Tafsir

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 42

Rab, 6 Januari 2021 | 02:15 WIB

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 42

Kebatilan pada Surat Al-Baqarah ayat 42 adalah keterangan dusta yang mereka ada-adakan. Sementara kebenaran yang mereka sembunyikan adalah sifat Nabi Muhammad SAW.

Berikut ini adalah teks, transliterasi, terjemahan, dan kutipan sejumlah tafsir ulama atas Surat Al-Baqarah ayat 42:


وَلَا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ


Wa lā talbisul haqqa bil bāthili wa taktumul haqqa wa antum ta‘lamūna.


Artinya, “Jangan kalian mencampur kebenaran dengan kebatilan. Jangan juga kalian menyembunyikan kebenaran. Padahal kalian menyadarinya,” (Surat Al-Baqarah ayat 42).


Ragam Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 42

Imam Jalaluddin dalam Kitab Tafsirul Jalalain mengatakan, kata “al-haqq” atau kebenaran pada Surat Al-Baqarah ayat 42 adalah kitab suci yang diturunkan kepada Ahli Kitab. Sedangkan kebatilan pada Surat Al-Baqarah ayat 42 adalah keterangan dusta yang mereka ada-adakan. Sementara kebenaran yang mereka sembunyikan adalah sifat Nabi Muhammad SAW.


“Jangan kalian sembunyikan” sifat Muhammad SAW. “Padahal kalian menyadarinya” bahwa itu adalah sesuatu yang hak, tulis Imam Jalaluddin.


Imam Al-Baidhawi dalam Kitab Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta’wil mengatakan, kata “talbisū” atau mencampur adalah tindakan membuat sesuatu menjadi mirip dengan yang lain. Dengan demikian, makna Surat Al-Baqarah ayat 42 adalah, “Jangan kalian mencampur kebenaran yang diturunkan kepada kalian dengan kebatilan yang kalian rekayasa dan menyembunyikan kebenaran tersebut sehingga keduanya tidak dapat dibedakan.”


Makna alternatif Surat Al-Baqarah ayat 42, kata Imam Al-Baidhawi, “Jangan kalian membuat sebuah kebenaran menjadi samar karena bercampur dengan kebatilan yang kalian tulis di sela-selanya atau kalian sebutkan dalam ta’wilnya.”


“Padahal kalian menyadarinya” bahwa kalian menyamarkan dan menyembunyikan kebenaran. Tindakan demikian itu, kata Imam Al-Baidhawi, lebih buruk karena kesalahan orang yang tidak tahu masih dapat dimaklumi.


Imam Al-Baghowi dalam karya tafsirnya Kitab Ma‘alimut Tanzil fit Tafsir wat Ta’wil mengutip sebagian ahli tafsir yang mengatakan, “Jangan kalian campur agama Islam dengan ajaran Yahudi dan Nasrani.” Imam Muqatil mengatakan, Yahudi mengakui sekaligus menyembunyikan sebagian sifat Nabi Muhammad SAW agar mereka dapat dibenarkan dalam hal ini.


Ia mengatakan, “Jangan kalian mencampur kebenaran yang kalian akui dengan kebatilan yang kalian sembunyikan.” Kebenaran yang dimaksud adalah penjelasan mereka atas sebagian sifat Nabi Muhammad SAW. Sedangkan kebatilan adalah tindakan penyembunyian mereka atas sifat Nabi Muhammad SAW lainnya.


Surat Al-Baqarah ayat 42, kata Imam Al-Baghowi, berpesan kepada Ahli Kitab, “Jangan kalian menyembunyikan sifat Nabi Muhammad SAW. Padahal kalian mengetahui bahwa Muhammad adalah nabi utusan Allah.”


Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengutip Abul Aliyah, Surat Al-Baqarah ayat 42 berpesan kepada Ahli Kitab agar tidak mencampur yang hak dengan yang batil dan meminta mereka untuk menyampaikan nasihat yang benar kepada hamba-hamba Allah yang menjadi umat Muhammad SAW.


Imam Qatadah, kutip Ibnu Katsir, mengatakan, Surat Al-Baqarah ayat 42 berpesan kepada Ahli Kitab untuk tidak mencampur ajaran Yahudi dan Nasrani dengan ajaran Islam. Agama Allah adalah Islam. Sedangkan Yahudi dan Nasrani adalah bid’ah yang tidak berasal dari Allah.


Muhammad bin Ishaq, kutip Ibnu Katsir, meriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, Surat Al-Baqarah ayat 42 berpesan, “Jangan kalian menyembunyikan pengetahuan perihal utusan-Ku dan kabar yang dibawa olehnya yang ada pada kalian. Sedangkan kalian menemukan pengetahuan itu tercatat pada kitab-kitab suci yang ada di tangan kalian.”


Imam Mujahid, As-Suddi, Qatadah, dan Rabi’ bin Anas, mengatakan, kebenaran yang disembunyikan oleh Ahli Kitab Madinah pada Surat Al-Baqarah ayat 42 ini adalah (sifat-sifat nabi akhir zaman yang dijanjikan) Nabi Muhammad SAW.


Ibnu Katsir menyebutkan makna alternatif atas akhir Surat Al-Baqarah ayat 42. “Padahal kalian menyadari” mudharat besar bagi manusia atas tindakan penyesatan mereka dari petunjuk, sebuah tindakan yang dapat mengantarkan mereka ke neraka hingga mereka menempuh jalan sesat yang kalian nyatakan yang telah bercampur baur dengan kebenaran. Wallahu a’lam. (Alhafiz Kurniawan)