Tasawuf/Akhlak

Ketika Prof. Quraish Shihab Kenang Nasihat Kehidupan dari Ayahnya

Sen, 14 Agustus 2023 | 21:00 WIB

Ketika Prof. Quraish Shihab Kenang Nasihat Kehidupan dari Ayahnya

Prof. Quraish Shihab. (Foto: Istimewa)

Kehidupan adalah perjalanan yang penuh warna dan tantangan. Dalam perjalanannya, manusia memerlukan pedoman, saran, dan nasihat bijak untuk menjalani hidup dengan penuh makna. Habib Abdurrahman Shihab, seorang ulama ternama dan tokoh spiritual, memberikan nasihat yang tak ternilai kepada anak-anaknya, termasuk kepada putranya yang terkenal, Profesor M. Quraish Shihab. 


Butir-butir nasihatnya mencerminkan kebijaksanaan dan pemahaman mendalam tentang agama, moralitas, dan tata nilai hidup. Tulisan ini akan menjelajahi berbagai nasihat yang diberikan oleh Habib Abdurrahman Shihab kepada anak-anaknya, khususnya kepada Quraish Shihab agar mampu menaklukkan gentingnya kehidupan dunia.


Nasihat Bijak Habib Abdurrahman Shihab

Nasihat yang pertama yang diungkap oleh Habib Abdurrahman, sebagaimana tercantum dalam buku Anakku, Pelihara Rantai Emas Itu, ialah berbakti pada orang tua. Dalam berbagai kesempatan, ia senantiasa menitipkan pesan pada anaknya, Quraish Shihab, untuk senantiasa berbakti pada orang tua. “Anak ku, berbaktilah pada orang tua mu, niscaya anak-anak mu akan berbakti pada mu,” tuturnya.   


Salah satu contoh sederhana yang beliau lakukan ialah mencium tangan ibundanya, Ummi Salma, setiap pagi. Mencium tangan ibundanya rutin ia lakukan setiap pagi, kendati beliau sudah sakit-sakitan, dan terpaksa naik ke lantai dua rumahnya, tempat ibundanya berada. Saban mencium tangan ibunya, Habib Abdurrahman selalu memohon agar dimaafkan kesalahannya selama ini. 


Setiap kali kata itu diucapkan, ibunya selalu membalas dengan ucapan cinta; “Tidak sedikit dan sekecil apapun dosa uang engkau pikul wahai anak ku”, balas ibunya dalam bahasa Makassar. 


Bakti dan sayangnya, bukan saja pada ibunya semata, tetapi juga pada ayahnya, Habib Ali. Dalam sejarah, Habib Abdurrahman sudah yatim sejak masih kecil, meski begitu baktinya pada ayahnya tidak pernah hilang dan berhenti. Dalam penuturan Prof. Quraish Shihab, Habib Abdurrahman rutin mengirimkan al-Fatihah untuk ayahandanya selepas shalat. Bahkan dalam setiap kesempatan, ia senantiasa mendoakan orang tuanya yang sudah meninggal dunia.


Kedua, menghormati leluhur. Menghormati leluhur adalah sebuah bentuk penghormatan kepada akar dan sejarah kita. Leluhur memiliki tempat yang istimewa. Mengenang dan menghormati mereka adalah cara untuk menyatukan generasi yang berbeda dalam harmoni. Melalui penghormatan ini, anak-anak dapat merasa terhubung dengan nilai-nilai yang telah diteruskan oleh leluhur mereka.


Ada untaian nasihat cinta, yang tertanam dalam benak Prof. Quraish Shihab dari ayahnya. Kata-kata yang masih terngiang tentang menghargai jasa leluhurnya, ia menyampaikan;


Ada rantai emas yang menghubungkan kita dengan leluhur, seyogianya dijaga jangan sampai rantai itu putus,” 


Kata-kata itu senantiasa diulang-ulang beliau, dan ditekankan kepada anak-anaknya, dan cucunya agar jangan sampai putus di tangan mereka. Untuk itu, mendorong agar orangtua mengajarkan cerita-cerita tentang leluhur yang memiliki nilai-nilai positif, seperti keberanian, kesetiaan, dan kejujuran, sehingga anak-anak dapat mengambil teladan dari orang-orang yang terdahulu.


Ketiga, pentingnya ilmu pengetahuan dalam hidup.  Sebagai seorang ulama, Habib Abdurrahman Shihab sangat menekankan pentingnya ilmu dan pembelajaran. Ia paham sekali, ilmu adalah cahaya yang membimbing manusia dalam kegelapan. Nasihat ini tercermin dalam dedikasi beliau terhadap ilmu pengetahuan dan kemampuannya untuk mentransmisikan pengetahuan ini kepada generasi berikutnya.


Dalam nasihatnya buat putra dan putrinya, senantiasa berujar, bahwa ilmu di atas segala. “Aba tidak akan meninggalkan buat kalian harta, tetapi semoga bekal pendidikan dapat Aba usahakan, kalian harus lebih baik dari Aba,” begitu nasihatnya tentang pentingnya ilmu pengetahuan. 


Dengan ilmu pengetahuan seorang akan mulia derajatnya dan menjadi orang terhormat diri. Lebih dari itu, ilmu pengetahuan membentuk perilaku baik dan akhlak yang luhur. Budi pekerti adalah aset yang tak ternilai. Dengan menginternalisasi akhlak yang mulia, seseorang dapat membangun hubungan yang baik dengan lingkungan sekitar.


Keempat akur dalam bersaudara. Inilah nasihat yang penting dalam berkeluarga. Terkadang karena satu dan lain hal, keluarga bisa saja bertengkar dan menumpahkan darah. Habib Abdurrahman, senantiasa menekankan agar anak-anaknya selepas ia tiada tidak bercerai-berai, dan tidak bertengkar dikarenakan perselisihan pendapat, harta, warisan, dan materi. 


Persaudaraan seyogianya sebuah nilai yang harus dijunjung tinggi. Beliau mengajarkan bahwa seseorang harus senantiasa bertindak adil dan memperlakukan saudaranya dengan dengan hormat. Nasihat ini penting dalam menghadapi berbagai situasi kehidupan, baik dalam interaksi sehari-hari maupun dalam tanggung jawab sosial yang lebih luas. Ia berkata;


Belalah saudara mu, baik ia menganiaya maupun teraniaya”,. Ia kemudian menjelaskan makna dari  “membela saudara yang berlaku aniaya” adalah dengan mencegahnya melakukan penganiayaan.  


Dengan demikian, nasihat bijak Habib Abdurrahman Shihab kepada anak-anaknya, terutama Quraish Shihab, mencerminkan kearifan yang mendalam dalam memandang kehidupan. Nilai-nilai agama, moralitas, dan kemanusiaan menjadi pondasi nasihat-nasihat tersebut. Kehidupan adalah perjalanan yang unik, dan nasihat-nasihat ini memandu langkah-langkah untuk menjalani perjalanan tersebut dengan bijaksana.
 

Sekilas Biografi Habib Abdurrahman Shihab

Habib Abdurrahman Shihab adalah seorang ulama besar yang berasal dari keluarga ulama terkemuka di Indonesia. Beliau memiliki latar belakang pendidikan agama yang kuat dan memahami nilai-nilai Islam secara mendalam. Kehidupan beliau penuh dengan dedikasi dalam mendalami ilmu agama dan berkontribusi pada pembangunan spiritual masyarakat. 


Dalam buku berjudul Anakku, Pelihara Rantai Emas Itu, [Ciputat, Penerbit Lentera hati, 2014, halaman 121, Profesor Quraish Shihab mengenang tentang ayahnya, Habib Abdurrahman Shihab , lahir di Makassar, pada 15 Januari tahun 1915. Kesehariannya, dikenal sebagai seorang da’i dan penceramah agama, juga seorang profesor dalam bidang tafsir Al-Qur’an. Di tempat kelahirannya, Sulawesi Selatan, Habib Abdurrahman, oleh masyarakat dinilai sebagai ulama yang karyanya dalam khazanah keislaman dapat dijumpai hingga sekarang ini. 


Selain itu, sosok Habib Abdurrahman juga dikenal sebagai seorang aktivis Islam yang mendirikan Jam’iyat Al-Ittihad wa al-Mu’awanah [JIWA], salah satu organisasi yang menghimpun masyarakat Arab tanpa membedakan ras dan keturunan, yang bergerak dalam bidang pendidikan dan sosial. Organisasi ini berjasa menyatukan antara sayyid dan non sayyid, sehingga Sulawesi Selatan tidak ada perpecahan antara keturunan Arab. 
 

Zainuddin Lubis, Pegiat kajian tafsir, tinggal di Ciputat