Tafsir

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 189: Fungsi Bulan sebagai Penanda Waktu dalam Islam

Kam, 30 Maret 2023 | 05:00 WIB

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 189: Fungsi Bulan sebagai Penanda Waktu dalam Islam

Ilustrasi: Kitab tafsir (via bitterwinter.org).

Berikut ini adalah teks, transliterasi, terjemahan, sababun nuzul dan kutipan sejumlah tafsir ulama atas surat Al-Baqarah ayat 189:
 

يَسـَٔلُوْنَكَ عَنِ الْاَهِلَّةِۗ قُلْ هِيَ مَوَاقِيْتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّۗ وَلَيْسَ الْبِرُّ بِاَنْ تَأْتُوا الْبُيُوْتَ مِنْ ظُهُوْرِهَا وَلٰكِنَّ الْبِرَّ مَنِ اتَّقٰىۚ وَأْتُوا الْبُيُوْتَ مِنْ اَبْوَابِهَاۖ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
 

Yas'alūnaka ‘anil-ahillah, qul hiya mawāqītu lin-nāsi wal-ḫajj, wa laisal-birru bi'an ta'tul-buyūta min dhuhūrihā wa lākinnal-birra manittaqā, wa'tul-buyūta min abwābihā wattaqullāha la‘allakum tufliḫūn. 
 

Artinya: “Mereka bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang bulan sabit. Katakanlah, “Itu adalah (penunjuk) waktu bagi manusia dan (ibadah) haji.” Bukanlah suatu kebajikan memasuki rumah dari belakangnya, tetapi kebajikan itu adalah (kebajikan) orang yang bertakwa. Masukilah rumah-rumah dari pintu-pintunya, dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.”
 

 

Sabab Nuzul Surat Al-Baqarah Ayat 189

Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan beberapa riwayat terkait sababun nuzul surat Al-Baqarah ayat 189, berikut di antara riwayatnya:
 

قال العوفى عن ابن عباس: سأل الناس رسول الله صم عن الأهلة. فنزلت هذه الأية (يَسـَٔلُوْنَكَ عَنِ الْاَهِلَّةِۗ قُلْ هِيَ مَوَاقِيْتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّۗ) يعلمون بها حل دينهم وعدة نسائهم ووقت حجهم
 

Artinya: “Al-Aufa berkata dari Ibnu Abbas: “Orang-orang bertanya kepada Rasulullah saw terkait hilal (bulan). Kemudian turunlah ayat (yas'alūnaka ‘anil-ahillah, qul hiya mawāqītu lin-nāsi wal-ḫajj). Dengan bulan mereka mengetahui tempo hutang yang harus dibayarkan mereka, masa idah istri mereka dan waktu haji mereka.”
 

قال البخاري: حدثنا عبيد الله بن موسى عن إسرائيل عن أبي إسحاق عن البراء قال: كانوا إذا أحرموا فى الجاهلية أتوا البيت من ظهره, فأنزل الله (وَلَيْسَ الْبِرُّ بِاَنْ تَأْتُوا الْبُيُوْتَ مِنْ ظُهُوْرِهَا وَلٰكِنَّ الْبِرَّ مَنِ اتَّقٰىۚ وَأْتُوا الْبُيُوْتَ مِنْ اَبْوَابِهَاۖ). وكذا رواه أبو داود الطيالسي عن شعبة عن أبي إسحاق عن البراء, قال: كانت الأنصار إذا قدموا من سفر لم يدخل الرجل من قبل بابه, فنزلت هذه الأية
 

Artinya: “Imam Al-Bukhari berkata: “Menceritakan kepada kami Ubaidillah bin Musa dari Israil dari Abi Ishaq dari Al-Barra’ berkata: “Dulu ketika orang-orang melaksanakan ihram pada masa Jahiliyah mereka akan mendatangi rumah mereka dari bagian belakangnya. Kemudian Allah menurunkan (wa laisal-birru bi'an ta'tul-buyūta min dhuhūrihā wa lākinnal-birra manittaqā, wa'tul-buyūta min abwābihā). 
 

Begitu juga Abu Dawud At-Thayalisi meriwayatkan dari Syu’bah dari Abi Ishaq dari Al-Barra’, berkata: “Dulu ketika sahabat Anshar datang dari bepergian, mereka tidak memasuki rumah dari arah pintunya, kemudian turunlah ayat ini.” ((Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’anil Azhim, [Riyadh, Dar Thayyibah linnasyri wa Tauzi’: 1999 M/ 1420 H], juz I, halaman 522).
 

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa ketika sahabat Anshar melakukan haji dan umrah, mereka menginginkan tidak ada penghalang di antara mereka dan langit. Karenanya mereka memasuki rumah mereka dari bagian belakang melalui lubang tang mereka buat. (Abu Hayyan Al-Andalusi, Al-Bahrul Muhith, juz II, halaman 237). 
 

 

Ragam Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 189

Ayat ini menjelaskan fungsi dan faidah dari adanya bulan sebagai penanda waktu dalam Islam dalam pelaksanaan ibadah umat Islam, hakikat kebaikan yang merupakan milik orang-orang yang bertakwa, juga perintah (sebagai tata krama) untuk memasuki rumah lewat pintunya.
Dalam Islam, sebagaimana yang maklum diketahui, bulan juga menjadi salah satu penanda waktu untuk menjalankan aktifitas.
 

Syekh Nawawi Banten dalam tafsirnya menjelaskan fungsi dari keberadaan bulan sebagai penanda waktu dalam Islam:
 

 هي علامات لأغراض الناس الدينية والدنيوية وللحج كعدة نسائهم وأيام حيضهن ومدة حملهن وصيامهم وإفطارهم وقضاء دينهم وأوقات زرعهم ومتاجرهم ودخول وقت الحج وخروجه
 

Artinya: “Bulan adalah penanda bagi bagi setiap kegiatan umat manusia baik kegiatan agama maupun dunia, juga penanda bagi haji. Ia juga penanda bagi waktu idah perempuan, menstruasi, waktu kehamilan, puasa, berbuka puasa, melunasi hutang, waktu menanam, berdagang, masuk dan keluar haji. (Muhammad Nawawi Al-Jawi, At-Tafsirul Munir li Ma’alimt Tanzil, [Beirut, Darul Fikr], juz II, halaman 44).
 

 

Islam Datang Mengubah Tradisi yang Kurang Baik

Dulu, ketika masyarakat Jahiliyah melaksanakan ihram dan hendak kembali ke rumah, mereka enggan memasuki rumah mereka melalui pintu. Mereka masuk melalui bagian belakang rumah atau loteng rumah. Hal demikian mereka lakukan agar tidak ada penghalang antara mereka dan langit dan mereka menganggap hal tersebut adalah hal baik.
 

Kemudian Islam datang mengubah tradisi tersebut dengan menjelaskan bahwa kebaikan ialah milik orang-orang yang bertakwa, bukan milik orang-orang yang memasuki rumah mereka dari bagian belakang (meski dalam keadaan ihram). 
 

Syekh Nawawi menjelaskan:
 

“Kebaikan bukanlah milik orang-orang yang memasuki rumah mereka dari bagian belakang dalam keadaan ihram. Melainkan milik orang yang bertakwa dengan menjauhi larangan-larangan-Nya seperti berburu dalam keadaan ihram. Bertawakkalah kepada Allah Ta’ala dengan melakukan semua perintah-Nya. Masukilah rumah-rumah kalian melalui pintu-pintunya dalam keadaan ihram sama seperti keadaan lainnya.” (Al-Jawi, I/45). 

 

Ustadz Alwi Jamalulel Ubab, Alumni Pesantren KHAS Kempek Cirebon dan Mahasantri Ma'had Aly Saidussidiqiyah Jakarta.