di kalangan ulama. An-Nashr dianggap sebagai surat yang terakhir diturunkan. Surat ini terdiri dari tiga ayat, 17 kalimat dan 77 huruf. 

Kandungan utama surat adalah mengisyaratkan penaklukan kota Makkah, kemenangan Nabi saw atas orang-orang musyrik, tersebarnya Islam ke seluruh jazirah Arab, kerugian syirik dan kaum paganisme atau penyembah berhala, kabar dekatnya ajal Nabi saw, serta perintah Allah untuk bertasbih, bertahmid dan beristighfar kepada-Nya. 

 

Munasabah Surat An-Nashr

Korelasi surat ini dengan surat sebelumnya adalah bahwa di akhir surat sebelumnya, surat Al-Kafirun, Allah swt memberitahukan perbedaan agama Islam yang dibawa oleh Rasul dengan agama kaum kafir.
 

Di surat ini Allah memberitahukan bahwa agama mereka akan kalah dan punah, sedangkan agama Nabi saw akan menang. Saat kemenangan tiba, agama Nabi saw akan menjadi agama yang dipeluk oleh kebanyakan manusia.
 

Hal itu menjelaskan karunia Allah kepada Nabi saw dengan memberikannya kemenangan, tersebarnya agama Islam dan berbondong-bondongnya manusia memeluk agama Allah.
 

Selain itu juga mengisyarakatkan bahwa ajal Rasulullah saw akan segera datang. (Wahbah bin Musthafa Az-Zuhaili, At-Tafsirul Munir, [Damaskus, Darul Fikr: 1418 H], juz XXX, halaman 445).

 

Sababun Nuzul Surat An-Nashr

Imam Al-Bukhari dalam kitabnya, Shahihul Bukhari, menyebutkan hadits dari Ibnu Abbas terkait sababun nuzul surat:
 

كَانَ عُمَرُ يُدْخِلُنِي مَعَ أَشْيَاخِ بَدْرٍ، فَكَأَنَّ بَعْضَهُمْ وَجَدَ فِي نَفْسِهِ، فَقَالَ: لِمَ تُدْخِلُ هَذَا مَعَنَا، وَلَنَا أَبْنَاءٌ مِثْلُهُ؟ فَقَالَ عُمَرُ: إِنَّهُ مَنْ حَيْثُ عَلِمْتُمْ، فَدَعَا ذَاتَ يَوْمٍ فَأَدْخَلَهُ مَعَهُمْ، فَمَا رُئِيتُ أَنَّهُ دَعَانِي يَوْمَئِذٍ إِلَّا لِيُرِيَهُمْ، قَالَ: مَا تَقُولُونَ فِي قَوْلِ اللهِ تَعَالَى: ﴿إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللهِ وَالْفَتْحُ﴾. فَقَالَ بَعْضُهُمْ: أُمِرْنَا نَحْمَدُ اللهَ وَنَسْتَغْفِرُهُ إِذَا نُصِرْنَا وَفُتِحَ عَلَيْنَا، وَسَكَتَ بَعْضُهُمْ فَلَمْ يَقُلْ شَيْئًا، فَقَالَ لِي: أَكَذَاكَ تَقُولُ يَا ابْنَ عَبَّاسٍ؟ فَقُلْتُ: لَا، قَالَ: فَمَا نَقُولُ؟ قُلْتُ: هُوَ أَجَلُ رَسُولِ اللهِ ﷺ أَعْلَمَهُ لَهُ، قَالَ: ﴿إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللهِ وَالْفَتْحُ﴾. وَذَلِكَ عَلَامَةُ أَجَلِكَ، ﴿فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا﴾ فَقَالَ عُمَرُ: مَا أَعْلَمُ مِنْهَا إِلَّا مَا تَقُولُ
 

Artinya, "Umar pernah mengajakku masuk ke dalam majelis bersama pahlawan perang Badar, sehingga sebagian sahabat bertanya "Mengapa anak kecil ini kau ikut sertakan, kami juga punya anak kecil seperti dia?" 
 

Umar menjawab: "Kalian maklum, anak ini punya "kualitas" tersendiri." 
 

Suatu hari Umar mengundang mereka dan mengajakku bersama mereka. Menurutku, Umar tidak mengajakku saat itu selain untuk mempertontonkan kepada mereka kualitas keilmuanku. 
 

Lantas Umar bertanya: "Bagaimana komentar kalian tentang ayat 'Idza Jaa Nashrullahi wal Fath'?.

Sebagian sahabat berkomentar, "Tentang ayat ini, setahu kami, kita diperintahkan agar memuji Allah dan meminta ampunan kepada-Nya, tepatnya ketika kita diberi pertolongan dan diberi kemenangan."
 

Sebagian lagi berkomentar, "Kalau kami tidak tahu." Atau bahkan tidak berkomentar sama sekali.
 

Lantas Umar bertanya kepadaku: "Wahai Ibnu Abbas, beginikah kamu berkomentar mengenai ayat tadi? "Tidak", jawabku."Lalu komentarmu?" tanya Umar.
 

Ibnu Abbas menjawab, "Surat tersebut pertanda wafat Rasulullah saw sudah dekat, Allah memberitahunya dengan ayatnya, "Jika telah datang pertolongan Allah dan kemenangan', itu berarti penaklukan Makkah dan itulah tanda ajalmu (Muhammad). Karenanya "Bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampunan, sesungguhnya Dia Maha Menerima tobat." Kata Umar: "Aku tidak tahu penafsiran ayat tersebut selain seperti yang kamu katakan." (HR Al-Bukhari). 

 

Selain riwayat di atas, Imam As-Suyuti dalam kitabnya, Lubabun Nuqul, juga menyebutkan sababun nuzul surat ini:
 

أخرج عبد الرزاق في مصنفه عن معمر عن الزهري قال: لما دخل رسول الله صلى الله عليه وسلم مكة عام الفتح بعث خالد بن الوليد، فقاتل بمن معه صفوف قريش بأسفل مكة حتى هزمهم الله. ثم أمر بالسلاح فرفع عنهم فدخلوا في الدين. فأنزل الله إذا جاء نصر الله والفتح حتى ختمها
 

Artinya, "Abburrazzaq dalam kitabnya meriwayatkan dari Ma'mar dari Az-Zuhri, ia berkata: "Saat Rasulullah masuk kota Makkah pada tahun peristiwa Fathu Makkah, beliau mengutus Khalid bin Al-Walid. Kemudian ia dengan orang-orang yang bersamanya memerangi barisan tentara Qurays di dataran rendah kota Makkah hingga Allah menaklukkan mereka.
 

Kemudian ia diperintah untuk memerangi dengan pedang, lalu mereka dibebaskan, dan kemudian mereka masuk agama Islam. Kemudian Allah menurunkan Idza Jaa Nashrullahi wal Fath sampai akhir surat." (Jalaluddin As-Suyuti, Lubabun Nuqul, [Bairut, Darul Kutub Ilmiyah: t.t], halaman 218). 

 

Keutamaan Surat An-Nashr

Keutamaan membaca surat ini disebutkan oleh Al-Baidlawi dalam tafsirnya, sebagai berikut: 
 

وعنه عليه الصلاة والسلام: من قرأ سورة إِذا جاءَ أعطي من الأجر كمن شهد مع محمد عليه الصلاة والسلام يوم فتح مكة شرفها الله تعالى
 

Artinya "Diriwayatkan dari Nabi saw, barang siapa membaca surat 'Idza Jaa' maka ia diberi pahala seperti pahalanya orang yang mati syahid bersama Nabi Muhammad saw pada hari Fathu Makkah. Semoga Allah memuliakan kota Makkah." (Nasiruddin As-Syirazi Al-Baidhawi, Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta'wil, [Beirut, Darul Ihya': 1418 H], juz VI, halaman 344). Wallahu a'lam bisshawab.

 

Ustadz Muhamad Hanif Rahman, Dosen Ma'had Aly Al-Iman Bulus dan Pengurus LBM NU Purworejo