Tafsir

Tafsir Surat An-Nisa Ayat 31: Jauhi Dosa Besar Agar Masuk Surga

Rab, 22 Maret 2023 | 08:30 WIB

Tafsir Surat An-Nisa Ayat 31: Jauhi Dosa Besar Agar Masuk Surga

Dosa (Ilustrasi: NU Online)

Ayat 31 surat An-Nisa' memuat penjelasan tentang dosa kecil akan diampuni dengan syarat meninggalkan dosa besar. Selain itu juga menjelaskan bahwa meninggalkan dosa besar menjadi sebab orang masuk surga. 


Allah berfirman:


إِن تَجْتَنِبُوا۟ كَبَآئِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنكُمْ سَيِّـَٔاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُم مُّدْخَلًا كَرِيمًا


In tajtanibū kabā`ira mā tunhawna 'anhu nukaffir 'ankum sayyi`ātikum wa nudkhilkum mudkhalan karīman.


Artinya, "Jika kalian menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahan kalian (dosa-dosa kalian yang kecil) dan Kami masukkan kalian ke tempat yang mulia (surga)."


Ragam Tafsir Surat An-Nisa' Ayat 31

Maksud dosa-dosa besar dalam ayat merujuk penjelasan Imam Ahmad As-Shawi adalah dosa-dosa yang ada ancaman siksa atau ada hukuman hadnya. 


Hampir sama, Syekh Wahbah Az-Zuhaili mendefinisikan dosa besar adalah maksiat yang disertai dengan ancaman (siksa) yang sangat tegas atau disertai hukuman had. 


Terkait jumlah dosa besar ini ulama berbeda pendapat. Ada yang mengatakan jumlahnya 7, seperti dalam riwayat berikut:


عن أبي هريرة رضي الله عنه، عن النبي صلى الله عليه وسلم قال‏:‏ ‏"‏اجتنبوا السبع الموبقات‏".‏ قالوا‏:‏ يا رسول الله وما هن‏؟‏ قال‏:‏ ‏"‏الشرك بالله، والسحر وقتل النفس التي حرم الله إلا بالحق، وأكل الربا، وأكل مال اليتيم، والتولي يوم الزحف، وقذف المحصنات المؤمنات الغافلات‏"‏. ‏‏متفق عليه


Artinya, "Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, dari Nabi Muhammad saw, ia bersabda: 'Jauhilah tujuh dosa yang menghancurkan.' Para sahabat bertanya: 'Wahai Rasulullah, apa saja itu?' Rasulullah saw bersabda: 'Yaitu (1) menyekutukan Allah, (2) sihir, (3) membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan kebenaran, (4) memakan riba, (5) memakan harta anak yatim, (6) melarikan diri saat peperangan, (7) menuduh zina terhadap para wanita beriman yang sedang lalai.' (Muttafaqun 'Alaih).


Selain itu, ada pula riwayat yang memasukkan dosa durhaka terhadap kedua orang tua dan memberi kesaksian palsu termasuk dosa besar. 


Syekh Wahbah menjelaskan, adanya riwayat yang bermacam-macam tentang dosa besar itu karena Nabi Muhammad saw menjelaskannya sesuai situasi dan kondisi yang dihadapi, sehingga penyebutan jumlahnya ada 7 atau perbedaan macam dosa besar yang disebutkan Nabi Muhammad saw dalam berbagai riwayat hadits bukan bermaksud membatasi.


Karenanya, dalam hal ini ada ulama yang berpendapat, jumlah dosa besar ada 9; ada yang berpendapat jumlahnya 10; dan ada yang berpendapat jumlahnya lebih banyak lagi.


Abdurrazzaq meriwayatkan dari Ibnu Abbas saat ia ditanya tentang jumlah dosa besar, "Apakah dosa besar itu 7?". Lalu Ibnu Abbas menjawab:


هي إلى السبعين أقرب


Artinya, "Jumlah dosa besar mencapai 70 dosa itu lebih dekat pada kebenaran." 


Sementara Sa'id bin Jubair meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa ia berkata:


إلي السبع المئة أقرب


Artinya, "Jumlah dosa besar mencapai sekitar 700 itu lebih dekat pada kebenaran." (Wahbah Az-Zuhaili, Tafsirul Munir, [Damaskus, Darul Fikr: 2009], juz V, halaman 40-41).


Merujuk penjelasan Imam As-Shawi, pendapat yang mengatakan jumlah dosa besar mencapai sekitar 700 dosa seperti pendapat yang diriwayatkan oleh Sa'id bin Jubair dari Ibnu Abbas ra adalah pendapat yang mendekati kebenaran.


Imam As-Suyuthi mencontohkan dosa besar itu seperti membunuh, zina dan mencuri. (Ahmad bin Muhammad As-Shawi, Hasyiyatus Shawi 'ala Tafsirul Jalalain, [Beirut, Darul Jil], juz I, halaman 203).


Berkaitan dengan dosa besar, terdapat Kitab Az-Zawajir 'an Iqtirafil Kabair, Larangan-Larangan Melakukan Dosa Besar, karya Ibnu Hajar Al-Haitami yang sangat komprehensif. Di dalamnya Ibnu Hajar menjelaskan 467 dosa besar beserta dalil Al-Qur'an dan haditsnya serta penjelasan fiqihnya dari berbagai ulama. Kitab Az-Zawajir sangat penting ditelaah agar terhindar dari dosa-dosa besar.


Adapun definisi dosa kecil adalah maksiat yang tidak disertai ancaman siksa yang berat atau hukuman had. Prof Wahbah dalam kitab tafsirnya, At-Tafsirul Munir, mencontohkannya dengan perbuatan melihat perempuan nonmahram dan menciumnya. 


Namun demikian, dosa kecil ini akan menjadi dosa besar bila dilakukan secara berulang atau terus-menerus. (Az-Zuhaili, I/41).


Syarat Pengampunan Dosa Kecil

Kemudian ulama berbeda pendapat terkait pengampunan dosa kecil, apakah cukup hanya dengan meninggalkan dosa-dosa besar atau juga disyaratkan melakukan ketaatan?


Pendapat pertama, sebagaimana diisyaratkan Imam As-Suyuthi dalam Tafsirul Jalalain, selain dengan menjauhi dosa-dosa besar, dosa kecil akan diampuni dengan syarat melakukan berbagai ketaatan. 


Dalam hal ini, Imam As-Suyuthi mengatakan:


نُكَفِّرْ عَنكُمْ سَيِّـَٔاتِكُمْ، الصغائر بالطاعات


Artinya, "niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahan kalian, maksudnya adalah dosa-dosa kecil dengan melakukan ketaatan." (Jalaluddin As-Suyuthi, Tafsirul Jalalain pada Hasyiyatus Shawi, [Beirut, Darul Jil], juz I, halaman 203).


Pendapat pertama ini disetujui oleh Syekh Sulaiman Al-Jamal dalam kitabnya, Futuhatul Ilahiyah. Ia menegaskan bahwa tidak ada pengampunan dosa kecil hanya dengan menjauhi dosa besar. Laisat takfir murattaban bijtinabil kabair faqad, tidaklah pengampunan dosa kecil itu muncul karena hanya meninggalkan dosa besar. (Sulaiman bin Al-Jamal, Futuhatul Ilahiyah bi Taudhihi Tafsiril Jalalain, [Beirut, Darul Kutub Ilmiyah: 2018], juz I, halaman 43).


Pendapat kedua, sebagaimana dijelaskan oleh Imam As-Shawi, dosa-dosa kecil akan diampuni hanya dengan menjauhi dosa-dosa besar, tanpa syarat harus dengan melakukan berbagai ketaatan. 


Pendapat kedua inilah yang dinilai mu'tamad atau yang dijadikan pedoman menurut Imam As-Shawi. Imam As-Shawi berpandangan, dosa kecil akan diampuni dengan hanya meninggalkan dosa-dosa besar karena meninggalkan dosa besar termasuk ketaatan level tertinggi.


Berkaitan hal ini, Imam As-Shawi mengatakan:


بل يكفر الصغائر باجتناب الكبائر فقط، فأن اجتناب الكبائر من أعظم الطاعات، وهو المعتمد 


Artinya, "Bahkan dosa-dosa kecil akan diampuni dengan hanya menjauhi dosa-dosa besar, karena menjauhi dosa-dosa besar termasuk ketaatan yang paling besar. Inilah pendapat yang mu'tamad atau yang dijadikan pedoman." (As-Shawi, I/203).


Demikian penjelasan ayat 31, tepatnya frasa:


إِن تَجْتَنِبُوا۟ كَبَآئِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنكُمْ سَيِّـَٔاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُم مُّدْخَلًا كَرِيمًا


Artinya, "Jika kalian menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahan kalian (dosa-dosa kalian yang kecil)."


Kemudian Allah menutup ayat dengan firman:


وَنُدْخِلْكُم مُّدْخَلًا كَرِيمًا


Artinya, "Kami masukkan kalian ke tempat yang mulia (surga)."


Imam Fakhruddin Ar-Razi menjelaskan, menjauhi dosa memang bisa menjadi penyebab orang masuk surga. Akan tetapi di luar itu sebenarnya ada penyebab masuk surga yang paling pokok dan paling kuat, yaitu anugerah, kemurahan, dan kasih sayang Allah. 


Hal ini sesuai dengan firman Allah:


قُلْ بِفَضْلِ ٱللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِۦ فَبِذٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا۟ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ


Artinya, "Katakanlah: "Dengan anugerah Allah dan kasih sayang-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Anugerah Allah dan kasih sayang-Nya itu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan." (QS Yunus 58). Wallahu a'lam. (Fakhruddin Ar-Razi, Mafatihul Ghaib, [Darul Fikr: 1981], juz X, halaman 82).


Ustadz Ahmad Muntaha AM, Redaktur Keislaman NU Online dan Founder Aswaja Muda