Tafsir

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 188: Larangan Mengambil Hak Orang Lain Secara Batil

Rab, 29 Maret 2023 | 05:00 WIB

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 188: Larangan Mengambil Hak Orang Lain Secara Batil

Ilustrasi: Tafsir Marahu Labid karya Syekh Nawawi Banten (NU Online-Ahmad Muntaha AM)


Berikut ini adalah teks, transliterasi, terjemahan, saba​​​​​​bun nuzul dan kutipan sejumlah tafsir ulama atas Surat Al-Baqarah ayat 188: 
 

وَلَا تَأْكُلُوْٓا اَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوْا بِهَآ اِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوْا فَرِيْقًا مِّنْ اَمْوَالِ النَّاسِ بِالْاِثْمِ وَاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
 

Wa lā ta'kulū amwālakum bainakum bil-bāthili wa tudlū bihā ilal-ḫukkāmi lita'kulū farīqam min amwālin-nāsi bil-itsmi wa antum ta‘lamūn.
 

Artinya, “Janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada para hakim dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui.”
 

 

Sababun Nuzul Surat Al-Baqarah Ayat 188

Imam Al-Alusi Al-Baghdadi dalam tafsirnya menyebutkan sababun nuzul Al-Baqarah 188, berikut riwayatnya:
 

أخرج ابن أبي حاتم عن سعيد بن جبير مرسلا أن عبدان بن أشوع الحضرمي وامرؤ القيس بن عابس اختصما فى أرض ولم تكن بينة فحكم رسول الله صم بأن يحلف امرؤ القيس فهم به فقرأ رسول الله صم (إن الذين يشترون بعهد الله وأيمانهم ثمنا قليلا) فارتدع عن اليمين وسلم الأرض فنزلت
 

Artinya: “Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Said bin Jabir–dengan riwayat mursal–, bahwa Abdan bin Asywa’ Al-Hadrami dan Imru’ Al-Qais bin Abis berseteru dalam permasalahan tanah dan tidak ditemukan adanya saksi. Pada saat itu Rasulullah saw menghukumi agar Imru’ Al-Qais melakukan sumpah dan ia hendak melakukannya. Kemudian ketika Rasulullah saw membaca ayat “innal ladzina yasytaruuna bi’ahdillahi tsamanan qaliila”,  seketika Imru’ Al-Qais mengurungkan niatnya untuk bersumpah dan menyerahkan tanah tersebut. Kemudian turunlah ayat ini. (Imam Al-Alusi, Ruhul Ma’ani, [Beirut, Daru Ihyait Turats], juz II, halaman 70).
 

 

Ragam Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 188

Ayat ini merupakan peringatan sekaligus ancaman untuk orang yang berbuat zalim kepada orang lain dengan memakan atau menguasai harta mereka dengan cara yang batil, seperti halnya membuat sumpah palsu, kesaksian palsu, membuat laporan palsu, atau cara-cara batil lainnya.
 

Syekh Nawawi Banten dalam tafsirnya menjelaskan, maksud ayat ialah bahwa Allah melarang umat Islam untuk mengambil harta sebagian yang lain dengan cara yang haram menurut syariat. Di antaranya dengan ​​​​​​membawanya ke hakim untuk mengambilnya dengan sumpah dusta dan dalam keadaan sadar bahwa ia berbuat kebatilan. (Muhammad Nawawi Al-Jawi, At-Tafsirul Munir li Ma’alimt Tanzil, [Beirut, Darul Fikr], juz II, halaman 44). 
 

Tidak hanya dengan sumpah dusta, larangan tersebut juga berlaku untuk cara-cara lain dalam mengambil hak-hak orang lain dengan batil. Imam Al-Alusi berkata:
 

بالإثم أي بسبب ما يوجب إثما كشهادة الزور واليمين الفاجرة
 

“Dengan dosa maksudnya ialah dengan sesuatu yang dapat menyebabkan dosa seperti kesaksian palsu, atau sumpah dusta.” (Al-Alusi, II/70). 
 

Sebab larangan melakukan kesaksian palsu atau sumpah dusta yang dilakukan di depan hakim ketika membuat laporan hanya akan membawa kesengsaraan pada diri pelakunya dan tidak berpengaruh pada hakim yang memberi putusan. 
 

Dalam hal ini Imam As-Suyuthi dalam tafsirnya menyebutkan riwayat hadits yang bersumber dari Imam Malik, As-Syafii, Ibnu Abi Syaibah, Al-Bukhari dan Muslim, dari Ummi Salamah, bahwa Rasulullah saw pernah bersabda:
 

إنما أنا بشر وإنكم تختصمون إلي, ولعل بعضكم أن يكون ألحن بحجته من بعض, فأقضي له على نحوى ما أسمع منه, فمن قضيت له بشيء من حق أخيه فلا يأخذنه, فإنما أقطع له قطعة من النار
 

Artinya: “Aku hanyalah manusia, jika kalian berseteru di depanku dan sebagian dari kalian melakukan kesalahan (berbuat zalim) dengan hujahnya atas yang lain, kemudian aku memutuskan sesuai apa yang aku dengar darinya, maka orang yang aku beri putusan dengan membawa suatu hak dari saudaranya, janganlah ia mengambilnya. Sungguh aku (jika demikian) mengambilkannya potongan api neraka. (As-Suyuthi, Ad-Durrul Mantsur, [Beirut, Darul Fikr], juz I, halaman 489).
 

Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya memberi komentar atas ayat 188 Al-Baqarah dan hadits yang senada dengan hadits di atas:
 

فدلت هذه الأية الكريمة وهذا الحديث على أن حكم الحاكم لا يغير الشيء فى نفس الأمر, فلا يحل فى نفس الأمر حراما هو حرام, ولا يحرم حلالا هو حلال, وإنما هو يلزم فى الظاهر, فإن طابق فى نفس الأمر فذاك, وإلا فللحاكم أجره وعلى المحتال وزره

Na

Artinya: “Ayat yang mulia dan hadits ini menunjukkan bahwa putusan hakim sebenarnya tidak mengubah substansi hukum sesuatu. Ia tidak mengubah halal sesuatu yang pada dasarnya haram, dan pula tidak mengubah haram sesuatu yang pada dasarnya halal. Putusan tersebut hanya menetap pada yang tampak (menghukumi yang tampak). Jika sesuai dengan substansinya, maka demikianlah; dan jika tidak sesuai, maka bagi hakim satu pahala dan bagi orang yang membuat rekayasa dosa yang ia dapatkan”. (Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’anil Azhim, [Riyadh, Dar Thayyibah lin Nasyri wat Tauzi’], juz I, halaman 521).
 

Dalam hal ini penulis menyimpulkan, ayat di atas juga bisa berlaku untuk orang-orang yang berbuat zalim kepada orang lain tidak hanya dalam urusan harta saja. Melainkan juga orang-orang yang berbuat zalim dengan membuat kesaksian atau laporan palsu untuk membela diri atau menjatuhkan orang lain. Wallahu a’lam.


 

Ustadz Alwi Jamalulel Ubab, Alumni Pesantren KHAS Kempek Cirebon dan Mahasantri Ma'had Aly Saidussidiqiyah Jakarta.