Tafsir

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 50

Rab, 20 Januari 2021 | 03:15 WIB

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 50

Pembelahan laut merupakan mukjizat Nabi Musa AS sebagaimana mukjizat para nabi yang Allah perlihatkan di tangan mereka agar masyarakat mempercayai mereka.

Berikut ini adalah teks, transliterasi, terjemahan, dan kutipan sejumlah tafsir ulama atas Surat Al-Baqarah ayat 50:


وَإِذْ فَرَقْنَا بِكُمُ الْبَحْرَ فَأَنْجَيْنَاكُمْ وَأَغْرَقْنَا آلَ فِرْعَوْنَ وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ


Wa idz faraqnā bi kumul bahra fa anjaynākum wa aghraqnā āla Fir‘awna wa antum tanzhurūna.


Artinya, “Ingatlah ketika Kami membelah laut untuk kalian sehingga Kami dapat menggelamkan pengikut Fir’aun. Kalian juga menyaksikan,” (Surat Al-Baqarah ayat 50).

Ragam Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 50


Syekh Wahbah Az-Zuhayli dalam Kitab Tafsir Al-Munir mengatakan, Surat Al-Baqarah ayat 50 mengisahkan penyeberangan Bani Israil dengan selamat di Laut Merah setelah disiapkan jalan kering yang mereka lalui dan penenggelaman Fir‘aun beserta pengikutnya.


Pembelahan laut merupakan mukjizat Nabi Musa AS sebagaimana mukjizat para nabi yang Allah perlihatkan di tangan mereka agar masyarakat mempercayai mereka.


Mukjizat itu merupakan sunnatullah di alam raya yang diciptakan oleh Allah kapan saja dikehendaki di tangan hamba-hamba pilihan-Nya. Sedangkan Fir’aun dan pasukannya yang mengejar Bani Israil-ketika berada di tengah laut- ditimpakan air oleh Allah sehingga mereka semua tenggelam.


Imam Jalaluddin dalam Kitab Tafsirul Jalalain mengatakan, Surat Al-Baqarah ayat 50 mengisahkan Bani Israil yang berlari memasuki jalan di tengah laut dari kejaran musuh mereka. Allah menyelamatkan mereka dan menenggelamkan Fir’aun berikut pasukannya. Mereka menyaksikan air laut menggulung Fir’aun dan pasukannya.


Imam Al-Baidhawi dalam Kitab Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta’wil mengatakan, Surat Al-Baqarah ayat 50 mengisahkan pembelahan laut sehingga terbuka banyak jalan yang dapat dilalui Bani Israil dari kejaran Fir’aun.


Bani Israil juga menyaksikan penenggelaman Fir’aun, ombak menggulung, pembelahan laut dengan jalan lintasan mengering, jenazah Fir’aun berikut pasukannya yang dimuntahkan laut ke bibir pantai setelah itu, atau mereka saling melihat satu sama lain saat menyeberang laut.


Sebuah riwayat menyebutkan, Allah memerintahkan Nabi Musa AS untuk membawa lari Bani Israil keluar dari Mesir. Fir’aun dan pasukannya mengejar mereka pada pagi hari. Mereka menemukan Bani Israil terpojok di tepi laut.


Allah kemudian memerintahkan Nabi Musa AS untuk memukulkan tongkatnya ke laut. Setelah Nabi Musa AS memukulkan tongkatnya, tampaklah 12 jalan (sesuai jumlah keluarga besar Bani Israil) kering yang dapat mereka lewati.


Mereka berkata, “Hai Musa, kami khawatir sebagian kami tenggelam tanpa sepengathuan kami.” Allah kemudian membuat lubang pada dinding sejenis jendela sehingga selama perjalanan menyeberang mereka dapat saling melihat dan mendengar.


Tiba di tepi pantai, Fir’aun dan pasukannya menemukan laut dalam kondisi terbelah berbentuk jalan lintasan. Tanpa berpikir panjang Fir’aun dan pasukannya masuk mengejar Bani Israil melalui jalan yang telah dilewati. Allah kemudian menimpakan air kepada mereka dan menenggelamkan mereka semua. Peristiwa ini merupakan nikmat besar Allah bagi Bani Israil, salah tanda keberadaan Allah, dan pembuktian kebenaran risalah Nabi Musa AS.


Imam Al-Baghowi dalam Kitab Ma’alimut Tanzil fit Tafsir wat Ta’wil mengatakan, pada malam pelarian Nabi Musa AS meminta Bani Israil untuk menghidupkan lampu-lampu rumah hingga subuh.


Riwayat menyebutkan bilangan berbeda terkait Bani Israil yang meninggalkan Mesir. Sahabat Ibnu Mas’ud mengatakan, rombongan Bani Israil yang mengikuti Nabi Musa AS berjumlah 670.000 orang. Amr bin Maimun menyebut 600.000 orang Bani Israil.


Peristiwa ini diceritakan lebih detail pada Surat As-Syu’ara. Konon Bani Israil mengalami kebingungan dan kekecewaan terkait keselamatan mereka ketika tiba di tepi pantai sementara Fir’aun dan pasukannya semakin mendekat. Mereka bahkan sempat melontarkan kekecewaannya kepada Nabi Musa AS karena terdesak laut dan diapit pasukan Fir’aun.


Jalan laut yang mereka lalui konon berjarak 4 farsakh (± 8 km atau 3.5 mil). Jalan laut itu menghubungkan laut Qulzum di satu sudut dan laut Faris di bibir pantai lainnya. sedangkan Qatadah mengatakan, peristiwa itu terjadi di sebuah laut di belakang Mesir bernama laut Isaf.


Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan, peristiwa penyeberangan laut ini terjadi pada hari Asyura sebagaimana keterangan sejumlah riwayat hadits Nabi Muhammad SAW. Wallahu a’lam. (Alhafiz Kurniawan)