Tasawuf/Akhlak

Boleh Mengunggulkan Nabi Muhammad atas Para Nabi?

Jum, 8 Desember 2023 | 06:00 WIB

Boleh Mengunggulkan Nabi Muhammad atas Para Nabi?

Ilustrasi: Muhammad - (pngimage)

Barangkali kita pernah mendegar penceramah atau mubalig secara langsung atau melalui media sosial menyebut bahwa Nabi Muhammad saw adalah manusia paling mulia dan Nabi akhir zaman, bahkan Nabi Muhammad saw adalah nabi yang paling mulia di antara nabi-nabi lainnya.

 

Sebenarnya perkataan di atas memang sebuah fakta yang datangnya dari Al-Quran dan juga hadis-hadis Nabi Muhammad saw semisal yang diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnad-nya:

 

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا فَخْرَ وَأَنَا أَوَّلُ مَنْ تَنْشَقُّ عَنْهُ الْأَرْضُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا فَخْرَ وَأَنَا أَوَّلُ شَافِعٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا فَخْرَ

 

Artinya, “Rasulullah saw bersabda, ‘Aku adalah pemimpin anak Adam pada hari kiamat, dan ini bukannya aku sombong, aku adalah orang yang pertama kali dibuka kuburnya pada hari kiamat dan ini bukannya aku sombong, serta aku yang pertama kali yang memberi syafa'at dan ini bukannya aku sombong’.” (HR Ahmad).

 

Selain itu, dalam kajian ilmu tauhid, Nabi Muhammad saw adalah makhluk yang paling mulia dan utama di antara yang lainnya, selanjutnya disusul dengan para Nabi lainnya, kemudian para malaikat. Syaikh Ibrahim Al-Laqqani menyebutkan perihal keutamaan Nabi saw dalam Jauharatut Tauhid halaman 215:
 

“Nabi kita adalah makhluk yang paling mulia secara mutlak, maka berpalinglah engkau dari perbantahan.”

“Dan para Nabi mengiringi beliau dalam keutamaan. Sesudah mereka adalah malaikat Allah yang mempunyai keutamaan.”

“(Pahamilah) ini! Dan sekelompok ‘ulama’ ada yang memerinci karena mereka mengutamakan. Dan sebagian dari masing-masingnya lebih utama dari yang lainnya.” (Al-Baijuri, Hasyiyah Al-Baijuri ‘ala Jauharatut Tauhid, [Kairo, Darus-Salam: 1422], halaman 215).

 

Penjelasan Syekh Ibrahim Al-Laqqani di atas dapat dipahami bahwa derajat para nabi secara urutan kemuliaan diawali dengan Nabi Muhammad saw, kemudian disusul oleh nabi-nabi lainnya. Kemuliaan Nabi Muhammad saw tidak diragukan lagi oleh kita semua sebagai umat muslim.

 

Kendati demikian, ada sebuah pertanyaan ketika kita mengagungkan Nabi saw sebagaimana penjelasan di atas, apakah di saat yang sama sebenarnya kita sedang menganggap derajat nabi-nabi lainnya di bawah Nabi, atau bolehkah kita membanding-bandingkan para nabi dengan Nabi Muhammad saw supaya makin jelas, bahwa Nabi saw lah yang paling mulia di antara mereka.

 

Persoalan ini dibahas oleh para ulama dalam kitab-kitab ilmu tauhid, ketika menyinggung hadits-hadits yang menegaskan bahwa Nabi pernah mengingatkan para Sahabat agar tidak mengunggulkan beliau atas nabi-nabi lainnya. Hadits tersebut adalah:

 

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ مِنْ الْيَهُودِ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ لُطِمَ وَجْهُهُ وَقَالَ يَا مُحَمَّدُ إِنَّ رَجُلًا مِنْ أَصْحَابِكَ مِنْ الْأَنْصَارِ لَطَمَ فِي وَجْهِي قَالَ ادْعُوهُ فَدَعَوْهُ قَالَ لِمَ لَطَمْتَ وَجْهَهُ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي مَرَرْتُ بِالْيَهُودِ فَسَمِعْتُهُ يَقُولُ وَالَّذِي اصْطَفَى مُوسَى عَلَى الْبَشَرِ فَقُلْتُ وَعَلَى مُحَمَّدٍ وَأَخَذَتْنِي غَضْبَةٌ فَلَطَمْتُهُ قَالَ لَا تُخَيِّرُونِي مِنْ بَيْنِ الْأَنْبِيَاءِ فَإِنَّ النَّاسَ يَصْعَقُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَأَكُونُ أَوَّلَ مَنْ يُفِيقُ فَإِذَا أَنَا بِمُوسَى آخِذٌ بِقَائِمَةٍ مِنْ قَوَائِمِ الْعَرْشِ فَلَا أَدْرِي أَفَاقَ قَبْلِي أَمْ جُزِيَ بِصَعْقَةِ الطُّورِ 

 

Artinya, “Dari Abu Sa'id Al Khudri ra dia berkata; “Seseorang dari Yahudi datang menemui Rasulullah saw dengan wajah bekas dipukul, lalu ia berkata kepada beliau; ‘Ya Muhammad, Aku telah dipukul oleh salah seorang dari sahabatmu dari golongan Anshar,’ lalu Nabi berkata kepadanya “Panggil dia!” Mereka pun memanggilnya kemudian Nabi saw bertanya, ‘Kenapa engkau pukul dia?’ ia menjawab; ‘Rasulullah, waktu itu aku melewati orang Yahudi, lalu aku mendengar dia berkata, ‘Demi Dzat yang telah memilih Musa (dengan maksud mengunggulkan) dari semua manusia.' Maka aku katakan; 'Apakah termasuk Muhammad juga, hingga dia membuatku marah, maka aku memukulnya? Nabi saw bersabda: "Janganlah kalian melebihkan sebagian nabi dengan sebagian yang lain, sesungguhnya pada hari kiamat manusia dalam keadaan pingsan, lalu aku adalah orang yang pertama kali mengangkat kepalanya dari tanah, namun aku mendapati Musa as telah berada di sisi 'Arsy, aku tidak tahu apakah dia lebih duluan bangun daripada aku atau dia sudah cukup dengan pingsannya ketika di bukit Thur.” (HR Al-Bukhari).

 

Hadits di atas dilatarbelakangi dengan Sahabat yang menampar seorang Yahudi karena tersinggung, sebab orang Yahudi tersebut mengunggulkan Nabi Musa atas seluruh manusia, termasuk Rasulullah. Karena peristiwa ini, akhirnya Nabi melarang para Sahabat untuk mengunggulkan beliau dengan para nabi.

 

Memandang peristiwa ini, Syekh Al-Baijuri menerangkan bahwa yang tidak boleh itu adalah mengunggulkan atau mengagung-agungkan Nabi saw, namun di saat yang sama merendahkan nabi-nabi yang lain. (Al-Baijuri, Hasyiyah Al-Baijuri, 215).

 

Kondisi ini bisa saja terjadi apabila ada pertentangan antara orang muslim dengan orang Yahudi atau Nasrani. Boleh jadi mereka berdua berbeda pendapat, beradu argumen atau bahkan berujung kepada mengagungkan nabi Musa atau Isa atas Nabi Muhammad saw, begitupun sebaliknya, dengan maksud mengolok-olok dan merendahkan.

 

Hal tersebut tentunya tidak dibolehkan, sebagaimana hadits yang telah dijelaskan di atas. Merendahkan sesembahan, ajaran, tokoh bahkan nabi pada agama lain jelas dilarang karena akan menyebabkan perbuatan balasan dari mereka berupa olok-olok dan hinaan terhadap Allah, Rasulullah dan ajaran Islam.

 

Syekh Al-Baijuri menjelaskan dalam Tuhfatul Murid Syarh Jauharatut Tauhid halaman 215, maksud lain dari hadis tersebut menunjukkan adab dan redah hatinya seorang Muhammad, sehingga beliau melarang para Sahabat mengangungkan beliau atas nabi-nabi lainnya.

 

Demikianlah penjelasan mengenai kemuliaan Nabi Muhammad saw atas para nabi lainnya. Para ulama dalam bidang tauhid berkesimpulan, meskipun Nabi melarang para sahabat mengunggulkan beliau atas nabi-nabi, pada hakikatnya Nabi Muhammad saw tetap paling utama atas seluruh makhluk yang pernah diciptakan Allah. Wallahu a’lam.

 

Ustadz Amien Nurhakim, Pesantren Musyrif Darussunnah Jakarta